Orangtua, Jangan Terjebak Definisi “Cerdas Tradisional”
Definisi cerdas bagi setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, masih ada sebagian orang yang masih menjelaskannya secara terbatas, yakni hanya terbatas pada seseorang yang punya kemampuan berhitung di atas rata-rata, mampu menjawab semua pertanyaan guru di kelas, atau punya nilai baik di nilai-nilai ujian mata pelajaran terkait angka saja.
“Ya, hal-hal itu memang bagian dari kecerdasan. Namun, bila hanya itu saja penilaian kecerdasan, maka itu definisi 'cerdas tradisional'. Sebab, setiap anak punya delapan jenis kecerdasan. Dinamakan kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang perlu distimulasi semua,” kata Profesor Harvard, Thomas Armstrong, di Jakarta, baru-baru ini.
Profesor yang sudah mendalami kecerdasan jamak selama 30 tahun ini mengajak orangtua untuk lebih peka dalam melihat kecerdasan anak. Ia mengatakan, setiap anak punya kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Bahkan, anak kembar pun bisa jadi punya kecerdasan dan minat yang berbeda.
“Setiap manusia memiliki kecerdasan dalam delapan hal yang ada di teori kecerdasan jamak. Semua jenis kecerdasan itu bisa berkembang dengan stimulasi tepat, tetapi umumnya setiap manusia punya kecenderungan yang unggul di beberapa kecerdasan itu,” jelas Armstrong.seperti di kutip dari beritasatu.com .
Ia menyarankan orangtua untuk memahami kecenderungan minat dan kecerdasan anak ketimbang memaksakan mengembangkan sisi “cerdas tradisional” saja, apalagi bila si anak tidak suka pada hal-hal itu.
Kedelapan kecerdasan tersebut adalah: kecerdasan berbahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan terkait alam, kecerdasan intrapersonal (self smart), kecerdasan interpersonal (people smart), kecerdasan visual-spasial, kecerdasan bermusik, dan kecerdasan kinetik.
“Akan lebih baik bila si anak didukung dalam hal yang ia tertarik. Dengan begitu perkembangannya akan optimal. Ketimbang memaksa ia belajar di hal yang tak disukainya, ia malah bisa stres, bosan, atau bahkan menarik diri dari segala hal,” tambah Armstrong.
Pengarang buku You’re Smarter Than You Think ini menyarankan orangtua untuk mendorong anak menjalani ketertarikannya secara lembut, jangan sampai terkesan terlalu memaksa atau kebalikannya, seakan tidak peduli pada ketertarikan si anak.
Beri waktu untuk si anak mencoba hal-hal tertentu. Setiap orang belajar dengan cara sendiri. Bila terlalu dipaksa, anak akan merasa rendah diri karena merasa tidak cukup bagus.
“Sebaliknya, bila tak ada dorongan cukup dari orangtua untuk mencoba sesuatu, si anak bisa kebingungan. Sebab, ada banyak orang yang hingga lanjut usia terus mencari hal yang menarik minatnya,” kata Armstrong.
Oleh:Nadia Felicia/NAD
Definisi cerdas bagi setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, masih ada sebagian orang yang masih menjelaskannya secara terbatas, yakni hanya terbatas pada seseorang yang punya kemampuan berhitung di atas rata-rata, mampu menjawab semua pertanyaan guru di kelas, atau punya nilai baik di nilai-nilai ujian mata pelajaran terkait angka saja.
“Ya, hal-hal itu memang bagian dari kecerdasan. Namun, bila hanya itu saja penilaian kecerdasan, maka itu definisi 'cerdas tradisional'. Sebab, setiap anak punya delapan jenis kecerdasan. Dinamakan kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang perlu distimulasi semua,” kata Profesor Harvard, Thomas Armstrong, di Jakarta, baru-baru ini.
Profesor yang sudah mendalami kecerdasan jamak selama 30 tahun ini mengajak orangtua untuk lebih peka dalam melihat kecerdasan anak. Ia mengatakan, setiap anak punya kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Bahkan, anak kembar pun bisa jadi punya kecerdasan dan minat yang berbeda.
“Setiap manusia memiliki kecerdasan dalam delapan hal yang ada di teori kecerdasan jamak. Semua jenis kecerdasan itu bisa berkembang dengan stimulasi tepat, tetapi umumnya setiap manusia punya kecenderungan yang unggul di beberapa kecerdasan itu,” jelas Armstrong.seperti di kutip dari beritasatu.com .
Ia menyarankan orangtua untuk memahami kecenderungan minat dan kecerdasan anak ketimbang memaksakan mengembangkan sisi “cerdas tradisional” saja, apalagi bila si anak tidak suka pada hal-hal itu.
Kedelapan kecerdasan tersebut adalah: kecerdasan berbahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan terkait alam, kecerdasan intrapersonal (self smart), kecerdasan interpersonal (people smart), kecerdasan visual-spasial, kecerdasan bermusik, dan kecerdasan kinetik.
“Akan lebih baik bila si anak didukung dalam hal yang ia tertarik. Dengan begitu perkembangannya akan optimal. Ketimbang memaksa ia belajar di hal yang tak disukainya, ia malah bisa stres, bosan, atau bahkan menarik diri dari segala hal,” tambah Armstrong.
Pengarang buku You’re Smarter Than You Think ini menyarankan orangtua untuk mendorong anak menjalani ketertarikannya secara lembut, jangan sampai terkesan terlalu memaksa atau kebalikannya, seakan tidak peduli pada ketertarikan si anak.
Beri waktu untuk si anak mencoba hal-hal tertentu. Setiap orang belajar dengan cara sendiri. Bila terlalu dipaksa, anak akan merasa rendah diri karena merasa tidak cukup bagus.
“Sebaliknya, bila tak ada dorongan cukup dari orangtua untuk mencoba sesuatu, si anak bisa kebingungan. Sebab, ada banyak orang yang hingga lanjut usia terus mencari hal yang menarik minatnya,” kata Armstrong.
Oleh:Nadia Felicia/NAD
0 komentar:
Posting Komentar