Jumat, 28 Agustus 2015

Ketika Anak-anak Mengalami Depresi

 Anda patut curiga jika mendapati buah hati yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi mudah sedih, murung, dan suka menyendiri. Bukan mustahil, anak Anda saat itu terkena depresi.
Depresi adalah penyakit suasana hati yang ditunjukkan dengan perasaan sedih yang mendalam. Penyebabnya bermacam-macam. Bisa karena rasa kehilangan, rasa bersalah, atau akibat kejadian sedih lainnya yang kadarnya berlebihan dan terjadi dalam jangka waktu lama.
Contohnya adalah perceraian atau kematian orangtua. “Itu bisa menjadi pemicu timbulnya depresi pada anak,” ujar Chatarina W Moeljadi, psikolog Sanggar Kreativitas Bobo.
Anak usia sekolah juga lebih rentan terkena depresi. Pencetusnya bisa karena beban pelajaran di sekolah yang terlalu berat. “Depresi pada anak bisa terjadi pada semua usia. Tapi, paling banyak terjadi pada anak yang emosinya belum stabil, yaitu anak usia sekolah,” imbuh Naomi Esthernita, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cikarang Hospital di Cikarang, Jawa Barat.
Anak-anak pada usia sekolah memang lebih gampang mengalami depresi. Contohnya, anak-anak yang sering pindah sekolah karena mengikuti kepindahan tugas orangtuanya. Bagi anak yang sulit beradaptasi, dampak negatif berpindah-pindah sekolah itu tidak bisa dianggap sepele. “Anak bisa stres berat,” ujar Chatarina.
Tanda-tanda yang tampak umumnya adalah prestasi di sekolah yang menurun drastis. Untuk itu, orangtua harus ekstra hati-hati karena hal ini bisa berujung pada depresi anak.
Tanda-tanda depresi
Ada beberapa tanda anak depresi yang perlu Anda ketahui. Di antaranya sering menangis, lebih cepat marah, dan menjadi tidak berminat pada kegiatan yang dulu
disukainya. Misalnya, yang tadinya suka bermain bola tiba-tiba menjadi enggan bermain dengan alasan yang tidak jelas.
Ketika terjadi depresi, anak cenderung menarik diri dari keluarga dan teman-temannya. Anak juga menjadi sulit berkonsentrasi, menjadi pelupa, dan mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur itu bisa berupa insomnia, tidur gelisah, atau berkurangnya durasi tidur.
Beberapa tanda itu mungkin mengindikasikan gejala awal dari gangguan emosional yang lebih serius, termasuk depresi dan gangguan cemas. Bagi anak-anak di bawah umur lima tahun atau balita, tanda-tanda depresi bisa dideteksi dari perkembangan mayor yang terhambat. Misalnya anak belum bisa berjalan dan berbicara saat anak lain dengan usia yang sama sudah bisa melakukannya.
Kecenderungan depresi akan meningkat jika si anak berasal dari keluarga yang pernah mengalami depresi. “Misalnya orangtuanya pernah mengalami depresi, maka kemungkinan anaknya juga gampang terkena depresi,” kata Chatarina.

Selain faktor keluarga, masalah lingkungan juga ikut menentukan. Contohnya, anak yang pernah mengalami pelecehan secara fisik dan verbal lebih cenderung terkena depresi. Begitu juga dengan anak-anak yang memiliki sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarganya.

“Bahkan, jika sering dimarahi oleh orangtuanya, itu bisa memicu anak menjadi terkena depresi,” kata Chatarina.

Secara fisik, anak penderita depresi menjadi hilang nafsu makan yang menyebabkan tubuhnya kurus dan kehilangan energi. Keluhan lain, anak sering mengalami sakit perut dan pusing. “Itu terjadi jika kondisi fisik si anak tidak kuat sehingga rentan terkena penyakit, seperti diare, demam, bahkan asma,” kata Inna Mutmainnah, seorang psikolog dan pemerhati anak dan keluarga. (



Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/02/04/10200690/Ketika.Anak.anak.Mengalami.Depresi

Bookmark and Share
Artikel yang berhubungan :

0 komentar:

Posting Komentar

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 8

Arsip Blog


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }