JAKARTA, . berdasarkan data BPS dan Direktorat Pembinaan
Pendidikan Masyarakat tahun 2014 yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal PAUDNI yang dirilis tahun 2015. Jumlah penduduk buta aksara atau tuna aksara
pada akhir tahun 2014 turun menjadi 6.007.486 orang, atau hanya tersisa 3,76
persen dari total jumlah penduduk. Sepanjang tahun 2014 pemerintah berhasil
mengentaskan sebanyak 157.920 orang tuna aksara.
Penurunan jumlah tuna aksara pada tahun 2014 melampaui
target yang ditetapkan pemerintah sebesar 3,83% dari total jumlah penduduk.
Target tersebut tercapai antara lain karena program pendidikan Keaksaraan
Dasar. Program tersebut merupakan upaya pemberian kemampuan keaksaraan bagi
penduduk tuna aksara berusia 15-59 tahun. Mereka diajarkan kemampuan membaca,
menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk mengomunikasikan teks
lisan dan tulis.
Penduduk tuna aksara yang telah menyelesaikan pendidikan
keaksaraan dasar tersebut mendapat Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA).
Keberhasilan pencapaian kinerja ini juga karena program bantuan operasional
penyelenggaraan (BOP) Keaksaraan Dasar pada kabupaten yang menjadi
kantong-kantong buta aksara, dan diikuti dengan bimbingan secara intensif.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
dan Pendidikan Masyarakat Wartanto pada beberapa kesempatan mengatakan bahwa
keberhasilan pemerintah menekan jumlah penduduk tuna aksara karena kerja sama
seluruh masyarakat dan pemerintah daerah.
Wartanto yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pembinaan
Pendidikan Masyarakat menguraikan sejumlah program untuk memberantas tuna
aksara, yakni Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dan Bantuan Multikeaksaraan.
“Prinsip dari pembelajaran KUM adalah meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis sembari memberikan keterampilan untuk mencari nafkah,” ujar
Wartanto baru-baru ini. Pada tahun 2014, Kemdikbud menggelontorkan dana program
KUM untuk 130.000 orang warga belajar.
Pada tahun 2012, Indonesia mendapatkan penghargaan
internasional dalam hal penuntasan tuna aksara, yakni King Sejong Literacy
Award dari UNESCO. Penghargaan tersebut diberikan karena Indonesia dinilai sukses
melakukan inovasi pembelajaran dalam pemberantasan buta aksara yang
terintegrasi dengan kewirausahaan.
Oleh:Yohan Rubiyantoro/HK
0 komentar:
Posting Komentar