Kamis, 23 Juli 2015

Hikmah setelah Lebaran Usai

Hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan dan kebesaran umat Islam telah pergi meninggalkan kita semua. Setelah sebulan lamanya umat Islam ditempa dan diuji tingkat keimanan dan ketakwaan yang dibalas Allah SWT oleh pahala yang berlipat-lipat dan pengampunan dosa, kini bulan sejuta hikmah dan anugerah itu pun telah berlalu.

Pertanyaannya, masihkah tingkat keimanan kita pada bulan-bulan berikutnya selevel dengan saat beribadah puasa pada bulan Ramadhan? Dalam tinjauan terminologi, kata "idul fitri" mengandung dua makna. Pertama, kembali kepada keadaan umat Islam dihalalkan makan dan minum pada siang hari. Kedua, kembali kepada fitrah manusia yang suci setelah sebulan lamanya diuji iman dan takwanya. Ila al-fitroti min al-a'idin wa anil hawa wa as-syayatin min al-fi'zin. Artinya, kita kembali kepada fitrah (suci) dan kita telah menang dari hawa nafsu dan setan.

Hari Raya Idul Fitri mencerminkan tiga sikap yang mesti dimiliki setiap Muslim. Pertama, mempertahankan nilai-nilai kesucian yang diraih umat Islam pada hari fitri. Berlalunya momentum puasa hendaknya tidak dijadikan sebagai kembalinya manusia ke kebiasaan dan perilaku yang jauh dari perintah Allah atau malah dekat dengan segala larangan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 102, "Wahai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah  kamu mati, kecuali dalam keadaan Muslim."

Kedua, berharap bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa umat Islam yang telah lalu dan meminta selalu dibimbing agar dijauhkan dari perbuatan dosa pada kemudian hari. Allah akan mengampuni segala dosa kaum Muslim yang pada bulan Ramadhan melaksanakan ibadah puasa dan derivasinya secara bersungguh-sungguh.

Ketiga, hendaknya melakukan evaluasi dan kontemplasi diri bahwa ibadah puasa kita sudah sesuai dengan apa yang diharapkan Allah SWT. Jangan sampai kita seperti yang disabdakan Nabi SAW, "Banyak sekali orang yang berpuasa, yang puasanya sekadar menahan lapar dan dahaga."

Dengan berakhirnya Ramadhan, bukan berarti kita mengendorkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah. Sebaliknya, "sekolah" Ramadhan yang telah berlalu sepatutnya dijadikan sebagai wahana pembelajaran untuk semakin meningkatkan kadar ibadah kita.

Mari, kita sama-sama meraih kemenangan Ramadhan pada Idul Fitri ini  Isi lembaran baru dalam keseharian kita dengan identitas baru sebagai orang yang bertakwa.

Kita bisa memulainya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Seperti diriwayatkan Abu Aiyub al-Anshari, Nabi Saw bersabda, barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan diiringi dengan enam hari bulan Syawal, seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa.

Oleh: Yuyu Yuhannah.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/09/15/134756-membuka-lembaran-baru-setelah-lebaran-usai

Bookmark and Share
Artikel yang berhubungan :

0 komentar:

Posting Komentar

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }