Paduan Suara

Murid-Murid TK Tarbiyatul Athfal 41 Semarang saat menampilkan Paduan Suara dalam rangka Pentas Seni Dan Perpisahan

TK TA 41 Gelar Pentas Seni dan Perpisahan

murid -murid TK Tarbiyatul Athfal 41 Semarang sat pentas Tari dalam acara pentas Seni dan Perpisahan tahun ajaran 2016/2017

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pentas Seni TK TA41 Semarang

murid TK Tarbiyatul Athfal 41 Semarang sat menghafal Asmaul Husna dalam acara pentas Seni dan Perpisahan tahun ajaran 2016/2017

Pelatihan Jurnalistik Muslimat NU

Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Semarang gelar pelatihan Jurnalistik Tangkal Berita HOAX

Selasa, 30 Juni 2015

Keutamaan Makan Sahur

Salah satu hal yang dianggap berat oleh umat Islam adalah melaksanakan
sahur sebelum berpuasa. Namun siapa sangka bangun dini hari untuk
bersantap sahur ternyata mengandung banyak berkah.

Selain membantu menyediakan tenaga saat berpuasa, sahur yang
diakhirkan akan menerima salawat dari Allah dan para malaikat.
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberikan salawat kepada
orang-orang yang bersahur," kutip Al-Haitsami dalam Majma az-Zawa'id, kemarin.


Selain itu, sahur juga membuat diri berkesempatan untuk melaksanakan
ibadah subuh yang waktunya tidak jauh dari sahur. Zaid bin Tsabit
pernah merasakan indahnya sahur yang dilanjutkan salat wajib subuh.

"Kita melakukan sahur bersama Rasulullah, kemudian kami mengerjakan
salat subuh" ucap Zaid yang diriwayatkan oleh Muslim ra.

Adapun rentang waktu antara sahur dan azan subuh sekitar 50 ayat Alquran.

Selain berkesempatan salat subuh di awal waktu, orang yang bersahur
juga dapat bermunajat dan berdua di sepertiga malam sebelum waktu
sahur tiba. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim menyebut,

"Allah SWT turun ke langit dunia setiap malam, yaitu sepertiga di
akhir malam. pada waktu itu Allah menawarkan, siapa berdoa kepada-Ku
dan ingin Aku kabulkan? Siapa yang meminta kepada-Ku dan ingin Aku
beri? Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku dan ingin Aku beri

ampunan?.

Jumat, 26 Juni 2015

Serah Terima Jabatan Ditjen PAUD Dikmas

Foto:Plt. Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Taufik Hanafi (kiri) sedang menyerahkan secara simbolik, program Ditjen PAUDNI yang kini berganti nama menjadi Ditjen PAUD dan Dikmas Kepada Harris Iskandar (kanan)

Jakarta-PAUD Dikmas. Dengan ini saya sampaikan, bahwa mesin yang ada di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ( PAUD Dikmas). Berada dalam kondisi Baik, ujar Plt. Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Taufik Hanafi. Saat menyampaikan sambutannya pada acara serah terima jabatan Ditjen PAUD Dikmas, Kamis lalu. 
Namun mesin yang baik tergantung dalam penggunaanya, apakah dipergunakan dengan kecepatan tinggi ataupun kecepatan standar ketika menggunakannya. Jangan sampai kecepatan tersebut melebihi kecepatan ataupun menerobos peraturan yang berlaku, ujar Taufik.

Sebagai Pelaksana Tugas (Plt), Taufik juga menyampaikan harapannya kepada Harris Iskandar yang menggantikan posisinya sebagai Dirjen PAUD dan Dikmas. Agar terus mempertahankan tradisi baik yang selama ini disandang oleh lembaga ketika masih bernama  Ditjen PAUDNI, seperti predikat unit utama dengan hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terendah  di lingkungan kerja Kemendikbud.

Menyikapi hal tersebut, Harris menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pejabat yang hadir pada acara serah terima jabatan Dirjen Paud dan Dikmas. Atas kinerjanya selama ini membangun Paud dan Dikmas, oleh sebab itu Harris berharap adanya kerjasama yang baik dalam mengakselarasikan program PAUD dan Dikmas.  

( Sumber:paudini,kemdikbud.go.id)

Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Hati

Jika ditelaah lebih jauh, menahan amarah, yang merupakan salah satu pembatal berpuasa sangat bermanfaat bagi hati dan jiwa. Jika anda perhatikan lebih jauh, di bulan puasa jarang sekali ada orang yang marah-marah. Setiap orang menahan amarahnya agar puasanya tidak batal. Emosi sangat ditekan ketika bulan puasa datang. Sehingga setiap hari hati merasa tenang. Belum ditambah orang-orang menekan kebiasaan buruk seperti menggunjing.

Seperti yang anda ketahui, kebiasaan tersebut akan mengikis pahala dari puasa anda. Keadaan tersebut membuat psikologis jauh lebih tenang dibanding hari biasanya. Ketenangan tersebut mampu menekan adrenalin yang muncul ketika seseorang marah. Jika ditarik kesimpulan puasa mampu menekan beragam hawa nafsu, sehingga ketenangan hati dapat diraih, dan kejahatan dapat dihindarkan.


Perlu digaris bawahi jika anda akan mendapatkan semua manfaatnya dengan menjalankan puasa dengan benar. Karena puasa tidak hanya berkutat pada larangan makan dan minum semata, namun juga larangan berbagai tindakan yang tidak bermanfaat.  Itulah manfaat puasa bagi kesehatan hati di bulan yang penuh rahmat ini.Tags: puasa dan kesehatan hati manfaat puasa untuk hati manfaatberpuasabagipenyakithati puasa degan hati pengaruh puasa terhadap hati pengaruh puasa bagi hati itulah gunanya hati untuk merasaka manfaat puasa hati manfaat puasa bagi hati tenang manfaat lain puasa yg orang jarang tau *(suryapos

Terbukti ,Puasa Menyehatkan Jasmani dan Rohani

Foto:Ilusrasi 

dengan bukti telah banyak riset penelitian dari para ahli bahwa puasa dapat menyehatkan jasmani diantaranya: meningkatkan daya tahan tubuh karena meningkatnya sel darah putih, terjadi detoksifikasi racun, menyembuhkan penyakit diabetes ringan, menurunkan berat badan, dan masih banyak manfaat fisik lainnya yang bisa didapatkan.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Puasa merupakan ibadah yang dinilai langsung oleh Allah SWT, disamping pahala yang akan kita dapatkan, ada faidah atau manfaat lain yaitu jasmani menjadi sehat.
Selain manfaat jasmani, rohani juga mendapatkan manfaatnya. Esensi terpenting dari ibadah puasa adalah bagaimana kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu, amarah, hasrat seksual, menggunjing orang, bergosip. Hal ini sejalan dengan pengertian dari kata shaum atau syiam menurut bahasa arab, syiam diartikan sebagai menahan diri, menjaga, dan mengekang. Sudah jelas kiranya esensi terpenting dalam melakukan ibadah puasa terletak pada pendidikan jiwa kita agar setelah lewat bulan puasa hati kita bersih, dan mampu mengendalikan nafsu.

Manfaat kesehatan jasmani yang didapatkan saat berpuasa bisa dikatakan sebagai “bonus” atas ibadah yang kita lakukan, karena bagaimanapun yang paling penting adalah jiwa kita. Puasa diibaratkan sebagai ibadah yang tidak kasat atau tidak terlihat, tidak bisa diraba, dicium, dan dipegang. Inilah keistimewaan ibadah puasa sebagai pendidikan karakter. Demikian penjelasan singkat mengenai puasa menyehatkan jasmani dan rohani.@

Rabu, 24 Juni 2015

Tips Mudah Mengajarkan Anak Agar Tidak Rewel Saat Sahur

Foto:ciricara.com.

Sebagai orang tua, Anda tentu ingin mengenalkan pentingnya puasa Ramadan pada anak sedini mungkin. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengajarkan kewajiban agama, selalu ada tantangannya, terutama untuk anak-anak.
Bangun sahur yang biasanya dilakukan sekitar pukul 3 pagi hingga pukul 4 pagi sudah pasti dirasa berat bagi sebagian anak, terutama yang usianya masih 5 hingga 8 tahun. Namun sangat penting untuk membiasakan mereka bangun sahur selama puasa Ramadan, meskipun mereka hanya puasa setengah hari saja.
Agar bangun sahur menjadi hal yang menyenangkan, Anda bisa melakukan tips-tips di bawah ini.
Jelaskan Pentingnya Makan Sahur
Tidak kenal maka tak sayang. Agar anak lebih termotivasi untuk bangun sahur tepat waktu, jelaskan pentingnya makan sahur saat puasa. Anda bisa lebih kreatif dengan membuat sketsa gambar yang disukai anak. Jelaskan  bahwa makan sahur sama seperti bensin agar tubuhnya tetap kuat sepanjang hari hingga waktu berbuka.
Jam Tidur Anak Harus Teratur
Agar anak mudah bangun sahur, anak harus tidur teratur dan tidak terlambat tidur. Makan sahur jelas memotong jam tidur anak, agar dia tidak mengantuk keesokan harinya, anak harus memiliki jam tidur yang lebih teratur. Jangan sampai anak terlambat tidur sehingga sulit bangun saat sahur.
Bangunkan Tepat Waktu
Jangan membuat anak Anda menunggu ketika makanan belum matang, biasanya anak akan kembali tidur jika Anda masih bersiap-siap (kecuali Anda dan si kecil sudah janjian menyiapkan makan sahur bersama-sama). Bangunkan anak tepat waktu dan jangan terlalu awal. Setelah makan sahur dan salat Subuh, Anda bisa membiarkan anak kembali tidur.
Menu Kreatif
Kadang anak tidak termotivasi makan sahur karena menunya itu lagi dan itu lagi. Kreatiflah membuat menu agar anak tidak bosan. Misalnya hari ini sahur sop sayur dan ayam goreng, besok bola-bola tahu keju dan tumis kangkung, lusa semur daging dan tumis wortel. Buatlah menu praktis tapi berganti-ganti setiap hari.
Perhatikan Nutrisi
Kami tahu bahwa membuat mie instant dan tinggal menggoreng makanan beku lebih mudah dan praktis, namun perhatikan nutrisi untuk anak Anda. Akan lebih baik jika Anda memasak sendiri beberapa menu praktis ketimbang memasak makanan siap saji. Walaupun lebih repot, memasak sendiri lebih menjamin nutrisi dan mendukung kesehatan anak selama berpuasa.

Semoga tips ini bisa membantu anak Anda lebih rajin puasa di bulan Ramadan dan tidak rewel saat bangun sahur Amin*@

Selasa, 23 Juni 2015

Mengajak Anak Sholat Tarawih di Masjid Persiapkan Ini

Shalat Tarawih yang hanya dilaksanakan setahun sekali selama sebulan penuh di dalam bulan Ramadhan memang bukan shalat wajib. Namun sudah menjadi budaya masyarakat muslim untuk berbondong-bondong meramaikan masjid di setiap malam Ramadhandengan melakukan shalat Tarawih berjamaah di mushola dan masjid. Selain untuk menjaga kekerabatan antar umat muslim, juga bisa sebagai ajang silaturahmi antar sesama muslim.
Shalat tarawih bisa juga dilaksanakan di rumah secara berjamaah bersama keluarga. Namun karena pahala di bulan Ramadhan yang berlipat, banyak yang lebih memilih untuk melaksanakannya di masjid bersama dengan umat muslim lainnya. Naa, bagi para Ibu yang masih memiliki balita, mereka tentunya terkendala dengan adanya para balita tersebut. Karena umumnya balita akan rewel di tempat asing dan keramaian.
Di sini kami bagikan tips bagaimana mengajak balita sholat tarawih di masjid, hal ini bisa juga diterapkan saat mengajak balita sholat Ied di masjid.
Mangajak Balita sholat tarawih di masjid untuk usia dibawah 1 tahun
Ibu dengan balita yang berusia masih di bawah 1 tahun sebaiknya melaksanakan shalat tarawih di rumah saja, karena pada usia tersebut bayi masih belum bisa di ajak kompromi, sewaktu-waktu masih harus menyusu. Meskipun masalah kencing dan BAB sekarang sudah bisa diatasi dengan pemakaian diapers, namun bayi juga masih gampang menangis dan akan mengganggu jamaah lain.
Mengajak Balita sholat tarawih di masjid untuk usia dibawah 3 tahun
Sebagai orangtua Anda lebih tahu tipikal balita Anda. Jika balita Anda termasuk yang tidak rewel, Anda bisa saja mengajak balita shalat tarawih di masjid. Namun jika mereka tipikal yang mudah rewel dan susah beradaptasi dengan lingkungan, bersabarlah untuk tidak ikut tarawih di masjid dulu.
Jika Anda mengajak balita sholat tarawih ke masjid, persiapkan dan pastikan hal berikut ini:
Balita Anda sudah cukup tidur sehingga dia tidak akan mengantuk dan rewel
Balita Anda sudah cukup kenyang sehingga dia tidak akan lapar dan rewel
Bawakan susu karena sewaktu-waktu mereka akan minta susu
Jangan lupa pakaikan diapers. Balita usia di bawah 3 tahun masih sering ngompol dan Anda tidak ingin mengotori masjid yang suci khan?
Bawakan mainan kesayangan dia (yang tidak mengeluarkan bunyi, misal: boneka, mobil-mobilan, dan semacamnya).
Jangan lupa juga biasakan mereka juga ikut mengenakan mukena buat perempuan atau sarung dan peci buat yang laki-laki.
Mengajak balita sholat tarawih di masjid untuk usia diatas 3 tahun

Balita di atas 3 tahun sudah cenderung lebih mudah diarahkan. Namun dua point di atas masih harus diperhatikan untuk menghindari mereka rewel.

Balita Anda sudah cukup tidur sehingga dia tidak akan mengantuk dan rewel
Balita Anda sudah cukup kenyang sehingga dia tidak akan lapar dan rewel
Bagi sebagian balita usia ini mungkin sudah tidak tergantung dengan botol susu-nya sehingga Anda tidak perlu membawa bekal susu buat mereka. Bahkan pada usia ini mereka akan cenderung meniru untuk ikut-ikutan shalat. Mudah-mudahan tips ini bermanfaat .@


Kiat-Kiat Membimbing Anak Untuk Menghafal Al-Qur’an

Foto:Ilustrasi.

Sesungguhnya pendidikan Agama di berikan kepada anak sejak dini (kecil), menghafal Al-Quran dan mengajarkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perkaraan yang agung. Khususnya zaman sekarang, ketika banyak orang menyia-nyiakan (pendidikan) anak mereka atau anak-anak yang berada di bawah perwaliannya. Mereka juga disibukkan dengan perkara yang tidak bermanfaat untuk urusan akhirat, bahkan membahayakan mereka. Mereka ditautkan dengan tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi teladan, seperti: aktor, atlet, dan penyanyi.
Terkait bahasan tentang sang adik perempuan dan cara menghafal Al-Quran, kami sarankan kepada Saudari sebagai berikut:

1. Mulai membaca dan menghafal yang paling mudah, yaitu surat Al-Fatihah. Kemudian lanjutkan dengan juz 30 (juz ‘amma). Mengawali dengan yang mudah akan membantu untuk langkah selanjutnya. Kebutuhannya terhadap surat Al-Fatihah sangat penting ketika hendak mulai belajar shalat.

2. Tentukan kadar hafalan dalam sehari, dengan kadar yang mudah dipenuhi, hingga akhirnya hafalannya kuat. Itu juga akan memudahkan proses menghafal selanjutnya. Kadar ini berbeda tiap orang, tergantung kecerdasan dan kecepatan hafal yang dimiliki.

3. Persering muraja’ah (mengulang-ulang) sampai benar-benar hafal. Jangan sampai ada hari yang terlewati tanpa hafalan baru maupun mengulang hafalan yang lalu.

4. Motivasi sang adik dengan hadiah bila telah selesai menghafal satu juz dengan sempurna, misalnya.

5. Awali dengan talqin (membacakan) dan tardid (memperdengarkan berulang kali). Biasanya ini adalah awal modal dalam menghafal, kemudian ajari ia cara membaca (Al-Quran), sampai nanti dia mahir membaca Al-Quran sendiri tanpa perlu didampingi saudarinya atau gurunya.

6. Jika sang adik sudah mencapai usia wajib-shalat dan berakal, ajarkan dia agar mengulangi hafalannya dengan cara membaca (surat yang telah dihafalnya) dalam shalat, baik shalat fardhu maupun nafilah (sunnah).

7. Ulangi hafalannya dengan mendengar kaset atau komputer, agar terpadu antara baiknya pelafalan dan baiknya cara baca. Kesempatan ini juga bermanfaat untuk mengulang hafalan dan memperkuatnya.

8. Pilih waktu yang sesuai untuk menghafal – selagi tidak sibuk dan banyak urusan – misalnya pilih waktu setelah fajar (subuh) atau waktu antara maghrib dan isya. Jauhi masa ketika lapar, capek, atau mengantuk.

9. Puji sang adik di hadapan tetangga atau kerabat, untuk menyemangati dan memotivasi para tentangga dan kerabat supaya ikut menghafal Al-Quran. Baca dua surat al-mu’aqqidzat (yaitu Al-Falaq dan An-Nas), agar terhindar dari ‘ain orang yang dengki.

10. Sangat penting bagi sang adik untuk memakai satu mushaf, jangan gonta-ganti, karena dengan itu dia akan lebih kuat mengingat letak ayat.

11. Motivasi sang adik untuk menuliskan ayat yang telah dihafalnya, hingga tergabung antara pelajaran menulis dan kuatnya hafalan.


(Sumber: http://islamqa.info/ar/32436)

Minggu, 21 Juni 2015

Salah Satu Sebab Dikabulkannya Doa

Oleh: Ustad Farid Nu’man Hasan

Matan Hadits:
عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا»
Dari Salman, dia berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya Rabb kalian yang Maha Pemalu dan Mulia, Dia malu terhadap hambanya jika hambanya mengangkat kedua tangannya kepadaNya, ketika dia mengembalikan tangannya, tangannya masih dalam keadaan kosong.”
Takhrij Hadits:
Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud, Babud Du’a No. 1488
Imam At Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi No. 3556
Imam Ibnu Majah, Sunan Ibni Majah No. 3865
Imam Ibnu Hibban, Shahih Ibni Hibban No. 876
Imam Al Hakim, Al Mustadrak, 1/497
Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 6148
Imam Al Qudha’i, Musnad Asy Syihab No. 1111
Imam Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 3146
Imam Al Baghawi, Syarhus Sunnah No. 1385
Dll
Derajat Hadits:
Imam At Tirmidzi mengatakan: hasan gharib. (Sunan At Tirmidzi No. 3556)
Imam Al Hakim mengatakan: shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. (Al Mustadrak, 1/497)
Syaikh Al Albani menshahihkan dalam berbagai kitabnya. (Shahih Abi Daud No. 1337, At Ta’liq Ar Raghib, 2/2772, Al Misykah No. 2244)
Kandungan Hadits:
Hadits ini memiliki beberapa faidah:
1. Penjelasan tentang begitu kuat keinginan Allah Ta’ala untuk mengabulkan doa hambaNya, sampai-sampai dikatakan Dia malu jika hambaNya mengangkat tangan dalam memohon tapi tidak dikabulkan. Ini menunjukkan kesempurnaan sifat Al Karim yang dimilikiNya.
(hayyiyun) adalah fa’iilun, artinya mubaalighun fil hayaa’ (penegasan begitu dalam rasa malunya).
Sedangkan كَرِيمٌ (kariimun –mulia) artinya: فكيف بعده وَهُوَ الَّذِي يُعْطِي مِنْ غَيْرِ سُؤَالٍ (Dialah yang memberi tanpa diminta, maka bagaimana setelah diminta?). (Imam Ali Al Qari, Mirqah Al Mafatih, 4/1533)
2. Mengangkat dan membuka kedua tangannya memohon kepada Allah Ta’ala termasuk adab berdoa dan sebab dikabulkannya doa.
Syaikh Ibnul ‘Utsaimin Rahimahullah mengatakan:
ومد اليدين إلى السماء من أسباب إجابة الدعاء،كما جاء في الحديث: إنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحِييْ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفعَ يَديْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرَاً
Membentangkan kedua tangan ke langit termasuk sebab dikabulkannya doa, sebagaimana hadits: Sesungguhnya Allah Yang Maha Malu dan Mulia, merasa malu terhadap hambaNya jika dia mengangkat kedua tangannya kepadaNya lalu dia mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong.” (Syarhul Arbain An Nawawiyah, Hal. 138)
Kapankah Berdoa Dengan Mengangkat Kedua Tangan?
Berikut ini adalah berbagai riwayat tentang berdoa dengan mengangkat kedua tangan.
Doa Menjelang Perang
Dalam Shahih Muslim, bahwa Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu menceritakan keadaan menjelang perang Badar, katanya:
لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي……
Di hari ketika perang Badr, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memandangi kaum musyrikin yang berjumlah 1000 pasukan, sedangkan sahabat-sahabatnya 319 orang. Lalu Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadap kiblat, kemudian dia menengadahkan kedua tangannya lalu dia berteriak memanggil Rabbnya: Ya Allah! Penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku …… (HR. Muslim No. 1763)
Al Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
وَفِيهِ : اِسْتِحْبَاب اِسْتِقْبَال الْقِبْلَة فِي الدُّعَاء وَرَفْع الْيَدَيْنِ فِيهِ ، وَأَنَّهُ لَا بَأْس بِرَفْعِ الصَّوْت فِي الدُّعَاء .
Dalam hadits ini disunahkan menghadap ke kiblat ketika berdoa dan mengangkat kedua tangan, dan tidak apa-apa meninggikan suara ketika doa.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/213. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Doa Ketika Meminta Hujan (Istisqa’)
Dalam Shahih Bukhari, Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu berkata:
أَتَى رَجُلٌ أَعْرَابِيٌّ مِنْ أَهْلِ الْبَدْوِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْمَاشِيَةُ هَلَكَ الْعِيَالُ هَلَكَ النَّاسُ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ يَدْعُو وَرَفَعَ النَّاسُ أَيْدِيَهُمْ مَعَهُ يَدْعُون
َ
Datang seorang laki-laki Arab Pedalaman, penduduk Badui, kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari Jumat. Dia berkata: “Wahai Rasulullah, ternak kami telah binasa, begitu pula famili kami dan orang-orang.” Maka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm mengangkat kedua tangannya, dia berdoa, dan manusia ikut mengangkat kedua tangan mereka bersamanya ikut berdoa.” (HR. Bukhari No. 983, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 6242)
Dalam hadits ini bisa dimaknai bahwa mengangkat kedua tangan ketika doa adalah sunah dan dicontohkan oleh nabi, tetapi juga bisa dimaknai bahwa hal ini terjadi secara umum dan mutlak yaitu mendatangi orang shalih atau ulama untuk mendoakan manusia tentang hajat mereka, karena dalam kisah ini tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa kebolehan mengangkat kedua tangan itu khusus untuk istisqa’, sementara sebagian ulama menyatakan mengangkat tangan tinggi dalam berdoa hanya khusus pada istisqa’ . Sementara, Imam Bukhari menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa mengangkat kedua tangan ketika doa adalah mutlak dalam doa apa saja.
Berkata Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri Rahimahullah:
قَالُوا هَذَا الرَّفْعُ هَكَذَا وَإِنْ كَانَ فِي دُعَاءِ الِاسْتِسْقَاءِ ، لَكِنَّهُ لَيْسَ مُخْتَصًّا بِهِ ، وَلِذَلِكَ اِسْتَدَلَّ الْبُخَارِيُّ فِي كِتَابِ الدَّعَوَاتِ بِهَذَا الْحَدِيثِ عَلَى جَوَازِ رَفْعِ الْيَدَيْنِ فِي مُطْلَقِ الدُّعَاءِ .
Mereka mengatakan bahwa mengangkat tangan yang seperti ini jika terjadi pada doa istisqa, tetapi hadits ini tidaklah mengkhususkannya. Oleh karenanya, Imam Bukhari berdalil dengan hadits ini dalam kitab Ad Da’awat atas kebolehan mengangkat kedua tangan secara mutlak (umum) ketika berdoa.” (Tuhfah Al Ahwadzi, 2/201-202. Cet. 2. Maktabah As Salafiyah, Madinah Al Munawarah)
Jika melihat berbagai riwayat yang ada, maka telah menjadi fakta bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangan dalam berbagai kesempatan doa bukan hanya istisqa’, ada pun mengangkat tinggi hingga terlihat putih ketiaknya, konon hanya terjadi pada istisqa’.
Berkata Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلَّا فِي الِاسْتِسْقَاءِ وَإِنَّهُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ
Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah sedikit pun mengangkat tangan dalam berdoa kecuali ketika istisqa’, dia mengangkat tangannya sampai terlihat putih ketiaknya.” (HR. Bukhari No. 984)
Apa yang diceritakan oleh Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu ini, tidaklah menggugurkan fakta bahwa nabi pernah mengangkat tangan ketika doa lainnya. Ada pun berdoa sampai terlihat ketiaknya, menurut penuturan Anas bin Malik hanya terjadi pada doa istisqa’. Tetapi, nampaknya tidak demikian. Telah ada riwayat lain dengan sanad maushul (bersambung), yang tertera dalam Shahih Bukhari, bahwa Abu Musa Al Asy’ari pernah melihat nabi berdoa mengangkat tangan sampai terlihat ketiaknya, padahal itu bukan doa istisqa, melainkan doa ketika terbunuhnya paman Abu Musa Al Asy’ari.
Berikut ini tercatat dalam Shahih Al Bukhari, Kitab Ad Da’awat, sebagai berikut:
بَاب رَفْعِ الْأَيْدِي فِي الدُّعَاءِ وَقَالَ أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَرَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ رَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَ الْأُوَيْسِيُّ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ وَشَرِيكٍ سَمِعَا أَنَسًا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ
Bab Mengangkat Kedua Tangan Ketika Doa. Berkata Abu Musa Al Asy’ari: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa lalu mengangkat kedua tangannya dan aku melihat ketiaknya yang putih.”
Berkata Ibnu Umar: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya dan berkata: “Ya Allah, aku bebaskan kepadamu dari apa-apa yang dilakukan Khalid (bin Walid).”
Berkata Abu Abdillah, bercerita kepadaku Al Ausi, bercerita kepadaku Muhammad bin Ja’far dari Yahya bin Sa’id dan Syarik, bahwa mereka berdua mendengar Anas bin Malik, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengangkat kedua tangannya sampai saya melihat ketiaknya yang putih.” (Selesai kutipan dari Shahih Bukhari)
Dari riwayat ini, kita melihat bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengangkat tangan dalam berbagai momen sesuai hajatnya dia berdoa.
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Al Fath tentang riwayat Abu Musa Al Asy’ari di atas:
هَذَا طَرَف مِنْ حَدِيثه الطَّوِيل فِي قِصَّة قَتْل عَمّه أَبِي عَامِر الْأَشْعَرِيّ ، وَقَدْ تَقَدَّمَ مَوْصُولًا فِي الْمَغَازِي فِي غَزْوَة حُنَيْنٍ
Ini adalah akhir dari hadits yang panjang yang mengisahkan tentang terbunuhnya pamannya yang bernama Abu ‘Amir Al Asy’ari, dan telah dijelaskan bersambungnya sanad kisah ini dalam Al Maghazi, pada bahasan Ghazwah Hunain (Perang Hunain).” (Fathul Bari, 11/141)
Penuturan Al Hafizh Ibnu Hajar menunjukkan bahwa berdoa sampai terlihat ketiaknya yang putih, tidak hanya dilakukan nabi ketika istisqa’. Wallahu A’lam
Mengangkat tangan dalam berbagai kesempatan doa
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
قدم الطفيل بن عمرو الدوسي على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: يا رسول الله! إن دوساً قدعصت وأبت، فادع الله عليها! فاستقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم القبلة ورفع يديه- فظن الناس أنه يدعو عليهم- فقال: “اللهم! اهدِ دوساً ….
Ath Thufail bin Amru Ad Dausi datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya suku Daus telah membangkang dan menolak, maka doakanlah mereka!” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya –manusia menyangka bahwa Beliau mendoakan mereka- dia berdoa: “Ya Allah, berikan petunjuk kepada suku Daus ….” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad. Lihat Shahih Adabul Mufrad, 478/611. Cet. 1, 1421H. Dar Ash Shiddiq)
Dari Ath Thufail bin Amru, tentang kisah seorang laki-laki yang berhijrah bersamanya. Dalam kisah itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa:
اللهم وليديه فاغفر ورفع يدي
ه
Ya Allah, ampunilah kedua anaknya,” dan dia mengangkat kedua tangannya.(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 6963, katanya: shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim. Ibnu Hibban No. 3017. Abu Ya’la No. 2175. Lihat juga Fathul Bari, 11/142. Al Hafizh mengatakan: sanadnya shahih. Tetapi Syaikh Al Albani mendhaifkan dalam Dhaif Adabil Mufrad, 1/215. Namun, Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya No. 116, tanpa menyebut: dia mengangkat kedua tangannya. Begitu pula dalam riwayat Ahmad No. 14982, juga Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 15613)
Dari ‘Ikrimah :
أنها رأت النبي صلى الله عليه وسلم يدعو رافعا يديه يقول: اللهم إنما أنا بشر
Bahwa ‘Aisyah melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa sambil mengangkat kedua tangannya: “Ya Allah sesungguhnya saya ini hanyalah manusia …” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahih Adabil Mufrad, 1/214. Fathul Bari, 11/142. Al Hafizh mengatakan: shahihul isnad- isnadnya shahih)
Imam An Nasa’i juga meriwayatkan dari Az Zuhri bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika setelah melontar jumrah dengan tujuh kerikil, dia mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. (HR. An Nasa’i No. 3083. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i No. 3083. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya No. 2972)
Dan masih banyak lagi doa nabi dengan mengangkat kedua tangannya. Al Hafizh Ibnu Hajar telah mengumpulkannya dalam Fathul Bari, di antaranya doa ketika gerhana, doa nabi untuk Utsman, doa nabi untuk Sa’ad bin ‘Ubadah, doa nabi ketika Fathul Makkah, doa nabi untuk umatnya, doa nabi ketika memboncengi Usamah, dan lainnya. Semuanya dengan sanad shahih dan jayyid, dan menyebutkan bahwa nabi mengangkat kedua tangannya ketika melakukan doa-doa tersebut. (Fathul Bari, 11/142). Sedangkan Imam Asy Saukani mengatakan ada tiga puluh hadits yang menceritakan mengangkat tangan ketika berdoa. (Nailul Authar, 3/322). Maka, keterangan ini mengkoreksi pihak yang mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengangkat tangan ketika berdoa kecuali ketika istisqa saja.
Doa Ketika Di Mimbar Khutbah Jumat
Jumhur ulama mengatakan tidak disyariatkan mengangkat kedua tangan ketika berdoa dalam khutbah Jumat, bahkan ada yang mengatakan itu sebagai perbuatan yang mengada-ada (bid’ah) . Sementara yang lain mengatakan boleh mengangkat kedua tangan ketika berdoa dalam khutbah Jumat.
Alasannya adalah hadits `Umarah bin Ruaibah, bahwa ia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya ketika di atas mimbar, lalu ia (‘Umarah) berkata kepadanya:
قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْمُسَبِّحَةِ
Semoga Allah memburukkan kedua tanganmu ini. Sungguh aku telah melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melebihkan tatkala sedang berdo’a selain seperti ini, sambil mengangkat jari telunjuknya.” (HR. Muslim No. 874, Abu Daud No. 1104, At Tirmidzi No. 515)
Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:
هذا فيه أن السنة أن لا يرفع اليد في الخطبة وهو قول مالك وأصحابنا وغيرهم وحكى القاضي عن بعض السلف وبعض المالكية إباحته لأن النبي صلى الله عليه وسلم رفع يديه في خطبة الجمعة حين استسقى
Pada kisah ini terdapat keterangan bahwa sunahnya adalah tidak mengangkat tangan dalam khutbah, ini adalah pendapat Malik, para sahabat kami (syafi’iyah), dan selain mereka. Al Qadhi menceritakan dari sebagian salaf dan sebaglain Malikiyah, bahwa mengangkat tangan adalah boleh, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengangkat tangannya ketika khutbah Jumat saat minta hujan (istisqa). (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/162. Lihat juga Imam Al ‘Aini, Syarh Abi Daud, 4/445)
Syaikh Hisamuddin ‘Afanah menjelaskan:
ولكن رفع الخطيب يديه أثناء الدعاء ليس من السنة بل هو بدعة عند كثير من أهل العلم.
قال شيخ الإسلام ابن تيمية: [ويكره للإمام رفع يديه حال الدعاء في الخطبة لأن النبيصلى الله عليه وسلمإنما كان يشير بإصبعه إذا دعا] . وقال العلامة ابن القيم: [وكانصلى الله عليه وسلميشير بإصبعه السبابة في خطبته عند ذكر الله سبحانه وتعالى ودعائه] ويؤيد ذلك ما جاء في الحديث أن عمارة بن رؤيبة رأى بشر بن مروان رفع يديه في الخطبة فقال: [قبح الله هاتين اليدين لقد رأيت رسول اللهصلى الله عليه وسلمما يزيد أن يقول بيده هكذا وأشار بإصبعه المسبِّحة] رواه مسلم . قال الإمام النووي: [هذا فيه أن السنة أن لا يرفع اليد في الخطبة] Tetapi, seorang khatib mengangkat kedua tangannya ketika berdoa bukanlah perbuatan sunah bahkan itu bid’ah menurut mayoritas ulama. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Dimakruhkan seorang imam mengangkat kedua tangannya ketika berdoa dalam khutbah karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika doa mengisyaratkan dengan jari telunjuknya.” Al ‘Allamah Ibnul Qayyim berkata: “Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengisyaratkan dengan jari telunjuknya dalam khutbahnya, baik saat dzikir kepada Allah Ta’ala dan doa.” Hal ini didukung oleh hadits, bahwa `Umarah bin Ru-aibah, melihat Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya ketika di atas mimbar, lalu ia (‘Umarah) berkata kepadanya: “Semoga Allah memburukkan kedua tanganmu ini. Sungguh aku telah melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melebihkan tatkala sedang berdo’a selain seperti ini, sambil mengangkat jari telunjuknya.” (HR. Muslim). Imam An Nawawi mengatakan: “Pada hadits ini terdapat petunjuk bahwa sunahnya adalah tidak mengangkat kedua tangan dalam khutba.” (Syaikh Hisamuddin ‘Afanah, Ittiba’ Laa Ibtida’, Hal. 139)
Imam Asy Syaukani juga mengatakan bahwa menurut hadits ini dimakruhkan mengangkat kedua tangan ketika berdoa dalam khutbah dan itu bid’ah. (Nailul Authar, 3/322)
Sementara ada pandangan lain dari Ath Thayyibi, bahwa maksud kisah dalam hadits di atas bukanlah mengangkat tangan ketika berdoa dalam khutbah, tetapi mengangkat tangan ketika berpidato dalam khutbah itu sendiri. Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Abadi menyebutkan dari Ath Thayyibi:
والمعنى أي يشير عند التكلم في الخطبة بأصبعه يخاطب الناس وينبههم على الاستماع
Maknanya adalah mengisyaratkan dengan jari ketika berbicara dalam khutbah, mengkhutbahi manusia dan memperingkatkan mereka untuk mendengarkannya. (sumber belajar islam.com)

Jumat, 19 Juni 2015

10 Amal Ibadah Pada Bulan Puasa (Ramadhan) Sesuai Sunnah Rasul SAW

 Bulan Ramadhan bagi umat muslim seluruh dunia merupakan bulan penuh berkah, hikmah dan ampunan, karena berbagai amal perbuatan dapat menjadi pahala yang berkali lipat. Bahkan pada posting sebelumnya telah diceritakan bagaimana tidurnya orang yang berpuasa dibulan Ramadhan adalah pahala.
Maka dari itu, merupakan hal yang sia-sia jika pada kesempatan bulan Ramadhan ini kita tidak berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Umur seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya, selagi kita masih bertemu bulan Ramadhan bulan seribu bulan ini, sangat beruntung bagi umat muslim yang mau menjalankan sunah-sunah demi mengejar pahala.
Nabi besar kita, Muhammad SAW telah mencontohkan kepada umat amalan sunah-sunah yang dapat dilakukan pada bulan suci Ramadhan. Jadi apalagi yang kita tunggu? Berikut ini beberapa sunah ibadah sesuai sunnah Rasul SAW.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]
Berikut ini adalah amalan-amalan yang dianjurkan selama bulan puasa ramadhan sesuai sunnah rasul saw:

1. Menyegerakan Berbuka Puasa

Apabila telah datang waktu berbuka puasa, hendaklah menyegerakan berbuka, karena didalamnya terdapat banyak kebaikan. Rosulullah SAW bersabda :

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَرواه الشيخان
Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

2. Melaksanakan Makan Sahur

تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِى السَّحُرِ بَرَكَةٌالشيخان

Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Membaca Al-Qur’an (Tilawah)

Ayat Al-Qur’an diturunkan pertamakali pada bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah SAW sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain.

Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.

Buatlah target untuk diri anda sendiri. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka misalnya di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Hal ini bisa juga dijadikan program unggulan bersama keluarga.

4. Memberikan Makanan Berbuka Puasa (Ith’amu ath-tha’am)

مَنْ فَطَرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌصحيح النسائى و الترمذى
Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shohih Nasa’i dan Tirmidzi)

Amal ibadah mulia ini dapat Anda manfaatkan bersama tetangga atau anak-anak yatim yang bermukim disekitar rumah Anda. Memberikan makanan ini hanya satu contoh yang dapat kita terapkan dalam hal berbagi rezki kepada sesama umat. Hal ini juga perlu dibiasakan, agar setelah selesai bulan Ramadhan, hal ini tidak punah begitu saja.

5. Berdakwah

Jangan sia-siakan momen Ramadhan kali ini. Sepanjang bulan Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah karena pastinya suasana Ramadhan sudah sangat terasa dimana-mana dan tiap orang siap menerima nasihat.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran[3] : 104)

Namun pastikan jika Anda memberi nasihat haruslah ada dalilnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.”

6. Shalat Tawawih (Qiyamul Ramadhan)

Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Dan yang paling penting diingat ialah shalat tarawain dapat dilakukan dirumah sekalipun.

Rasulullah saw pernah merasa khawatir karena takut shalat tarawih dianggap menjadi shalat wajib karena semakin hari semakin banyak yang ikut shalat berjamaah di masjid sehingga beliau akhirnya melaksanakan shalat tarawih sendiri di rumah. *Baca Juga: Etika Shalat Tarawih & Witir

7. I’tikaf

Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

ayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”

8. Lailatul Qadar

Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.

9. Umrah

Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya berlipat-lipat. Rasulullah SAW. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)

10. Bertaubat

Selama bulan Ramadhan, Allah SWT membukakan pintu ampunan bagi seluruh hambanya. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita.

11. Zakat Fitrah

Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.

Itulah beberapa amalan ibadah mulia yang diajarkan oleh Nabi besar kita Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan. Semoga kita dapat mengerjakan semua amalan ibadah tersebut dengan niat ikhlas dan mengharap ridho HANYA dari Allah SWT. Amiin.


Sumber: http://duniaislam.kangismet.net/, http://sunnahrasulsaw.wordpress.com/, http://www.pesantrenvirtual.com/

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 8

Arsip Blog


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }