PENIGKATAN GIZI

Peningkatan Kesadaran Gizi Ibu dan Balita; Sosialisasi PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang Sumatera Selatan

Dra.Hj.Khofifah Indar Parawansa, M.Si.

Mengarungi Kisah Inspiratif Hj Khofifah Indar Parawansa

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pelatihan Penguatan Keaswajaan Da’iyah Muslimat NU

Penguatan Keaswajaan Bagi Da’iyah Muslimat NU DKI Jakarta

Ketua NU Kota Semarang

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Dr. KH. Anasom MHum

Jumat, 30 Oktober 2015

Dibacakan Ayah, Cerita Pengantar Tidur Bantu Perkembangan Kebahasaan Anak

Jakarta - Riset mengungkap, bila dibacakan ayah, cerita pengantar tidur akan memberi manfaat tambahan, yakni membantu perkembangan kebahasaan anak.

"Sekelompok peneliti Harvard University mencari tahu manfaat kebahasaan pada anak setelah setahun mendengarkan orangtuanya membacakan cerita pengantar tidur. Ditemukan, anak perempuan mendapat manfaat lebih banyak ketika cerita pengantar tidurnya dibacakan oleh ayah," demikian dilaporkan Daily Mail, Senin (28/9).

Pemimpin penelitian ini, Elisabeth Duursma mengatakan, efeknya cukup besar, terutama bila sang ayah mulai rajin membacakan cerita pengantar tidur di sekitar usia anak dua tahun.

"Membaca kerap diidentikkan dengan aktivitas perempuan, namun anak-anak sepertinya lebih mau mendengarkan ketika ayah yang membacakan cerita pengantar tidur," kata Duursma.

Ditemukan pula, ayah dan ibu melaksanakan tugas membaca dongeng pengantar tidur dengan cara berbeda. Umumnya, saat membaca untuk anak, ibu kerap melontarkan pertanyaan ala guru, yakni bertanya hal-hal faktual, misal, "Berapa banyak apel yang kamu lihat?"

Sementara, ketika membacakan cerita, ayah cenderung menanyakan hal-hal abstrak yang memicu diskusi imajinatif. Pemimpin penelitian yang kini bertugas di University of Wollongong, New South Wales, Australia mencontohkan, biasanya ayah akan bertanya hal-hal seperti ini: "Oh, lihat ada tangga di rumah dalam cerita ini. Kamu ingat ada tangga yang mirip di gudang kita?"

Pertanyaan memicu imajinasi yang dilakukan ayah seperti dijelaskan di atas, kata Duursma, baik untuk perkembangan kebahasaan anak. Sebab, si anak jadi harus memberdayakan otaknya. Hal ini dinilai menantang kognisi anak.

Pakar hubungan keluarga, Justin Coulson menambahkan, saat membacakan cerita untuk anak, orangtua memperluas diksi dan pengetahuan kata si anak. Di samping itu, anak akan merasa nyaman dan aman mendengar suara orangtuanya. Kedua hal ini penting dalam proses pembelajaran anak.

Selama bertahun-tahun, riset membuktikan, membacakan dongeng atau cerita pengantar tidur untuk anak akan mendorong kualitas hubungan, hasil akademi, hingga kemampuan anak untuk bertahan melewati masa sulit. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan emas untuk memaksimalkan kemampuan anak dengan cara mudah dan murah ini .


sumber:http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/310253-dibacakan-ayah-cerita-pengantar-tidur-bantu-perkembangan-kebahasaan-anak.html

Manfaat Mendongeng pada Anak

Jakarta - Berbagai penelitian menunjukkan, mendongeng akan memberi efek positif dalam perkembangan anak. Anak-anak yang dibacakan cerita dengan cara menarik dan interaktif memiliki perbendaharaan kata yang kaya. Kemampuan narasi dan ingatan anak lebih baik, serta kecerdasan emosi yang lebih mendalam. Minat baca juga dapat ditumbuhkan dengan cara tersebut. Semua kemampuan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat di masa dewasa nanti.

Ketua penyelenggara FDII 2015 dan juga komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ariyo Zidni, mengatakan dongeng bermanfaat untuk hubungan emosional antara orangtua dengan anak. Ia menyarankan orangtua mendongeng sejak usia kehamilan 25 minggu. Suara orangtua yang membacakan dongeng akan ditangkap oleh anak sebagai getaran yang membuatnya nyaman saat di rahim. Nantinya, akan membuat sang anak yang telah lahir telah mengenal suara yang membuatnya nyaman.

"Itulah mengapa ketika ada anak yang lagi rewel mendengarkan omongan bundanya akan menjadi tenang, karena sudah terbiasa," ungkap Ariyo di sela konferensi pers di Jakarta, Rabu (28/10).

Ariyo menambahkan, melalui dongeng sangat penting dalam tumbuh kembang anak dalam membentuk emosi, imajinasi, literasi, dan karakter anak. Karena nilai yang diceritakan dari dongeng memberikan nilai baik jadi anak mendapatkan masukan energi positif. Alhasil, nantinya dalam memberikan pemahanan akan menjadi lebih mudah kepada anak

Mendorong orangtua lebih banyak mendongeng untuk anak, Ayo Dongeng Indonesia bekerja sama dengan Nutricia, menggelar Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) 2015 di Museum Nasional, Jakarta, pada 31 Oktober-1 November 2015.

Ariyo menjelaskan, festival tersebut diadakan untuk menggaungkan pentingnya dongeng dalam proses tumbuh kembang anak di masa mendatang. FDII merupakan festival dongeng bertaraf internasional pertama yang diadakan oleh Ayo Dongeng Indonesia setelah kesuksesanya mengadakan Festival Dongeng Indonesia pada 2013 dan 2014.

Menurut Ariyo, festival kali ini akan melibatkan para pendongeng nasional. Di antaranya Winson The Story Teller Family dan Zahir Tamagunadya dalang cilik yang merupakan penderita leukimia. Tidak hanya itu, hadir pula pendongeng internasional berasal dari Malaysia, Singapura, dan India. Oleh karena itu, tema yang diangkat dalam FDII kali ini adalah Dongeng Itu Baik. Dongeng yang baik adalah dongeng yang menghibur, mendidik, memberikan pemahaman tentang moral, menginspirasi, mendidik.@

Jumat, 23 Oktober 2015

Hindari Ini Saat Berbicara dengan Anak kita

Berkomunikasi dengan sang buah hati merupakan salah hal yang menyenangkan bagi orangtua. Aktivitas ini pun membantu memperkuat ikatan orangtua dan anak, tapi juga kesempatan mengajari anak-anak cara berkomunikasi
Oleh karena itu saat berbicara dengan anak hindari empat hal berikut seperti dikutip laman Boldsky, Kamis (1/10/2015).
1. Memerintah
Tahanlah diri untuk memberikan perintah kepada anak. Mereka bukanlah pegawai atau bawahan Anda. Lebih baik buat kalimat lebih baik untuk mendapatkan hal sesuai keinginan daripada berlagak seperti bos pada anak.
2. Mengancam
Sebagian besar orangtua pasti pernah melakukan ini yang berfungsi sekedar menakut-nakuti anak. Hal ini malah berpotensi sebabkan anak membenci Anda.
3. Tidak setuju
Jadilah pendengar yang baik kala anak berbicara atau mengutarakan pendapatnya. Berikan respon setuju jika memang Anda sepakat dengan yang ia ungkapkan. Hal ini membuat anak menyukai Anda dan senang bercerita kepada orangtuanya. Tapi bila Anda tak sepakat dengan ucapan anak, tuturkan pendapat tersebut dengan lembut.
4. Mengejek atau mengolok

Terkadang tanpa disadari orangtua memberikan ejekan kepada buah hati sendiri saat bercakap-cakap. Hal ini mampu membuat semangat mereka runtuh atau malah jadi punya pandangan tak menyenangkan terhadap orangtuanya.*

Ini Alasan Orang Tua Minta Maaf ke Anak

Orang tua juga pernah melakukan kesalahan terhadap si Kecil. Namun tak banyak orang tua yang mau mengucapkan kata maaf kepada buah hatinya. Padahal ada banyak manfaat jika orang tua melakukan hal tersebut.

Berikut empat manfaat orang tua meminta maaf ke anak seperti ditutip dari laman Parenting, Jumat (23/10/2015).

1. Memberi contoh baik

Banyak orang tua yang enggan meminta maaf kepada anak karena takut kehilangan wibawa. Padahal ini dapat menjadi ajang contoh baik kepada sang buah hati tentang keterampilan hidup yang berharga. Bisa mengatakan meminta maaf memberikan sinyal kekuatan karakter, bukan kelemahan. Dengan begitu, anak akan mengikuti apa yang Anda lakukan dalam kehidupannya.

2. Meningkatkan rasa saling menghormati

Meminta maaf atas kesalahan yang Anda lakukan padanya juga merupakan tanda Anda menghormati dirinya. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan anak bersikap sopan dan hormat.

3. Merasa lebih baik

Menjadi orang tua lebih sulit dari yang dibayangkan. Ternyata akan ada banyak kesalahan terhadap anak. Ketika meminta maaf kepadanya hal tersebut akan membuat perasan lebih lega.

4. Bukan berarti membuat si kecil berkuasa

Meminta maaf kepada si Kecil bukan berarti membuat dirinya jadi lebih berkuasa. Katakan secara langsung Anda minta maaf atas kesalahan tanpa nada memelas tapi lugas. (*)

Direktorat Bindikel Memiliki Target Sasaran Terluas

Keberadaan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga yang berada di bawah Ditjen PAUD-DIKMAS Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat strategis. Pasalnya, Direktorat Bindikel ini mempunyai target sasaran mulai dari lembaga pendidikan nonformal, seperti SKB, PKB, dan LKP serta lembaga pendidikan formal, mulai dari tingkat Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) sampai tingkat SMA/SMK.

Diakui Dirjen PAUD dan DIKMAS, Ir. Harris Iskandar PhD, urusan pembinaan  keluarga ini sudah dilakukan beberapa kementerian dan lembaga, seperti di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan juga di Kementerian Koordinator Pembedayaan Perempuan serta di Komisi Perlindungan Anak Indonesia.  “Tapi yang target audiencenya terluas adalah Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga karena menyasar semua keluarga yang punya anak atau peserta didik di sekolah, “katanya saat pembukaan Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga di Bogor (5/10/2015).

Tujuan pembinaan pendidikan keluarga ini adalah supaya anak mendapatkan pendidikan yang paling optimal. Strateginya,  Trisentra pendidikan seperti yang digagas Ki Hajar Dewantara, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat harus kompak, koheren, punya sinyal yang sama “Contohnya kebiasaan belajar, orang tua harus mendisiplinkan anak di rumah, jangan dibiarkan begitu saja sehingga apa yang dibangun disekolah, hancur begitu saja, “ujarnya

Esensi pendidikan keluarga adalah untuk membina para orang tua sebagai pendidik utama dan pertama, namun dibalik itu juga paling tidak siap untuk jadi pendidik. “Tidak ada sekolah untuk orang tua, selama ini orang tua mendidik anak hanya berdasarkan pengalaman dan apa kata orang. “ Orang tua  perlu dipersiapkan. Orang tua yang berpendidikan sarjana mungkin sudah siap, tapi bagaimana dari masyarakat marginal, ini sangat rentan. Menerima informasi seadanya, jadi mendidik anak seenaknya, “katanya.

Harris mempercayai, di seluruh Indonesia, ada banyak kisah sukses keluarga yang mendidik anak-anaknya. “Ini perlu ditularkan sehingga kita kaya akan pola pengasuhan, pola pendidikan, bagaimana mendidik orang tua yang kurang terdidik, jauh dari akases pengetahuan, ‘tambahnya.

Dalam pembinaan pendidikan keluarga ini, menurut Harris, perlu  pelibatan  publik, seperti menggandeng NGO/LSM, sehingga pekerjaan pemerintah jadi ringan, professional, lebih akuntabel, dan transparan.

Rakor tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan Program kerja Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, koordinasi penetapan 5000 satuan pendidikan yang akan jadi percontohan pendidikaan keluarga, penetapan 600 satuan pendidikan untuk penguatan ekosistem pendidikan, Identifikasi pelatih untuk Training of Trainers, serta penetapan jadwal bimbingan teknis di semua propinsi yang akan berlangsung pada November 2015 mendatang.

“Jumlah peserta sekitar 300 orang dari 100 kabuopaten/kota di 34 propinsi. Ada beberapa peserta dari beberapa propinsi yang terlambat hadir karena wilayahnya terhambat asap kebakaran hutan, “kata Dr. Sukiman, Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga. (Yanuar )


sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7389.html

Jumat, 16 Oktober 2015

Sesuaikan Tingkat Kerumitan Mainan dengan Usia Anak

Ilustrasi anak sedang bermain.

Jakarta - Mainan bisa membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Mainan yang tepat dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus, kemampuan kognitif dan bahasa, ketajaman panca indera, dan sebagainya. Namun, tumbuh kembang anak akan optimal bila diberikan mainan yang sesuai kebutuhan perkembangannya.

"Untuk bayi baru lahir disarankan diberikan mainan yang digantung, supaya mudah ia lihat. Kemudian, di atas tiga bulan beri mainan yang lebih kompleks dengan bunyi-bunyian bervariasi, seperti bunyi kresek mirip plastik juga bagus," ungkap Markus belum lama ini kepada Beritasatu.com di Jakarta.

Dilanjutkannya, bayi usia di atas enam bulan jari-jarinya akan semakin aktif, jadi bisa berikan mainan yang ada tombolnya agar bisa ditekan-tekan. Lalu, di atas sembilan bulan tentu tangan akan lebih aktif lagi, sehingga cocok dengan mainan yang bisa dipukul.

"Semakin lama, anak semakin berkembang, bukan hanya dari gerak tangan dan kaki, tetapi juga pola pikir. Dengan begitu, bisa diberikan mainan yang bisa mengasah pola pikirnya, seperti stacking. Semakin besar bisa diberikan stacking yang semakin tinggi. Jadi, bisa mengasah otaknya bagaimana membangun menara yang tinggi," terangnya.



Oleh:Kharina Triananda/NAD
sumber:beritasatu.com

Dirjen PAUD dan Dikmas : Tidak Ada Kesempatan Kedua

Jakarta, PAUD dan Dikmas. “Tidak ada kesempatan kedua jika saat ini kita lalai”, ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, saat menjadi pembicara Seminar Nasional Universitas Terbuka. Senin (5/10)

Hal tersebut disampaikan Harris Iskandar terkait pengembangan sumber daya manusia berkualitas sejak dini, karena jika kita lalai menurut Dirjen bonus demografi yang dimiliki Indonesia 30 tahun kedepan berubah menjadi bencana. Bahkan kita akan menjadi negara di Asia Pasifik dengan angka pengangguran usia produktif tertinggi, serta berbagai implikasi sosial politik yang kita tak mau hal tersebut terjadi.

Oleh sebab itu Dirjen berpesan agar para pendidik agar bersungguh-sungguh mempersiapkan peserta didiknya agar terampil, bekerja dan bisa membuka lapangan bekerja bagi mereka sendiri. Maka Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, sebagaimana yang diprediksikan oleh Mc Kinsey Global Institute pada tahun 2012 mengenai bonus demografi yang dimiliki Indonesia.

Menurut Mc Kinsey Indonesia pada tahun 2028 sampai dengan 2030 diperkirakan memiliki jumlah penduduk usia produktif (0 s.d 15 tahun), melebihi usia tidak produktif (60 tahun keatas) dengan jumlah rasio perbandingan 100 banding 46, menyikapi hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyiapkan strategi penerus bangsa melalui PAUD.

Karena anak Indonesia tahun ini yang berusia 5 tahun pada 100 Tahun Indonesia merdeka, kedepannya akan menjadi generasi pemimpin bangsa. Oleh sebab itu sambil menutup arahannya, Dirjen mengajak peserta seminar nasional khususnya wisudawan/ti Universitas Terbuka, untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan peserta didik (PAUD), jika menginginkan Indonesia memiliki semua hal yang ideal menjadi sebuah bangsa yang maju.



oleh. (M.Husnul Farizi/HK)
sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7399.html

Penguatan Ekosistem Pendidikan Jadi Prioritas Dalam Mencerdaskan Bangsa

Gambar Ilustrasi.

Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada periode 2014-2019 tidak semata-mata pada terbentuknya insan pendidikan yang cerdas, tapi juga ekosistem pendidikan yang cerdas dan berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong.

“Ini sesuai  misi Presiden yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan hanya membikin anak pandai dan cerdas, tapi juga  membuat kehidupan warga yang cerdas. Jadi yang harus dicerdaskan itu ekosistemnya, “ kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Ir. Harris Iskandar, Ph.D, saat pembukaan Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga di Bogor, Senin, (5/10/2015) kemarin.

Atas strategi itulah, kata Harris, dibentuk Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, yang salah satu aksinya adalah penguatan ekosistem pendidikan. “Kita akan perkuat para pelaku pendidikan, seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang tua, dan juga ada pegiat pendidikan yang aktif dalam community development, “katanya.

Khusus peran orang tua, dikatakan Harris, harus ditempatkan pada proporsinya sebagai pelaku pendidikan yang selama ini dianggap banyak sekolah sebagai pihak yang selalu merepotkan dan merecoki sekolah. “ Keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran di sekolah itu penting dan karena itu harus dilindungi, “tegas mantan Direktur Pembinaan SMA ini.

Menurutnya, pembentukan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga juga untuk merespons situasi pendidikan saat ini, yakni dimana orang tua cenderung menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan anak pada sekolah, padahal waktu anak di sekolah sangat terbatas.  Efeknya, ada ruang kosong saat si anak usai pembelajaraan di sekolah yang lantas dimanfaatkan pihak luar dengan mencetuskan ide-ide yang seharusnya dihindari. “Salah satu contohnya adalah rencana pagelaran pesta bikini setelah Ujian Nasional beberapa waktu lalu. Sekolah tidak mengantisipasinya,sementara  orang tua sudah menyerahkan urusan anak ke sekolah, “katanya.

“Itu salah satu contoh, betapa komunikasi antara sekolah dengan orang tua perlu dirajut kembali. Selama ini, orang tua menyerahkan anak ke sekolah. Ini perlu dievaluasi kembali. Monitoring anak itu mutlak 24 jam, perlu ada harmonisasi perhatian sehingga anak itu mendapatkan sinyal yang sama antara di sekolah dengan di keluarga. Jangan sampai apa yang diajarkan di sekolah ternyata lain dengan kenyataan di keluarga, lain pula di masyarakat. Inilah perlunya penguatan ekosistem pendidikan, “jelas Harris.


Oleh:(Yanuar)

sumber: http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7379.html

Rabu, 14 Oktober 2015

Kekerasan pada Anak, Bhayangkari Minta Orangtua Beri Perlindungan

Foto:Ning Badrodin Haiti (dua dari kiri) memberikan keterangan pers, Jakarta belum lama ini,


Jakarta - Ketua Umum Bhayangkari, Ning Badrodin Haiti, mengecam keras kejahatan dan kekerasan terhadap anak yang kian meningkat belakangan ini. Ia meminta agar orangtua selalu melindungi anak-anak mereka di rumah.
"Sebetulnya masalah ini tidak bisa diselesaikan sendiri, harus dari segala aspek, baik pemerintah maupun keluarga," ujar Ning, usai memimpin Musyawarah Bhayangkari ke-21 tahun 2015 dan rapat kerja lima tahunan Yayasan Kemala Bhayangkari Tahun 2015, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (7/10).
Menurut Ning, orangtua dan keluarga dapat melindungi anak-anak dari kejahatan.
"Tolong dari keluarga dulu. Orangtua, terutama ibu agar dapat menjaga anak-anaknya," ungkapnya.
Ia menyampaikan, Bhayangkari, sebagai organisasi istri polisi selalu bekerja sama dengan unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) melakukan tindakan preventif kepada masyarakat.
"Kami memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat, agar mengantisipasi tindak kekerasan terhadap anak. Misalnya, kalau anak dipegang di bagian dada 'katakan tidak!' Kalau dipegang di bagian tertentu, 'katakan tidak!'," tegasnya.
Sementara itu, Ning menyampaikan, Bhayangkari merupakan satu-satunya organisasi istri polisi yang ada di dunia.
"Di negara mana pun, tidak ada istri polisi punya organisasi. Negara lain kagum, kami sudah terorganisir dalam rangka penyambutan, pembukaan setiap acara kepolisian, sampai memperkenalkan budaya Indonesia," katanya.
Ia menambahkan, tugas pokok anggota Bhayangkari sama dengan istri-istri lainnya, yaitu mengatur dan menjaga rumah tangga yang baik.
"Namun, kami melakukan kegiatan sosial dan pendidikan. Kami juga memperhatikan kesejahteraan. Misalnya, ada anggota meninggal atau sakit saat bertugas, kami memberikan bea siswa dari Yayasan Kemala kepada putra-putrinya. Kalau istrinya punya keahlian khusus disalurkan sesuai jenjang pendidikannya, atau diberikan modal untuk membuka warung sembako, nanti kami meminta laporan," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Sub Direktorat Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya mencatat, terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di Jakarta. Pada 2014, terjadi 40 kasus, sementara pada September 2015 sudah terjadi 41 kasus.




Oleh:Bayu Marhaenjati/FAB

Sumber: http://www.beritasatu.com/anak/312559-kekerasan-pada-anak-bhayangkari-minta-orangtua-beri-perlindungan.html




Jumat, 09 Oktober 2015

Ini Alasan Mengapa Anak Susah Din Atur

Jakarta -Dibalik perilaku si kecil yang dianggap bermasalah oleh orang dewasa, ternyata ada banyak alasan buah hati melakukannya.
-
Seperti disampaikan hipnoterapis klinis, Dra. MTh. Widya Saraswati, CCH, CT ada 5 alasan anak berubah menjadi bermasalah, seperti:

1. Mau mendapat perhatian

Untuk alasan yang satu ini, kata Widya, kebanyakan orangtua mungkin paham sebab anak yang ingin mendapat perhatian mudah dikenali dengan kebiasaannya yang tidak normal.

2. Mau mendapat kekuasaan

Ini salah satu tujuan berbahaya yang bisa dilakukan anak. Widya mengingatkan, anak itu cerdas, dan bisa belajar respon orang lain dari perilakunya.

"Contohnya, anak minta dibelikan sesuatu. Bila dia tidak dibelikan, anak menjerit, marah, teriak dan mungkin guling-guling di tanah. Pikiran orangtua, kalau tidak dituruti maka anak akan diam. Ini salah. Bila Anda menuruti anak yang seperti itu, maka dia akan mendapat kekuasaannya. Anak  akan belajar, kalau dia teriak, orangtua kalah dan apapun yang dia inginkan bisa didapatkannya," kata Widya.

3. Balas dendam

Widya menyontohkan, anak yang suka membalas dendam. Misalnya, anak yang tidak dibelikan mainan, dia kemudian membanting apapun yang ada di dekatnya. Anak merasa orangtuanya perlu diberi hukuman. Bila dituruti, lagi-lagi, orangtua kalah.

4. Tidak produktif

Misalnya, anak pura-pura sakit karena ada ujian di sekolah. "Orangtua harus tahu anak tidak suungguh sakit. Bilang padanya, kamu nggak apa-apa nak, sini mama tiup nanti sembuh, sekolah ya," ujarnya.@

Manfaat Luar Biasa dari Belajar Musik pada Anak

Jakarta -Ada yang menarik dari pernyataan perkumpulan psikiater anak di University of Vermont College of Medicine. Mereka menyatakan bahwa anak sebaiknya memiliki nilai tinggi pada mata pelajaran seni khususnya musik.

Seperti dikutip Yourtango, beberapa waktu lalu , para psikiater anak mengatakan bahwa melalui pelajaran musik, seorang anak akan mendapatkan banyak manfaat.

"Bukan hanya sekadar hobi atau bersenang-senang. Bisa memainkan alat musik dapat meningkatkan konsentrasi dan perhatian anak. Selain itu, juga dapat meningkatkan kontrol emosi dan menurunkan kecemasan," ujar psikiater.

Para tim psikiatri ini berpendapat seperti ini setelah melakukan pemindaian otak pada 232 anak-anak usia 6 sampai 18 tahun. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang memiliki nilai tinggi pada pelajaran musik atau yang mampu memainkan alat musik dengan baik memiliki otak dengan daerah kontrol motor yang bagus. @

Anak Tidak Kreatif Berisiko Alzheimer Saat Lansia

Jakarta -Selain pola hidup buruk, pola pikir anak juga memengaruhi otak. Misalnya anak yang tidak kreatif, dia perlu diperhatikan karena berisiko Alzheimer.

Seperti disampaikan oleh Pakar Neurologi Universitas Atmajaya dr. Yuda Turana SpS bahwa anak yang tidak kreatif cenderung tidak menggunakan otaknya untuk berpikir sehingga pada usia lanjut (lansia) mereka berisiko Alzheimer.

"Selain merokok, anak yang tidak kreatif juga cenderung berisiko Alzheimer," katanya saat ditemui wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu .

Kreatif sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah seseorang yang memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berhubungan dengan kecerdasan dan imajinasi.

Untuk mencegahnya, lanjut Yuda, disarankan untuk bermain dengan anak melalui permainan yang mengasah otak agar anak tumbuh menjadi pribadi yang kreatif.


sumber:liputan6.com

Bermain Adalah Bagian Penting Perkembangan Anak

Ilustrasi anak-anak bermain di luar.

Jakarta - Bermain adalah salah satu kegiatan belajar yang menyenangkan bagi anak. Ketika anak senang, perkembangannya pun optimal. Selain menyenangkan, bermain dibutuhkan sebagai sarana belajar anak sekaligus menambah pengalaman.

"Bermain sambil didampingi orangtua, bisa membantu anak mengendalikan emosionalnya. Saat kesal karena bingung bagaimana memainkan permainan tertentu, fungsi orang dewasa adalah membantunya untuk bisa memainkan atau menyelesaikan permainan," tutur dokter spesialis anak, Dr. Markus Danusantoso SpA dari RSU Bunda di Jakarta, Rabu (7/10).

Dari aspek perkembangan, bermain bisa melatih motorik kasar dan halus, melatih fungsi kognitif dan kepribadian, serta meningkatkan ketajaman panca indra.

Dilanjutkannya, jangan menunggu anak hingga menangis kencang baru orangtua menghampiri dan mendampingi. Sebisa mungkin dampingi sejak awal anak bermain.

"Selain itu, bermain juga bisa melatih anak lebih mandiri. Bila didampingi dan dibantu mencari solusi atau cara bermain yang tepat, maka lama-lama anak akan mengerti dan bisa menyelesaikan permainan sendiri," terangnya.

Lalu, fungsi lain dari bermain bagi anak adalah dapat merangsang perkembangan sistem saraf dan kecerdasan lebih baik. Kemudian, juga bisa membantunya mengenal lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan orang lain.

Oleh:Triananda/NAD

Selasa, 06 Oktober 2015

Anak yang Tidur Mendengkur Biasanya Berprestasi Minim

Sebuah studi menyimpulkan, anak yang tidur mendengkur biasanya memiliki permasalahan dalam hal pernapasan. Hal ini berakibat pada minimnya prestasi di sekolah.
Peneliti, Barbara Galland, dari University of Otago, Dunedin, Selandia Baru menganalisa data di 12 negara, pada 550 anak berusia 5 – 17 tahun.
Studi ini fokus pada kebiasaan mendengkur dan apnea tidur (jeda dalam bernapas saat tidur), serta nilai siswa di sekolah.
Mereka yang mengalami masalah pernapasan saat tidur, nilainya rata-rata 12 persen lebih rendah dari siswa tanpa gangguan napas saat tidur. Kesimpulan ini telah diterbitkan dalam jurnal Pediatrics.
Secara khusus, skor pelajaran bahasa 12,3 persen lebih rendah, nilai matematika 13,1 persen lebih rendah, dan skor ilmu sosial 11,6 persen lebih rendah untuk anak-anak yang memiliki masalah pernapasan saat tidur.
Menurut hasil penelitian pada 2009,lalu satu dari 100 anak usia SD di AS memiliki masalah pernapasan.
"Beberapa anak dengan gangguan napas saat tidur mungkin tampil kurang baik saat tes,” ujar alland.
Ada beberapa hal yang berkontribusi dalam masalah pernapasan pada anak saat tidur, seperti misalnya adanya amandel.
"Untuk anak-anak lainnya, faktor obesitas juga dapat berkontribusi," ujar Galland.
Oleh:Nessy Febrinastri/FAB


Sumber :Yahoo

Minggu, 04 Oktober 2015

Orangtua, Jangan Terjebak Definisi “Cerdas Tradisional”

Orangtua, Jangan Terjebak Definisi “Cerdas Tradisional”

Definisi cerdas bagi setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, masih ada sebagian orang yang masih menjelaskannya secara terbatas, yakni hanya terbatas pada seseorang yang punya kemampuan berhitung di atas rata-rata, mampu menjawab semua pertanyaan guru di kelas, atau punya nilai baik di nilai-nilai ujian mata pelajaran terkait angka saja.

“Ya, hal-hal itu memang bagian dari kecerdasan. Namun, bila hanya itu saja penilaian kecerdasan, maka itu definisi 'cerdas tradisional'. Sebab, setiap anak punya delapan jenis kecerdasan. Dinamakan kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang perlu distimulasi semua,” kata Profesor Harvard, Thomas Armstrong, di Jakarta, baru-baru ini.

Profesor yang sudah mendalami kecerdasan jamak selama 30 tahun ini mengajak orangtua untuk lebih peka dalam melihat kecerdasan anak. Ia mengatakan, setiap anak punya kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Bahkan, anak kembar pun bisa jadi punya kecerdasan dan minat yang berbeda.

“Setiap manusia memiliki kecerdasan dalam delapan hal yang ada di teori kecerdasan jamak. Semua jenis kecerdasan itu bisa berkembang dengan stimulasi tepat, tetapi umumnya setiap manusia punya kecenderungan yang unggul di beberapa kecerdasan itu,” jelas Armstrong.seperti di kutip dari beritasatu.com .

Ia menyarankan orangtua untuk memahami kecenderungan minat dan kecerdasan anak ketimbang memaksakan mengembangkan sisi “cerdas tradisional” saja, apalagi bila si anak tidak suka pada hal-hal itu.

Kedelapan kecerdasan tersebut adalah: kecerdasan berbahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan terkait alam, kecerdasan intrapersonal (self smart), kecerdasan interpersonal (people smart), kecerdasan visual-spasial, kecerdasan bermusik, dan kecerdasan kinetik.

“Akan lebih baik bila si anak didukung dalam hal yang ia tertarik. Dengan begitu perkembangannya akan optimal. Ketimbang memaksa ia belajar di hal yang tak disukainya, ia malah bisa stres, bosan, atau bahkan menarik diri dari segala hal,” tambah Armstrong.

Pengarang buku You’re Smarter Than You Think ini menyarankan orangtua untuk mendorong anak menjalani ketertarikannya secara lembut, jangan sampai terkesan terlalu memaksa atau kebalikannya, seakan tidak peduli pada ketertarikan si anak.

Beri waktu untuk si anak mencoba hal-hal tertentu. Setiap orang belajar dengan cara sendiri. Bila terlalu dipaksa, anak akan merasa rendah diri karena merasa tidak cukup bagus.

“Sebaliknya, bila tak ada dorongan cukup dari orangtua untuk mencoba sesuatu, si anak bisa kebingungan. Sebab, ada banyak orang yang hingga lanjut usia terus mencari hal yang menarik minatnya,” kata Armstrong.



Oleh:Nadia Felicia/NAD

Mengenali 8 Jenis "Multiple Intelligences" dan Cara Stimulasinya

Dalam setiap manusia terdapat delapan jenis kecerdasan atau yang disebut Multiple Intelligences. Kedelapannya harus distimulasi untuk mencapai kemampuan optimal. Untuk itu, perlu diketahui apa saja kedelapan kecerdasan tersebut.

“Setiap manusia memiliki delapan jenis kecerdasan itu, namun, setiap manusia juga punya kecenderungan yang berbeda. Ada yang cerdas di bidang kebahasaan, ada yang di bidang angka, dan sebagainya,” jelas Profesor Harvard University, Thomas Armstrong, Jakarta, baru-baru ini.

Kedelapan jenis kecerdasan dan cara menstimulasinya adalah:
Word Smart, yakni kecerdasan dalam membaca, menulis, berkata-kata sejak muda.

Alat stimulasinya bisa berupa buku anak-anak, majalah yang bisa digunting, huruf alfabet dalam berbagai bentuk, mainan balok berbentuk kata-kata, dan sebagainya.

Aktivitas stimulasi: kegiatan bercerita, membaca bersama, melakukan dialog percakapan, dan sebagainya.

Number Smart, yakni ketertarikan pada angka, matematika, sains, dan segala hal yang berhubungan dengan logika.

Alat stimulasi kecerdasan ini bisa dalam benda-benda untuk dihitung, balok berbentuk angka, timbangan untuk ukur berat, gelas ukur, komputer, puzzle, abakus.

Aktivitas stimulasi: bermain monopoli, mengunjungi museum ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Self Smart, yakni cenderung suka bermain sendiri, tahu mau jadi apa saat besar nanti, punya kepercayaan diri yang kuat, dan mampu mengkomunikasikan perasaannya.

Alat stimulasi kecerdasan ini adalah ruang yang nyaman untuk si anak bisa bermain, materi untuk hobi khusus, boneka, dan materi untuk permainan peragaan.

Aktivitas stimulasi: ajak si kecil untuk bicara tentang perasaannya, melakukan aktivitas mengurangi stres, seperti yoga.

People Smart, yakni kecerdasan terkait orang lain, menyayangi orang lain, bersama orang lain, dan berbagi. Suka bermain dengan teman-temannya, memiliki empati, suka memimpin, bisa memahami perasaan orang lain.

Alat stimulasi kecerdasan ini antara lain, kostum untuk main drama, istana boneka, action figure, teater boneka, dan lainnya.

Aktivitas stimulasi: bermain bersama di luar rumah, datang ke acara perayaan keluarga, main games bersama.

Music Smart, yakni kecerdasan seseorang yang sensitif terhadap nada, suka bernyanyi, menggoyangkan tubuh ikut irama, memainkan instrumen musik, mendengarkan musik, mengingat lagu.

Alat stimulasi: instrumen perkusi, keyboard, drum, piano, atau instrumen musik lainnya.

Aktivitas stimulasi: bernyanyi atau main musik bersama, mendengarkan musik bersama, atau nonton konser musik.

Picture Smart, yakni kecerdasan terkait visual, suka menggambar, seni, suka berimajinasi, bermain membangun sesuatu menggunakan balok, dan lainnya.

Alat stimulasi kecerdasan ini antara lain buku gambar, alat-alat menggambar (cat, kapur, malam, mainan puzzle, kamera, dan sebagainya).

Aktivitas stimulasi: menggambar bersama keluarga, menonton film, mengunjungi museum seni.

Body Smart, yakni kecerdasan yang suka menciptakan sesuatu dengan tangan, suka olahraga, menari, menyentuh benda-benda dan mempelajarinya.

Alat stimulasi: kantong pasir, balok-balok kayu, peralatan senam, tali untuk main lompat tali, peralatan pertukangan untuk membangun sesuatu.

Aktivitas stimulasi: berolahraga bersama keluarga, membuat prakarya, nonton pertunjukan balet atau menonton pertunjukan balet atau teater.

Nature Smart, yakni kecerdasan terkait alam. Suka dengan alam, binatang, paham penggolongan tanaman, peduli alam, dan sebagainya.

Alat stimulasi: akuarium, terarium, binatang peliharaan, kebun, tanaman dalam ruangan, alat teropong, dan sebagainya.

Aktivitas stimulasi: jalan-jalan di alam bebas, memelihara binatang, berkebun, dan lainnya.



 Oleh:Nadia Felicia/NAD

sumber:http://www.beritasatu.com/gayahidup-keluarga/311821-mengenali-8-jenis-multiple-intelligences-dan-cara-stimulasinya.html

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 8

Arsip Blog


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }