Minggu, 03 Mei 2015

Sebaiknya Orang Tua Jangan Lakukan Keselahan Ini agar anak terampil dan mandiri (Bagian Satu)

Dengan belajar dari kesalahan, kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik. Nah, Apakah Anda termasuk orang tua yang kerap melakukan salah satu, beberapa, atau semua hal berikut ini? Bila ya, segera lakukan koreksi agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi cerdas, terampil, mandiri, dan ekspresif.

MEMAKSA ANAK MENGHENTIKAN AKTIVITASNYA
Di usia prasekolah, anak mulai menggemari kegiatan mengasyikkan yang terfokus pada dirinya. Contoh, asyik menonton televisi atau asyik mengutak-utik hobinya semisal menggambar. Saking asyiknya, si anak sampai "lupa" waktu: waktu untuk makan, tidur, mandi, dan lainnya. Di sisi lain, anak usia prasekolah memang belum paham mengenai konsep waktu sehingga masih perlu diingatkan. Ia pun sedang dalam tahap belajar menyesuaikan diri dengan aturan dan tuntutan yang ada di lingkungannya.

Sayangnya, banyak orang tua tak paham akan hal ini. Hingga yang kerap terjadi, umumnya orang tua malah akan menyuruh anak untuk menghentikan keasyikannya itu, "Kakak, ayo, menggambarnya udahan. Sekarang waktunya mandi!" Jika si anak menolak, "Sebentar, Ma, dikit lagi, nih!", orang tua pun memaksa, "Tidak! Sekarang sudah waktunya mandi, jadi kamu harus mandi!" Padahal, sikap orang tua yang demikian hanya akan membuat anak jadi tak punya otoritas terhadap diri sendiri karena anak tak punya kemampuan memutuskan sendiri apa yang menjadi prioritasnya. Di masa depan, tentu sulit bila anak tak punya kemampuan memutuskan apa yang penting dan menjadi prioritas hidupnya.


TINDAKAN YANG BENAR:

Selama ini, memang orang tualah yang selalu membuatkan jadwal untuk anak. Misal, jadwal mandi, makan dan tidur. Mengapa tidak memberi mereka kesempatan pada anak untuk mengatur sendiri jadwalnya? Jikapun anak masih melakukan aktivitas lain sehingga melanggar jadwal yang dibuatnya, orang tua dapat memberinya pengertian, "Kak, sekarang, kan, sudah jam 5. Ayo, jadwal Kakak, kan, jam 5 Mandi. Itu angkanya sudah jam 5, berarti kakak harus mandi." Bila mereka masih ingin mengulur waktu, berikan tenggang yang tak terlalu lama, "Oke, Mama kasih waktu 10 menit lagi, ya. Kalau jarum panjang ini sudah sampai di angka 2 (pukul 5 lebih 10), berarti Kakak harus berhenti menggambar, lalu mandi. Kalau ditunda lagi nanti kemalaman."

Beri juga pengertian, pentingnya menepati jadwal yang sudah dibuat sendiri. Tentu orang tua juga tak boleh terlalu saklek. Bila hari libur, jadwal anak boleh lebih santai. Sebaliknya, bila anak harus les atau diajak pergi, terangkan lebih awal bahwa jadwalnya "terpaksa" berubah. Contoh, "Kak, hari ini mandi sorenya jam 4, ya, karena Kakak akan Ibu ajak pergi."


MENYUAPI MAKAN
Banyak orang tua masih kerap menyuapi anaknya makan. Umumnya supaya si anak mau makan. Apalagi di usia prasekolah, kalau sedang asyik menekuni sesuatu kegiatan, anak bisa sampai lupa waktu. Nah, daripada si anak tertunda waktu makannya, maka orang tua pun menyuapinya sambil si anak tetap asyik dengan aktivitasnya itu.

Padahal, jika anak tak dibiasakan makan sendiri, bisa-bisa sampai di akhir usia prasekolah pun, si anak belum terampil makan sendiri. Padahal, di usia 5 tahun harusnya anak sudah bisa makan sendiri, bahkan memotong makanan dengan pisau.

Selain itu, dengan orang tua terbiasa menyuapi anaknya makan, anak jadi tak mandiri. Bisa-bisa, mereka hanya mau makan bila disuapi oleh ibu atau pengasuh. Nah, bila kebetulan ibu pergi atau si pengasuh repot, tentu mereka tidak akan makan, kan?

Kesalahan ini sering juga bersumber pada anggapan, anak yang gemuk mencerminkan orang tua yang pandai merawat. Bila si anak kurus, orang tua takut dianggap tak perhatian pada anak. Itulah sebabnya, bila anak mulai ogah-ogahan makan, orang tua pun panik. Selanjutnya, acara makan seringkali menjadi ajang berantem antara orang tua dan anak, lantaran orang tua memaksa si anak untuk makan.

Padahal, gemuk-kurusnya si anak tak dapat dijadikan patokan untuk menilai "kepandaian" orang tua dalam merawat anak. Di sisi lain, tak heran bila disuruh makan, ia lantas menolak. Jika dipaksa, lambat-laun akan membuat anak mengasosiasikan acara makan sebagai suatu yang tidak menyenangkan sehingga makannya malah makin susah. Padahal, kalau saja orang tua tahu triknya, anak pasti akan makan. Yang penting kita yakin anak tidak mau makan bukan karena sakit. Cirinya, meski tak mau makan, anak tetap aktif melakukan kegiatannya.


TINDAKAN YANG BENAR:

Bila anak asyik menekuni sesuatu sampai lupa waktu makan, orang tua harus menerangkan perlunya makan. Misal, "Kalau Kakak tidak mau makan, Kakak akan sakit. Kalau Kakak sakit, nanti enggak bisa main dan ke sekolah, loh. Kan, nanti juga enggak bisa main di sekolah."

Jika anak tak mau makan tapi tetap melakukan kegiatan, berarti memang dia sedang memilih untuk menunda makannya. Tak usah memaksa, taruh saja piring makanan di sebelahnya dan minta ia makan bila sudah selesai. Atau, pada saat dia sedang asyik bermain, sediakan saja finger food/cemilan yang mudah mereka comot tanpa harus meninggalkan keasyikannya. Sebaiknya selalu sediakan cemilan sehat yang mengandung gizi cukup, semisal bakwan sayuran. Setelah mereka bilang lapar, baru sediakan nasi beserta lauk pauk lengkap.

Trik lain, saat waktu makan tiba, bila perlu kita tawarkan anak mau makan apa. Biasanya, kalau karena pilihannya sendiri, anak akan makan dengan lahap.

TIDAK MENANGGAPI AJAKAN BERKOMUNIKASI
Sering karena sedang asyik memasak di dapur atau membaca koran, kita "mengusir" anak yang ingin mengajak ngobrol. Padahal, di usia prasekolah, otak anak selalu dipenuhi keingintahuan yang maunya segera dijawab, tak peduli pada kesempatan apa pun.

Bila setiap saat anak mengeskpresikan keingintahuannya tapi tak pernah direspons dengan tepat, maka rasa ingin tahu ini lama-lama terkikis habis. Anak jadi malas bertanya, karena setiap kali bertanya, tak pernah digubris orang tuanya.

Lebih parah lagi, anak jadi apatis. Pada setiap kesempatan, dia tetap saja malas buka mulut karena tumbuh perasaan, dirinya mengganggu buat orang tua. Di lain pihak, orang tua maunya anak selalu ingin tahu dan berani mengekspresikan pikiran-pikirannya.


TINDAKAN YANG BENAR:

Harusnya, orang tua tak mematikan keingintahuan anak. Bila anak bertanya di saat kita sedang repot atau sedang tak ingin diganggu, buatlah kesepakatan dengan anak. Katakan padanya, misal, "Kak, Mama sedang repot di dapur. Bagaimana kalau lima menit lagi?" Karena anak usia prasekolah belum tahu konsep jam, gunakanlah weker. Benda ini wajib ada bila kita mulai membuat kesepakatan dengan anak berdasarkan waktu. Tunjukkan dengan weker, jam berapa (jarum pendek dan jarum panjang di angka berapa) ibu sudah bisa diganggu. Tentu ibu harus konsekuen dengan waktu yang telah disepakati.


Melalui "kesepakatan weker", anak dilatih kesabarannya tanpa kehilangan kesempatan berkomunikasi dengan orang tua. Lama-kelamaan ia pun akan belajar, kapan waktu yang tepat untuk bertanya atau mengobrol dengan orang tua. Misal, ibu tidak akan bisa ditanyai kalau sedang di dapur atau baru saja pulang kantor. Atau, ayah tak mau diganggu bila sedang baca koran. Anak juga akan belajar menghormati privasi dan kesibukan orang lain. (bersambung lihat bagian dua )

Bookmark and Share
Artikel yang berhubungan :

0 komentar:

Posting Komentar

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 8

Arsip Blog


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }