Jumat, 18 September 2015

Agar Anak Cerdas dan Pintar, Jadilah Orangtua yang Sabar Menjawab Pertanyaan

Gambar:ilusrasi

Mengasuh anak adalah pekerjaan yang luar biasa seru dan menantang. Ya, karena kita dihadapkan pada seorang makhluk hidup yang terkadang membuat kepala berdenyut, mempunyai beragam kemauan dengan sedikit permakluman.  Mereka bisa bertingkah laku seperti nyamuk,  makhluk kecil yang menyebalkan, atau bisa seperti boneka teddy yang lucu dan menggemaskan. Mengasuh mereka menjadi menyenangkan apabila dilakukakan dengan sabar, penuh cinta. Tapi, ketika mereka mulai ‘memberikan serangan’ bagaimana kita menyikapinya?

Pertanyaan yang mengejutkan

            “Bunda, kenapa air jatuhnya cepat?’ Tanya seorang bocah berusia 3,5 tahun kepada ibunya. Untuk menjawab ‘o itu karena gaya gravitasi nak,’ sepertinya malah akan menambah waktu untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. Dengan sekenanya ibu menjawab “kan dari atas ke bawah, Dek!”

            “Tapi pesawat dari atas ke bawah kok nggak jatuh jatuh, Bunda?” tanyanya lagi sambil bergumam.  “Mmmh, kenapa ya?’ ibu balik bertanya. Sekian detik terdiam, tiba tiba dia berteriak, “Adek tau...! pasti karena ada pak pilot dan mesinnya!’ Ibu hanya mengangguk sambil tersenyum. Sang bocah pun merasa puas dan bangga bisa menemukan  jawabannya.



            Ada lagi pertanyaan dari seorang anak perempuan berusia 5 tahun. “Kenapa kakak (perempuan) nggak boleh tidur bareng ayah? Kan anak sendiri? Kenapa Ibu boleh?”  Atau berbagai bentuk protes seperti “Aku kesal Bunda nggak ijinin aku ke rumah Ando sendirian.”  “Ayah orangnya nggak asyik, masa pulang kerja langsung tidur!”

            Berbagai serangan pertanyaan dan protes itu tentu tidak bisa didiamkan begitu saja. Adalah kewajiban orangtua untuk ‘memfasilitasi’ mereka menemukan jawaban dan menangani protes-protes yang muncul di benaknya. 

Ini kiatnya

            Pertama, ajarkan mereka berpikir sebab akibat dan melingkar. Sesuaikan pola dengan kapasitas usia dan berpikir anak. Jawaban yang terlalu lurus memang biasanya akan segera menyudahi rasa keingintahuan anak, tapi itu juga akan ‘mematikan’ daya kreatifitas dan ingin tahu mereka.

            Kedua, jangan langsung menjawab pertanyaan anak. Berikan ksempatan mereka menemukan jawaban versinya sendiri. Bila keliru, kita tinggal sedikit meluruskan.

            Ketiga, jangan mengalihkan  pertanyaan anak ke sesuatu yang tidak ada hubungan dengan pertanyaan semula. Lebih baik bicara jujur bahwa kita belum menemukan jawabannya dan ajak untuk mencari bersama. Kecuali pertanyaan yang berhubungan dengan masalah orang dewasa.


            Keempat, brsyukurlah memiliki anak yang banyak bertanya. Itu tandanya mereka kritis. Fasilitasi dan tetap arahkan. Yuk, belajar menjadi orangtua cerdas!



sumber:www.ummi-online.com

Bookmark and Share
Artikel yang berhubungan :

0 komentar:

Posting Komentar

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 8

Arsip Blog


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }