Depresi adalah penyakit suasana hati yang ditunjukkan dengan
perasaan sedih yang mendalam. Penyebabnya bermacam-macam. Bisa karena rasa
kehilangan, rasa bersalah, atau akibat kejadian sedih lainnya yang kadarnya
berlebihan dan terjadi dalam jangka waktu lama.
Contohnya adalah perceraian atau kematian orangtua. “Itu
bisa menjadi pemicu timbulnya depresi pada anak,” ujar Chatarina W Moeljadi,
psikolog Sanggar Kreativitas Bobo.
Anak usia sekolah juga lebih rentan terkena depresi.
Pencetusnya bisa karena beban pelajaran di sekolah yang terlalu berat. “Depresi
pada anak bisa terjadi pada semua usia. Tapi, paling banyak terjadi pada anak
yang emosinya belum stabil, yaitu anak usia sekolah,” imbuh Naomi Esthernita,
dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cikarang Hospital di Cikarang, Jawa Barat.
Anak-anak pada usia sekolah memang lebih gampang mengalami
depresi. Contohnya, anak-anak yang sering pindah sekolah karena mengikuti
kepindahan tugas orangtuanya. Bagi anak yang sulit beradaptasi, dampak negatif
berpindah-pindah sekolah itu tidak bisa dianggap sepele. “Anak bisa stres
berat,” ujar Chatarina.
Tanda-tanda yang tampak umumnya adalah prestasi di sekolah
yang menurun drastis. Untuk itu, orangtua harus ekstra hati-hati karena hal ini
bisa berujung pada depresi anak.
Tanda-tanda depresi
Ada beberapa tanda anak depresi yang perlu Anda ketahui. Di
antaranya sering menangis, lebih cepat marah, dan menjadi tidak berminat pada
kegiatan yang dulu
disukainya. Misalnya, yang tadinya suka bermain bola
tiba-tiba menjadi enggan bermain dengan alasan yang tidak jelas.
Ketika terjadi depresi, anak cenderung menarik diri dari
keluarga dan teman-temannya. Anak juga menjadi sulit berkonsentrasi, menjadi
pelupa, dan mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur itu bisa berupa insomnia,
tidur gelisah, atau berkurangnya durasi tidur.
Beberapa tanda itu mungkin mengindikasikan gejala awal dari
gangguan emosional yang lebih serius, termasuk depresi dan gangguan cemas. Bagi
anak-anak di bawah umur lima tahun atau balita, tanda-tanda depresi bisa
dideteksi dari perkembangan mayor yang terhambat. Misalnya anak belum bisa
berjalan dan berbicara saat anak lain dengan usia yang sama sudah bisa
melakukannya.
Kecenderungan depresi akan meningkat jika si anak berasal
dari keluarga yang pernah mengalami depresi. “Misalnya orangtuanya pernah
mengalami depresi, maka kemungkinan anaknya juga gampang terkena depresi,” kata
Chatarina.
Selain faktor keluarga, masalah lingkungan juga ikut
menentukan. Contohnya, anak yang pernah mengalami pelecehan secara fisik dan
verbal lebih cenderung terkena depresi. Begitu juga dengan anak-anak yang
memiliki sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarganya.
“Bahkan, jika sering dimarahi oleh orangtuanya, itu bisa
memicu anak menjadi terkena depresi,” kata Chatarina.
Secara fisik, anak penderita depresi menjadi hilang nafsu
makan yang menyebabkan tubuhnya kurus dan kehilangan energi. Keluhan lain, anak
sering mengalami sakit perut dan pusing. “Itu terjadi jika kondisi fisik si
anak tidak kuat sehingga rentan terkena penyakit, seperti diare, demam, bahkan
asma,” kata Inna Mutmainnah, seorang psikolog dan pemerhati anak dan keluarga.
(
Sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/2010/02/04/10200690/Ketika.Anak.anak.Mengalami.Depresi
0 komentar:
Posting Komentar