Paduan Suara

Murid-Murid TK Tarbiyatul Athfal 41 Semarang saat menampilkan Paduan Suara dalam rangka Pentas Seni Dan Perpisahan

TK TA 41 Gelar Pentas Seni dan Perpisahan

murid -murid TK Tarbiyatul Athfal 41 Semarang sat pentas Tari dalam acara pentas Seni dan Perpisahan tahun ajaran 2016/2017

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pentas Seni TK TA41 Semarang

murid TK Tarbiyatul Athfal 41 Semarang sat menghafal Asmaul Husna dalam acara pentas Seni dan Perpisahan tahun ajaran 2016/2017

Pelatihan Jurnalistik Muslimat NU

Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Semarang gelar pelatihan Jurnalistik Tangkal Berita HOAX

Kamis, 19 Januari 2017

Dirjen PAUD dan Dikmas Instruksikan berhati-hati dalam melaksanakan program & Kegiatan

akarta, PAUD dan Dikmas. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, mengintruksikan kepada seluruh pejabat dilingkungan Ditjen PAUD & dikmas agar berhati-hati dalam melaksanakan program & Kegiatan, sehingga di tahun 2017 tidak ada temuan.

“Supaya tidak ada temuan pada tahun 2017 dalam setiap eksekusi program dan kegiatan, harus berhati-hati dan mengikuti peraturan yang ada, ujar Harris Iskandar saat memimpin Rapat Kerja Pimpinan di Lingkungan Ditjen PAUD dan Dikmas. belum lama ini.

Pada rapat tersebut Harris juga meminta agar para pejabat cdermat dalam menyusun program dan kegiatan, hal ini dilakukan guna mengantisipasi adanya pemotongan anggaran dari Kementerian Keuangan nantinya. Dan menginformasikan kepada Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), terkait pengalihan status kelembagaannya menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) PAUD dan Dikmas.

Selain merefleksi program dan kegiatan tahun 2016 setditjen, rapat kerja yang diselenggarakan di ruang sidang utama Ditjen PAUD dan Dikmas gedung E Lt. III. Turut pula membahas mengenai peningkatan mutu kinerja pegawai dan pimpinan, serta penataan kebutuhan kerja Direktorat Jenderal akan pegawai honorer atau off sourching

Disampaikan oleh Wartanto selaku SesDitjen PAUD dan Dikmas, program dan kegiatan Ditjen PAUD dan Dikmas Tahun 2016 telah berjalan dengan lancar. meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, program dan kegiatan Ditjen PAUD dan Dikmas Tahun 2017 harus berjalan lebih baik dibandingkan tahun 2016. (KS/Tim Warta/MHF/Pri)


Sumber:https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/berita/8760.html

Mendikbud Lantik 3 Pejabat Ditjen PAUD dan Dikmas

Jakarta, PAUD dan Dikmas. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhandjir Effendy, melantik 3 pejabat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas), bersama dengan 14 pejabat lainnya di lingkungan Kemdikbud.

Ketiga pejabat tersebut adalah : Hadiyana sebagai Kepala Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Regional VI Papua, Budi Setiono sebagai Kepala Seksi Informasi dan Kemitraan Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Regional VI Papua, dan Erni Amin sebagai Kepala Sub Bagian Umum Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Regional VI Papua.

Pada acara yang dihadiri seluruh pejabat dilingkungan Kemdikbud dan undangan, acara yang diselenggarakan di Graha Utama Kemdikbud Gedung A Lt. III Komplek Perkantoran Kemdikbud, Mendikbud menyampaikan agar pejabat bisa bekerja sama dan bekerja keras untuk mencapai tujuan pemerataan pendidikan yang berkualitas

 “Tema besar kabinet kerja masa bakti 2017 ini adalah pemerataan yang berkualitas. Saya harap kita juga bisa menuju ke situ (pemerataan), bekerja keras semuanya,” ujar Mendikbud, Jumat baru-baru ini

Mendikbud juga menyampaikan pergantian pejabat dilingkungan Kemdikbud diibaratkan pergantian dalam sebuah pertandingan sepak bola, dengan tujuan meningkatkan kualitas tim agar bisa mempertahankan atau memenangkan pertandingan hingga peluit pertandingan berakhir. Sama dengan Kemdikbud dengan target pencapaiannya.

Oleh sebab itu Mendikbud meminta seluruh pejabat Kemendikbud untuk fokus kepada sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan masyarakat. “Supaya diperluas jangkauannya, dipelihara dengan baik, dan dijaga kualitasnya. (KS/Tim Warta/MHF/Pri)

Sumber:https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/berita/8759.html

Paud Padega Siwi Berkunjung Ke- Polsek Pedurungan

Anak-anak dari Pos pendidikan anak usia dini (PAUD) Pandega Siwi RW 2 Tlogosari Kulon, yang berjumlah 45 mendatangi kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Pedurungan, Rabu (18/1). Dengan didampingi bunda masing-masing, mereka dikenalkan dengan profesi polisi secara langsung.
”Ini terkait dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tentang pekerjaan. Selain mengenalkan pekerjaan di kelas, kami mengajak anak-anak ini untuk berkenalan langsung dengan profesi yang sebelumnya dipelajari di kelas tersebut,” ujar Bunda Endang Supriastati, Kepala Pos PAUD Pandega Siwi.
Menurutnya, selain mengenal profesi mereka juga dikenalkan dengan rambu-rambu lalu lintas, atribut polisi dan beberapa polisi beserta tugasnya. Termasuk dikenalkan dengan polisi yang berpenampilan preman.
Memang ada beberapa anak yang menangis saat dipertemukan dengan polisi ini. Namun, oleh bundanya mereka berhasil ditenangkan dan kembali belajar megenal pengayom masyarakat terebut.
Sementara itu, Ipda Prastiwi mengatakan, kunjungan ini sangat bagus karena dapat mengenalkan kepada anak sejak dini tentang profesi polisi yang selama ini menjadi momok di masyarkat untuk menakut-nakuti.
Dengan kegiatan ini, diharapkan anak-anak usia PAUD lebih mengenal polisi, anak-anak dapat termotivasi dan bangga akan tugas polisi, meskipun banyak masyarakat yang tidak senang.
”Bahkan untuk mengenalkan kepada anak-anak, mereka tidak harus ke kantor polisi. Kami bisa diundang untuk hadir ke sana. Kami siap memperkenalkan kepada anak-anak mengenai tugas yang kami laksanakan,” ujar Ipda Tiwi didampingi Aiptu Irianti.**SEF


Sumber:http://koranborgol.com/article/183422/sakha-senang-ketemu-pak-polisi-di-polsek-pedurungan.html

Sabtu, 14 Januari 2017

Tak Ada Siswa yang Bodoh, Cek Lagi Cara Ajarnya!

Lagu Indonesia Raya berkumandang di Hanoi National University of Education, Vietnam pada Juli 2016. Di sana, Wilson Gomarga (18), pelajar SMA IPEKA, memperoleh medali emas di kompetisi International Biology Olympiad (IBO) ke-27.

Masih pada Juli, Noval Ilham Arfiansyah dan Tangguh Achmad Fairuzzabady juga berhasil memperoleh medali perak dan perunggu Olimpiade Matematika di Singapura. Kedua siswa kelas 6 itu mengalahkan ribuan peserta lain di ajang internasional itu.

Memang, sudah banyak pelajar Indonesia yang berprestasi dan sukses menjuarai olimpiade. Namun, tak dapat dimungkiri banyak pula siswa yang berprestasi rendah di sini.

Studi International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) di Asia Timur, misalnya, memperlihatkan keterampilan membaca kelas 4 SD di Indonesia berada di peringkat terendah ketika dibandingkan dengan negara tetangga.

Rata-rata skor tes membaca tertinggi diraih Hongkong (75,5). Peringkat kedua diduduki oleh Singapura (74). Sementara itu, Thailand berada di posisi ketiga (65.1). Filipina satu peringkat lebih tinggi dari Indonesia (52.6).

Adapun skor tes siswa Indonesia adalah 51,7. Mereka hanya mampu menguasai 30 persen materi bacaan.

Selain itu, pelajar Indonesia juga kesulitan menjawab soal-soal penalaran yang membutuhkan pemahaman. Hal ini disebabkan mereka terbiasa menghapal dan menjawab soal pilihan ganda.

Ada apa?

Tak ada faktor tunggal

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Tantangannya, sistem pendidikan formal Indonesia cenderung memperlakukan siswa sama rata.

"Padahal, semua anak berbeda. Setiap anak punya kekhususan berbeda. Ketika diperlakukan sama, ada yang bisa mengikuti, ada yang tidak," ungkap Founder & CEO Elite Tutors Indonesia, Sumarsono, saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/9/2016) lalu.




Elite
Bimbingan belajar privat

Menurut Sumarsono, bisa jadi sistem pengajaran tersebut membuat sejumlah anak tak terseleksi. "Memiliki kekhususan tetapi tidak terlihat oleh sistem yang ada," ujar dia.

Ada beragam kondisi yang membuat pengajaran tak optimal terserap oleh siswa. Misalnya, anak kurang konsentrasi saat guru menjelaskan.

Terkadang, anak-anak terlihat memperhatikan pelajaran tetapi sebenarnya mereka sedang melamun atau bahkan mengerjakan hal lain. Pelajar juga seringkali kurang minat dengan pelajarannya.

Atau, bisa jadi siswa tak suka dengan metode ajar gurunya. Kebanyakan guru mengajar dengan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan.

Bisa juga, fasilitas sekolah kurang menunjang. Minim perpustakaan atau alat ajar, bisa jadi di antaranya.

Kenali Kebutuhan Siswa

Dari fenomena-fenomena di atas, Sumarsono berpendapat setiap anak butuh dukungan untuk bisa mendapatkan potensi terbaik.

Menurut Sumarsono, setiap anak punya kekhususan. “Anak biasanya mencari support dari luar dengan ikut bimbingan belajar (bimbel)," kata dia.

Sumarsono menambahkan, sebagian siswa ikut program belajar karena memang memiliki masalah belajar dan ingin mengatasinya.

Namun, kata Sumarsono, anak yang pintar di sekolah juga bisa saja tetap mengikuti bimbel untuk menambah lagi kepandaian.

“Anak sukses maupun tidak sukses sama-sama ingin mengetahui kemampuan mereka yang masih terpendam," ungkap Sumarsono.

Dari semua fenomena tersebut, Sumarsono pun menggagas sistem tailor-made yang dikembangkan di lembaganya.

"Sistem ini sudah banyak diterapkan sekolah dan lembaga pendidikan di luar negeri, tapi belum familiar di Indonesia," tutur Sumarsono.

Silabus dalam sistem ini dibuat berdasarkan kebutuhan dan tujuan anak. Di dalamnya tercakup mata pelajaran dan target nilai yang ingin dicapai siswa.

“Tujuan anak ikut tambahan pelajaran macam-macam, (seperti) ingin masuk sekolah favorit, ingin masuk perguruan tinggi negeri, atau ingin kuliah di luar negeri,” sebut Sumarsono.


THINKSTOCKPHOTOS
Ilustrasi

Selain silabus tersebut, sistem tailor-made juga merancang pola ajar yang menghibur. Saat murid sudah merasa nyaman dengan pendidik, mereka akan terbuka dengan sendirinya dan lebih mudah menerima pengajaran.

Ibarat tabung keilmuan, kata Sumarsono, kenyamanan ini membuat tabungnya terbuka sehingga ilmu mudah masuk.

Terlebih lagi, kata Sumarsono, tantangan yang dihadapi pelajar sekarang teramat beragam, dari kurikulum sampai kemungkinan masalah domestik keluarga.

"Di situ kami berperan, tutor menempatkan diri sebagai teman," tegas Sumarsono. "Di kami, chemistry antara peserta didik dan tutor sangat dijaga, karena usia peserta didik kami lebih mendengar teman daripada orangtua," imbuh dia.

Satu hal yang paling berbeda dari lembaganya dibandingkan bimbel pada umumnya, sebut Sumarsono, adalah sistem privat. Satu siswa ditangani oleh satu tim tutor yang membantu dan memantau kemajuan dan target belajarnya.

Sebelum silabus disusun, tambah Sumarsono, lembaganya membuat pula mekanisme one stop service. Mekanisme ini memastikan kebutuhan dan tujuan siswa belajar di lembaga ini. "Prosesnya sekitar dua pekan," sebut dia.

Masih berpikiran ada anak bodoh? Coba dicek lagi..


Sumber:http://edukasi.kompas.com/read/2016/09/14/18310091/tak.ada.siswa.yang.bodoh.cek.lagi.cara.ajarnya.

Kenapa Ayah Perlu Bertualang bersama Anak Tanpa Ibunya?

Oleh: Wisnu Nugroho

"Lebih baik terlambat daripada terlambat banget." Begitu guyonan yang saya jumpai di kaus oblong yang dijajakan di emperan toko Jalan Malioboro, Yogyakarta, dan laris dibeli wisatawan, Kamis (5/5/2016) lalu.

Oblong itu laris tidak hanya karena harganya Rp 25.000, tetapi lantaran pesannya membuat rileks. Beberapa orang wisatawan yang melintas tersenyum sebelum memutuskan membeli oblong itu.

Rasa bersalah karena tuntutan ketepatan waktu di dunia yang hitung-hitungan dan diwarnai ketegangan, berkurang setelah membaca tulisan di oblong itu. Yogyakarta lihai untuk kejenakaan menertawakan kecenderungan dunia macam begini.

Saya juga tersenyum ketika mendapati tulisan di oblong itu. Tulisan di oblong itu mewakili semangat saya untuk menghabiskan waktu libur empat hari "hanya" bersama salah satu anak lelaki saya yang usianya tujuh tahun.

Antara 4-8 Mei 2016, saya habiskan sebagian besar waktu bersama anak lelaki saya dalam rangkaian "Jogja Mini Touring".

Betul bahwa kami tidak sendiri. Ada 18 mini klasik buatan tahun 1961-1990 yang ikut serta menempuh rute sejauh 1.500 kilometer dari Jakarta-Yogyakarta-Jakarta.

Namun, dalam perjalanan dan rangkaian kegiatan termasuk bakti sosial itu, saya lebih banyak memilih berdua saja dengan anak lelaki saya karena niat yang sudah saya tetapkan.

Niat itu muncul sejak lama meskipun kerap tenggelam. Niat itu muncul lagi dan seperti minta diwujudkan setelah saya membaca artikel "Why every father should bring his toddler out for a mini adventure" yang ditulis Steven Chow awal Maret 2016. Karena anak lelaki saya tidak dalam kategori "toddler" (1-3 tahun), perwujudan niat saya ini bisa disebut terlambat.

Namun, sekali lagi, lebih baik terlambat daripada terlambat banget. Begitu pembelaan saya. Mau mengajak anak ketiga, dia masih menyusui alias belum bisa pisah berhari-hari dari ibunya.

Mau mengajak anak pertama saya untuk urusan ini, terlambat banget karena dia sudah beranjak remaja dan mulai asyik dengan teman-temannya.

Ajakan terbuka

Kepada anak saya, ajakan ikut touring saya sampaikan terbuka berikut konsekuensinya. Tidak ada paksaan. Saya gembira karena untuk perjalanan jauh ini anak saya berminat.

Rencana kami susun termasuk menyikapi kemungkinan yang bisa timbul sebagai konsekuensi perjalanan yang tidak sepenuhnya bisa kami kendalikan.
Pada pokok ini, kami belajar kecil-kecilan tentang bagaimana mengelola kekecewaan dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Ada harapan. Namun, kenyataan kerap tidak sesuai dengan harapan.
Soal harapan sampai di Yogyakarta sebelum malam misalnya, tidak sesuai kenyataan. Kami yang berangkat dari Jakarta selepas subuh via pantai utara Jawa, tiba di Yogyakarta tengah malam.

Di jalan, ada banyak perhentian entah karena gangguan kecil pada kendaraan atau karena hal-hal lain di luar dugaan, seperti pemandangan indah yang membuat kami ingin berlama-lama menikmati perjalanan. Ketidakpastian kerap juga memunculkan kejutan menyenangkan.

Perjalanan sekitar 20 jam membuat kami intens bercakap-cakap. Hal yang amat jarang bisa kami lakukan dengan intensitas seperti ini.
Sebagai pekerja, waktu tempuh ke tempat kerja dan pulang ke rumah menyita banyak waktu untuk bercakap-cakap dengan anak-anak setiap hari. Kami yang tinggal di sekitar Jakarta mengalami hal ini.
Meskipun menjelang malam saya lihat ada kekecewaan lantaran belum juga sampai Yogyakarta, anak saya bisa menerima alasannya.
Kebersamaan dan bantu membantu di perjalanan membuat kami menanggalkan ego untuk segera tiba di Yogyakarta. Kesulitan teman perjalanan adalah kesulitan bersama untuk diatasi.

Kerap abai sebagai ayah

Meskipun anak lelaki tujuh tahun sudah bisa "mandiri", pengawasan dan campur tangan orang lain bukan tidak diperlukan. Persoalan sederhana seperti tidur, bangun tidur, mandi, dan gosok gigi misalnya diperlukan campur tangan orang lain. Juga soal makan dan jenis makanan. Begitu juga soal pengaturan waktu untuk sejumlah kegiatan.

Untuk urusan-urusan ini, sebagai ayah yang bekerja, saya kerap abai dan menyerahkan semua pada istri. Namun, saat kami hanya berdua bepergian untuk waktu yang cukup lama, urusan-urusan yang tampaknya sepele ini ternyata tidak mudah juga. Kemampuan persuasi dan kesabaran menjadi tuntutan di sini.

Dalam kerepotan ini, hal-hal terkait anak yang biasanya saya hindari dengan alasan pekerjaan, harus saya hadapi. Tidak mudah dan kerap menguras energi.

Kamar berantakan sudah pasti. Ingatan saya lantas tertuju pada istri dan ibu-ibu lain yang setiap hari mereka menghadapi kerepotan yang tidak mudah ini. Empati muncul di sini.

Namun, petualangan dengan anak sendirian tidak melulu berisi hal-hal yang tidak mudah dan membuat pening. Ada saat-saat kebersamaan yang intens dan itu menyenangkan. Kami lantas saling mengenal lebih dalam.

Ketika bersepeda tandem keliling Museum Vredeberg dan menyaksikan Presiden Joko Widodo keluar dari Gedong Agung dan melambaikan tangan kami berbagi tawa. Saat ke Pantai Parangkusumo, Bantul, kami bermain pasir sampai lupa waktu.

Juga ketika ikut lava tour di Gunung Merapi, saya kelelahan meladeni keinginan anak saya yang antusias naik sampai ujung bukit tempat bungker dibangun.

Tumbuhkan empati

Dua hari kami habiskan waktu hanya di Yogyakarta. Dalam dua hari, perubahan saya rasakan. Perubahan paling nyata adalah perubahan kesadaran bahwa selama ini saya kurang mengenal anak saya.
Kesabaran saya menghadapi anak juga jauh dari yang saya duga dan harapkan. Perjalanan ini sejatinya memang untuk saya pertama-tama.
Hal yang lebih kurang sama dialami beberapa teman saya yang ikut "Jogja Mini Touring" ini. Ronny Jauw, misalnya, yang membawa serta dua anaknya berusia tujuh tahun dan empat tahun tanpa istri.

Bagi Ronny, bepergian bersama anak-anak merupakan kesempatan mendekatkan diri dan memahami anak-anak dari kacamata mereka secara lebih intens serta memahami bagaimana "repotnya" seorang istri.

Kesadaran yang muncul karena pengalaman ini mengubah bagaimana saya berinteraksi dengan anak saya ketika perjalanan kembali dari Yogyakarta ke Jakarta via pantai utara Jawa. Dalam perjalanan itu, hormat saya kepada istri dan ibu-ibu di mana pun juga bertambah.

Karena kesadaran atas pengalaman ini, saya sepakat dengan apa yang ditulis dan menjadi kesadaran Chow. Jika hendak membuat suami Anda memahami bagaimana rasanya menjadi istri atau ibu, yakinkan suami Anda untuk membuat petualangan atau perjalanan dengan anak-anak sendiri tanpa istri.

Untuk memulai hal ini, lebih baik terlambat daripada terlambat banget.

Oh ya, di lebih dari dari 80 negara, Minggu (8/5/2016) kemarin, diperingati sebagai Hari Ibu. Di Indonesia, kita punya tradisi sendiri tiap 22 Desember. Mengingat pentingnya peran ibu untuk sebuah generasi, makin kerap kita mengingat dan merayakannya makin baik menurut saya.

Selamat Hari Ibu. Selamat merencanakan petualangan bersama anak-anak Anda tanpa ibunya.


Sumber:http://sains.kompas.com/read/2016/05/09/07350231/Kenapa.Ayah.Perlu.Bertualang.bersama.Anak.Tanpa.Ibunya.

Belajar dari "Si Bolang", bahwa Hidup Tak Melulu Soal Uang

Siapa tidak kenal Si Bolang? Bocah yang lincah dan gemar bertualang hingga ke pelosok Indonesia.

Sejak pertama kali tayang di Trans 7 pada Maret 2006, Si Bolang sudah menayangkan lebih dari 1.000 episode dan sudah mendapatkan banyak penghargaan. Salah satunya KPAI Award sebagai Program Ramah Anak.

Kini, seluruh tayangan Si Bolang tak hanya bisa dinikmati lewat televisi, tapi juga lewat buku. Seluruh episode tayangan ini akan hadir berseri dengan berbagai tema.

Beberapa waktu sebelumnya telah terbit 'Si Bolang Eduventure' yang bercerita tentang kehidupan Si Bolang di Papua, Si Bolang NTT, Si Bolang Jawa Tengah, dan Si Bolang Kaltim dan Kaltara.

Kali ini, giliran Si Bolangpedia yang sudah siap mengajak seluruh anak Indonesia berpetualang. Buku Si Bolangpedia berkisah tentang berbagai tema, antara lain cara bertahan hidup, melakoni permainan tradisional, beragam musik, dan tarian daerah. Semuanya asyik dan menarik!

Si Bolangpedia (Bertahan Hidup) misalnya, meliputi cara membuat pakaian, mengolah bahan makanan, membangun tempat tinggal, meracik obat-obatan, hingga cara meramu pestisida untuk mengusir hama. Tak ketinggalan cara merakit alat transportasi, membuat penunjuk arah, teknologi sederhana hingga pencahayaan. Hebatnya, semua kebutuhan ini bersumber dari alam!
Bertahan hidup

Buku ini sangat cocok untuk mengenalkan beragam kearifan lokal Indonesia pada anak-anak kita. Apalagi seluruh keberagaman itu diceritakan dari sudut pandang anak-anak dengan gaya bahasa yang sederhana.
Tentu, ini tak luput dari kepiawaian penulisnya, Johanna Ernawati, yang memang sudah belasan tahun menulis untuk Majalah Bobo. Sebagai daya tarik, buku ini juga dilengkapi gambar-gambar cantik yang akan membuat anak-anak betah menelusuri pulau demi pulau, dari ujung Sumatra hingga ke Papua.

Cerita dimulai dari Si Bolang yang diajak Pak Profesor untuk bertualang keliling Indonesia menggunakan pesawat kecil. Sayangnya, cuaca buruk menghantam pesawat mereka hingga Bolang dan Sang Profesor terdampar di sebuah pulau. Mampukah mereka bertahan dengan mengandalkan kekayaan alam?

Berangkat dari kisah itulah Bolang dan Pak Profesor mengajak pembaca berkenalan dengan anak-anak di Lebong Tandai, Bengkulu, yang memanfaatkan keasaman buah paung untuk mengawetkan ikan.
Mereka juga mengajari cara membuat rok tauri dari pucuk sagu bersama bersama teman-teman dari Mimika Barat. Lihat pula keseruan anak-anak Jambi memanfaatkan busa-busa buah lerak sebagai sabun mandi.
Sedang sakit gigi? Tak usah ke apotek. Kulit batang pohon ketapang bisa dimasak dan dijadikan obat kumur-kumur seperti yang dilakukan anak-anak di Papua Barat.

Mati lampu dan butuh penerangan? Coba saja membuat lampu dari minyak kemiri yang dibakar, seperti dilakukan teman-teman di Nusa Tenggara Timur.

Secara keseluruhan buku ini memberikan dua pelajaran penting untuk anak-anak, yaitu mencintai alam dan mencintai proses. Hidup memang tidak melulu mengandalkan uang, tetapi cukup dengan menjaga alam yang sudah menyediakan segala kebutuhan kita.
Tentu saja, semua itu membutuhkan sebuah proses panjang. Namun, proseslah yang akan mengajarkan anak untuk sabar, tidak gampang menyerah, kreatif, belajar menghargai sesuatu sehingga mampu bersyukur dalam keadaan apa pun.
Salam Bocah Petualang!


Sumber:http://edukasi.kompas.com/read/2016/12/27/11221631/belajar.dari.si.bolang.bahwa.hidup.tak.melulu.soal.uang.

Jumat, 06 Januari 2017

Pengembangan Seni di Taman Kanak-Kanak (TK)

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar, lembaga ini sangat strategis dan penting dalam penyediakan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Anak usia ini merupakan golden age (usia emas) di dalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Masa peka adalah suatu masa yang menuntut perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Pendapat Bloom menyatakan bahwa:
80% perkembangan mental, kecerdasan anak berlangsung pada usia 4-6 tahun ini.
Kenyataan di lapangan bahwa anak yang tinggal kelas, drop out, khususnya pada kelas rendah disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan di TK.

Sebagai makhluk yang merasa dan memikir, anak mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan pikiran dengan berbagai macam cara menurut keinginannya sendiri. Dalam meyatakan perasaan dan pikiran atau berekspresi itu anak menghayati berbagai macam perasaan tentang hal-hal atau peristiwa yang dialami, seperti perasaan senang, perasaan puas, perasaan keindahan dan sebagainya.

Pendidikan TK memberi kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi dengan berbagai cara dan media kreatif (alat untuk berkreasi), seperti kegiatan-kegiatan dengan menggunakan kertas, pensil berwarna, krayon, tanah liat, bahan alam, bahan bekas dan lainnya. Di dalam kegiatan pengembangan seni terdapat bermacam-macam kegiatanyaitu seni corak/gambar, seni lukis, seni bentuk, seni musik, seni suara dan seni tari. Seni kanak-kanak sanagt terbatas dan amat sederhana, baik bentuk, perwujudannya maupun isinya, namun dapat dikatakan memenuhi syarat-syarat keindahan. Ciri-ciri keindahan yang khas sesuai jiwa anak yang masih sangat muda, selalu mengharapkan segala sesuatu yang bersifat indah dan menyenangkan dalam hidupnya.

Hakikat Seni

Pada dasarnya seni adalah hasil keindahan kreasi manusia. Jadi keindahan alam tidak termasuk dalam pengertian seni, walaupun ada hubungannya, karena keindahan alam itu selalu mempengaruhi perasaan keindahan manusia dan senantiasa menjadi sumber keindahan. Oleh karena itu perbuatan atau pekerjaan manusia erat hubungannya dengan pikiran. Sekalipun dasar perbuatan itu adalah perasaan, akan tetapi dalam seluruh proses pekerjaan seni tidak hanya ditentukan oleh perasaan saja, melainkan bertalian erat dengan pikiran. Halus dan jernihnya perasaan serta tajamnya pikiran merupakan syarat-syarat untuk dapat menciptakan perwujudan seni yang tinggi mutunya. Pikiran menentukan benar atau salahnya perwujudan dan yang menentukan bagus atau tidaknya perwujudan seni adalah perasaan. Berhubung perasaan manusia itu berbeda-beda maka sering kali perwujudan seni dianggap baik oleh seseorang dan dianggap jelek oleh orang lain. Penentuan ini sifatnya sangat individual dan subyektif. Walaupun demikian, ada ukuran-ukuran sebagai hasil penyelidikan yang dilakukan dalam bidang sei yang pada umumnya dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan rendah atau tingginya mutu seni.



Sumber:http://www.membumikanpendidikan.com/2015/03/pengembangan-seni-di-taman-kanak-kanak.html

Ini Contoh Kegiatan Pengembangan Kemampuan Seni di TK

Contoh-Contoh Kegiatan Pengembangan Kemampuan Seni di TK. Sehingga dimungkinkan guru dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan kondisi guru, anak didik, sarana prasarana, dan kondisi lingkungan setempat, dan sebagai bahan rujukan penyusunan Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) dan Satuan Kegiatan Harian (SKH).

Sebagai makhluk yang merasa dan memikir, anak mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan pikiran dengan berbagai macam cara menurut keinginannya sendiri. Dalam meyatakan perasaan dan pikiran atau berekspresi itu anak menghayati berbagai macam perasaan tentang hal-hal atau peristiwa yang dialami, seperti perasaan senang, perasaan puas, perasaan keindahan dan sebagainya.

Pendidikan TK memberi kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi dengan berbagai cara dan media kreatif (alat untuk berkreasi), seperti kegiatan-kegiatan dengan menggunakan kertas, pensil berwarna, krayon, tanah liat, bahan alam, bahan bekas dan lainnya. Di dalam kegiatan pengembangan seni terdapat bermacam-macam kegiatan yaitu seni corak/gambar, seni lukis, seni bentuk, seni musik, seni suara dan seni tari. Seni kanak-kanak sangat terbatas dan amat sederhana, baik bentuk, perwujudannya maupun isinya, namun dapat dikatakan memenuhi syarat-syarat keindahan. Ciri-ciri keindahan yang khas sesuai jiwa anak yang masih sangat muda, selalu mengharapkan segala sesuatu yang bersifat indah dan menyenangkan dalam hidupnya.

Pengertian Seni

Pada dasarnya seni adalah hasil keindahan kreasi manusia. Jadi keindahan alam tidak termasuk dalam pengertian seni, walaupun ada hubungannya, karena keindahan alam itu selalu mempengaruhi perasaan keindahan manusia dan senantiasa menjadi sumber keindahan. Oleh karena itu perbuatan atau pekerjaan manusia erat hubungannya dengan pikiran. Sekalipun dasar perbuatan itu adalah perasaan, akan tetapi dalam seluruh proses pekerjaan seni tidak hanya ditentukan oleh perasaan saja, melainkan bertalian erat dengan pikiran. Halus dan jernihnya perasaan serta tajamnya pikiran merupakan syarat-syarat untuk dapat menciptakan perwujudan seni yang tinggi mutunya. Pikiran menentukan benar atau salahnya perwujudan dan yang menentukan bagus atau tidaknya perwujudan seni adalah perasaan. Berhubung perasaan manusia itu berbeda-beda maka sering kali perwujudan seni dianggap baik oleh seseorang dan dianggap jelek oleh orang lain. Penentuan ini sifatnya sangat individual dan subyektif. Walaupun demikian, ada ukuran-ukuran sebagai hasil penyelidikan yang dilakukan dalam bidang sei yang pada umumnya dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan rendah atau tingginya mutu seni.

Seni merupakan ciptaan manusia, oleh sebab itu senantiasa ada kesesuaian dengan sifat-sifat manusia yang menciptakannya. Demikian juga halnya dengan seni kanak-kanak. Keindahan yang terdapat dalam berbagai perwujudan seni kanak-kanak ada kesesuaiannya dengan jiwa dan perasaan anak, yang minat dan perhatiannya senantiasa tertuju kepada segala sesuatu yang bersifat indah dan menyenangkan baginya. Jiwa dan sifat anak-anak tercermin dalam “perbuatan seni”-nya dan mempunyai keindahan yang khas. Kenyataan ini menuntut pengertian, penghargaan dan penilaian yang lain sifatnya dalam pendidikan.

Di Taman Kanak-kanak pemenuhan kebutuhan anak untuk berekspresi itu mendapat bimbingan dan pembinaan secara sistematis dan berencana agar kesempatan berekspresi yang diberikan kepada anak benar-benar mempunyai arti dan bermanfaat baginya. Jika mulai sejak dini anak diberikan bimbingan dan pembinaan yang sebaik-baiknya untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dan menghayati emosi yang bergejolak dalam dirinya, maka daya fantasi atau imajinasi, daya kreasi dan perasaan estetis, anak memperoleh rangsangan untuk berkembang dengan anak. Setiap anak mempunyai keinginan untuk menciptakan sesuatu. Hasrat dan kemampuan yang ada dirangsang dan dibina sehingga memperoleh kesanggupan untuk menciptakan sesuatu dan merasa puas akan hasil ciptaannya. Rasa puas akan hasil ini merupakan dorongan bagi anak untuk ingin selalu menciptakan sesuatu yang baru yang mendorong anak menjadi lebih kreatif.


Sumber:http://www.membumikanpendidikan.com/2015/10/contoh-contoh-kegiatan-pengembangan-kemampuan-seni-di-tk.html

Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) - Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini yang pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

PAUD adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak (kompetensi).

Tujuan dan Ruang Lingkup PAUD

Tujuan PAUD, pada umumnya tujuan PAUD adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan PAUD antara lain adalah:
Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut
Mengurangi angka mengulang kelas
Mengurangi angka putus Sekolah (DO)
Mempercepat pencapaian Wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Mengurangi angka buta huruf muda
Memperbaiki derajat kesehatan & gizi anak usia dini
Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Selain tujuan di atas, menurut UNESCO (2005) tujuan PAUD antara lain berdasarkan beberapa alasan:
Alasan Pendidikan: PAUD merupakan pondasi awal dalam meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi, menurunkan angka mengulang kelas dan angka putus sekolah.
Alasan Ekonomi: PAUD merupakan investasi yang menguntungkan baik bagi keluarga maupun pemerintah
Alasan sosial: PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan roda kemiskinan
Alasan Hak/Hukum: PAUD merupakan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.

PAUD juga bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sedangkan Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan cakap.

Minggu, 01 Januari 2017

Mendikbud: Berbanggalah Menjadi Guru Pamong, dan Tenaga Kependidikan

Jakarta, PAUD dan Dikmas. “Berbanggalah menjadi seorang guru”, ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat memimpin upacara bendera. Memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2016 dan HUT ke-71 Persatuan Guru Republik Indonesia, di halaman komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).belum lama ini.

Sebab di tangan para Guru, Pamong, dan Tenaga Kependidikan, masa depan bangsa kita menjadi taruhan. Melalui anak-anak peserta didik di sekolah dan di sanggar-sanggar belajar kita akan menentukan masa depan bangsa, Tidak ada sosok sukses yang tidak melewati sentuhan seorang guru.

Kita bisa berdiri tegak saat ini juga karena pernah ditempa oleh para guru, ujar Mendikbud dihadapan peserta upacara yang terdiri pegawai di lingkungan Kemendikbud, pendidik dan tenaga kependidikan serta para undangan. Selain itu, Mendikbud juga menyampaikan Pemerintah selama ini telah mengupayakan banyak hal agar para guru semakin profesional.

Namun upaya itu akan sia-sia belaka tanpa keinginan keras dari pihak guru itu sendiri, serta Pemerintah telah bertekad meningkatkan kesejahteraan guru melalui pemberian tunjangan profesi dan tunjangan, khusus bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik.

Oleh sebab itu Mendikbud berharap hal ini berimplikasi nyata bagi perbaikan kompetensi dan kinerja guru, dibuktikan dengan peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. (SICC). (KS/Tim Warta/MHF)


Sumber:https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/berita/8754.html

Apresiasi Presiden Joko Widodo Bagi Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Bogor, PAUD dan Dikmas. “Satu orang hebat bisa melahirkan beberapa karya hebat, tapi satu guru hebat bisa melahirkan ribuan orang hebat”. Ujar Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, saat Puncak acara Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2016 sekaligus Hut Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke 71. Sentul International Convention Center (SICC), Minggu (27/11)

Pada acara yang mengangkat tema “Guru Mulia Karena Karya”, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan apresiasinya kepada para guru, pendidik dan tenaga kependidikan (GTK). Serta menyampaikan komitmennya untuk memperhatikan kesejahteraan para guru, salah satunya dengan cara mensertifikasi para guru honorer guna menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Bahkan Presiden yang pada saat itu didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dan Menteri Agama (Menag), memberikan penghormatan khusus dengan cara membungkukkan badan dihadapan para guru atau pendidik dan tenaga kependidikan yang hadir, serta menyematkan Tanda Kehormatan Satya Lencana Pendidikan kepada 15 dari 52 guru atau pendidik penerima penghargaan.

Selain acara seremoni, puncak acara tersebut diramaikan juga dengan simposium yang mengangkat 10 topik pembahasan, yaitu : Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan, Optimalisasi Pendidikan Inklusi, Revitalisasi SMK dalam Menghadapi Daya Saing Ketenagakerjaan, Membangun Budaya Literasi di Satuan Pendidikan, dan Profesionalitas GTK melalui GTK Pembelajar.

Perlindungan GTK, membangun sekolah yang aman dan nyaman untuk warga sekolah, peningkatan mutu dan akses pendidikan di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), teknologi informasi sebagai media dan sumber belajar, dan penilaian kinerja GTK.

Termasuk pameran pendidikan berupa penampilan program dan produk – produk yang ada di unit utama di lingkungan Kemdikbud, salah satunya Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas). Dengan membagikan buku panduan PAUD, buku tentang pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan, buku usaha mandiri, serta membagikan poster dan souvenir. (KS/Tim Warta/MHF)


Sumber:https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/berita/8756.html

GURU MULIA KARENA KARYA

Bogor-PAUD dan Dikmas. “Guru Mulia Karena Karya” menjadi tema rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2016, dengan puncak pelaksanaan di Sentul Internasional Confention Center (SICC). Minggu (28/11)

Pada acara puncak tersebut turut hadir Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saefuddin, Kepala Daerah Tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya, beserta 13 pelimpahan Asosiasi guru dan ribuan Guru dari seluruh pelosok Indonesia.

Dibuka Mendikbud, Muhadjir Effendy menyampaikan peran guru yang sangat mulia dan yang sangat strategis, sehingga dirinya mengajak seluruh guru dan tenaga Kependidikan Indonesia untuk bangga pada profesi tersebut. “Hari ini adalah harinya orang-orang mulia yang menyiapkan generasi masa depan yang lebih cemerlang’, ujarnya.

Sementara itu masih pada acara yang sama Presiden Joko Widodo menyematkan Tanda Kehormatan Satya Lencana Pendidikan, kepada 15 guru dari 52 penerima penghargaan, Selain itu Presiden juga menyampaikan 3 pesan kepada para guru yang hadir, yaitu : Pertama Peran guru sangat penting dalam memenuhi pemahaman keberagaman pada anak didik, kedua agar para guru menanamkan nilai-nilai, karakter pada anak didik, seperti kerja keras, kejujuran, kedisiplinan dan optimisme.

Dan yang ketiga mengenai etika dalam menggunakan media social saat ini sudah sangat terbuka dan tidak bisa kita hambat dengan cara apapun. Sayangnya media sosial justru digunakan untuk saling hujat, menjelekkan antar anak bangsa , saling memaki memfitnah,adu domba, semua ini ada di media social (medsos). Ini bukan tata nilai bangsa Indonesia, “ Kata Jokowi. (KS/Tim Warta/MB/MHF)


sumber :https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/berita/8757.html

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }