PENIGKATAN GIZI

Peningkatan Kesadaran Gizi Ibu dan Balita; Sosialisasi PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang Sumatera Selatan

Dra.Hj.Khofifah Indar Parawansa, M.Si.

Mengarungi Kisah Inspiratif Hj Khofifah Indar Parawansa

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pelatihan Penguatan Keaswajaan Da’iyah Muslimat NU

Penguatan Keaswajaan Bagi Da’iyah Muslimat NU DKI Jakarta

Ketua NU Kota Semarang

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Dr. KH. Anasom MHum

Kamis, 31 Desember 2015

Kenali Beberapa Faktor yang Membuat Pribadi Seorang Anak Menjadi Keras dan Sulit Diatur:

1. Orangtua Itu Sendiri

Peran orangtua dalam kehidupan seorang anak tentu mengambil kontrol yang paling besar. Dalam hal ini seorang orangtua berperan mendidik dan membimbing anaknya dengan sebaik-baiknya. Salah satunya yakni dengan memberikan kepercayaan pada anak, serta selalu memberikan prasangka yang baik pada mereka. Sebab hal ini pada dasarnya kembali pada kondisi seorang anak yang lahir tanpa dosa.

Ketika anak-anak sulit diatur dan menjadi begitu keras kepala meskipun orangtua telah mengganggap pola pengasuhan yang diberikan sudahlah tepat. Maka sebaiknya tanyakan kembali pada cara mereka mendidiknya.

Orangtua yang selalu curiga, seringkali mengintrogasi anak pada saat mereka melakukan kesalahan, selalu berprasangka buruk, tentu saja akan membuat si anak menumbuhkan rasa benci dan kesal dalam dirinya. Selain itu, anak-anak juga akan merasa diperlakukan tidak adil, merasa terhina dan bahkan bukan tidak mungkin keburukan-keburukan lainnya akan tumbuh dalam diri mereka. Sehingga yang terjadi adalah anak-anak akan menjadi seorang pemberontak, pembohong dan bahkan menganggap rendah orangtua dan memandangnya sebagai musuh mereka.

2. Faktor Lingkungan Sekitar

Ketika anda sudah merasa memberikan pendidikan dan bimbingan yang baik kepada anak-anak anda, namun masih mendapati si anak sulit sekali diatur dan menjadi begitu bandel. Maka, cobalah telaah kembali seperti apa lingkungan yang dihadapi oleh si buah hati. Disadari atau tidak, lingkungan mengambil sekian persen peranan dalam membentuk pribadi seorang anak.

3. Faktor Bawaan dari Si Anak

Sejak lahir, anak-anak sudah memiliki bawaan mereka sendiri. Ada sisi negatif dalam diri anak dimana mereka cenderung memiliki tingkat egoisme yang begitu tinggi, suka menyenangkan sendiri, tidak ingin berbagi dan lain sebagainya. Nah, disinilah orangtua dan pendidik berperan besar dalam membimbing dna menghapus sifat negatif ini dalam diri anak.

Untuk itulah, penting bagi orangtua memberikan kepercayaan pada anak-anak mereka. Tanamkan kepercayaan dalam diri anda bahwa mereka adalah anak-anak yang baik dan mandiri. Tanpa disadari secara naluriah, hal ini aka menjaga dan mempertahankan apa yang anda percayai dalam diri anak-anak.

Lantas bagaimana jika kondisinya si anak seringkali berperilaku buruk? Perlukah kita memberikan kepercayaan padanya?

Setiap manusia yang memiliki hati dan pikiran, tentu tidak akan selama terjebak dalam kondisi yang sama dan sulit untuk dirubah. Begitupun dengan anak-anak, hanya karena anak anda seringkali berperilaku buruk, bukan berarti anda mencap diri mereka tidak akand apat berubah. Hanya saja, dalam hal ini peranan orangtua akan sangat dibutuhkan dalam membimbing anak dan mengarahkan mereka pada hal yang lebih positif. Nah, berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua dalam menghadapi anak yang sering berperilaku buruk.

1. Introspeksi Diri

Sebelum mengajarkan anak tentang bagaimana menjadi seorang yang baik, maka penting bagi orangtua untuk menginstrospeksi dirinya sendiri apakah mereka sudah baik atau belum. Sudah benarkah cara kita mendidik anak? Dalam hal ini anda tentunya tidak bisa melibatkan perasaan pribadi anda. Untuk itu, cobalah melihat situasi dengan lebih objektif.

2. Temukan Cara Untuk Mengembalikan Keadaan

Jangan pernah takut dan mengira sudah terlambat untuk anda bisa membuat si anak berubah. Usia anak-anak yang masih muda, selalu ada waktu untuk bisa mengubah kembali keadaan seperti semula. Untuk itu, teruslah berusaha untuk dapat membawa kembali anak-anak ke jalan yang benar. Dalam menjalankan poin ini, tantangan paling besar, mungkin akan muncul dari sikap keras kepala anak-anak. Belum lagi jika lingkungan anak sudah dinilai parah dan sulit rasanya memisahkan anak dari lingkungannya, akan menjadi hal yang besar yang harus anda lalui. Akan tetapi, jangan mudah menyerah dengan kondisi dan sikap anak.

Diperlukan kesabaran dan keteguhan dalam menjalankan poin yang satu ini. Untuk itu, teruslah berupaya dan tanamkan dalam diri anda keyakinan bahwa anda akan dapat membawa anak ke jalan yang lebih baik dan mengembalikan keadaan seperti sediakala.

3. Bersinergi dengan Anak dan Lingkungan yang Didahapinya

Dalam hal mendidik anak yang seringkali sulit diatur, faktor lingkungan bisa jadi mengambil peranan paling banyak dalam membentuk pribadi mereka. Untuk itu, bentuk sinergi anda bersama dengan anak dan lingkungannya. Akan tetepi bukan berarti anda bisa melarang anak pergi bergaul dan memiliki teman, dalam hal ini anda harus bijak memberitahu anak untuk bisa memfilter lingkungannya.

Memberikan kepercayaan pada anak adalah hal yang penting guna membentuk kepribadian baik dalam diri anak. Cara diatas diharapkan mampu menjadikan referensi anda dalam mendidik buah hati

Bentuk Kepribadian yang Baik, Orangtua Perlu Berikan Kepercayaan Pada Anak

Setiap anak yang lahir ke dunia, diberikan kekurangan dan kelebihan oleh Tuhan.

Yang mana kedua hal ini adalah untuk disyukuri dengan cara menerima kekurangan yang telah diberikan dan mengembangkan kelebihan yang telah Tuhan anugerahkan dalam kehidupan si anak.

Setiap anak memiliki potensi pada dirinya masing-masing, yang tentunya potensi antara satu anak dengan anak lainnya tidak akan sama persis. Namun tahukah anda, bahwa petensi yang diberikan ini sejatinya bergantung pada bagaimana orangtua mereka mengasuh dan mendidiknya?

Setiap anak yang dilahirkan ke dunia, datang dengan keadaan suci, polos dan tidak tahu apa-apa. Bak sebuah kertas putih yang bersih, anak-anak yang baru saja dilahirkan, belum dibekali kemampuan apa-apa selain kemampuan motorik untuk membuka kedua matanya dan menerima rangsangan yang diberikan oleh dunia luar, seperti sentuhan, ciuman, tiupan dan lain sebagainya.


Adalah tugas seorang orangtua dalam mengenalkan anak pada banyak hal dan memberikan pendidikan baru agar anda bisa belajar dengan lebih baik sehingga mereka menjadi serba tahu. Pola pengasuhan dan didikan yag diberikan oleh orangtua juga akan mempengaruhi kualitas diri dari si anak. Segala hal yang diajarkan oleh orangtua adalah modal yang akan menentukan kepribadian dan karakter yang akan terbentuk dalam diri seorang anak.

Inilah mengapa karakter setiap anak akan berbeda dengan anak lainnya. Cara mendidik anda dengan tetangga tentu berbeda-beda yang mana anda bisa melihat hal ini dari karater dan kepribadian si anak itu sendiri.

Untuk itulah, jika ada anak bandel yang begitu sulit untuk diatur, apakah kita lantas melimpahkan kesalahan tersebut pada si anak? Tidak. Tentu saja tidak. Sebab dalam hal ini, orangtualah yang memegang kendali dan peran utama dalam pembentukan karater dan kepribadian mereka. Tentu tidak bijak, jika kita menyalahkan anak-anak yang bandel dan mencap diri mereka sulit diatur, yang namanya anak-anak, mereka akan meniru dan menyerap apa yang diajarkan oleh orangtuanya dan apa yang mereka lihat dari lingkungan sekitar.

Lantas apa sih sebenarnya faktor yang mempengaruhi seorang anak bisa begitu sulit untuk diatur? Nah, kita kenali terlebih dahulu beberapa faktor yang membuat pribadi seorang anak keras dan membuat mereka sulit diatur.



sumber:http://bidanku.com/bentuk-kepribadian-yang-baik-orangtua-perlu-berikan-kepercayaan-pada-anak

Tips Membangun Komunikasi yang Baik dan Efektif Bersama dengan Buah Hati

Dikaruniai dengan keluarga yang utuh dan bahagia, tentu menjadi dambaan untuk setiap orang yang sudah menikah dan berkeluarga.

Betapa tidak, keluarga yang harmonis dan saling memahami serta saling mencintai satu sama lain didalamnya akan menumbuhkan kebahagiaan dan membuat siapa saja merasa betah tinggal dan berada dirumah. Rasanya, fungsi dari rumahku istanaku akan bisa didapatkan dari keluarga yang seperti ini.



Namun tentunya, sebuah keluarga yang bahagia dengan semua anggota yang merasa senang didalamnya, tidak didapatkan dengan mudah seperti membalikan kedua telapak tangan dari atas ke bawah. Hal ini memerlukan perjuangan dan kerja keras yang begitu panjang. Mulai dari pengorbanan, saling menghargai, saling memahami dan bahkan saling mencintai adalah beberapa kunci yang akan dapat menunjang sebuah keluarga yang bahagia. Apalagi sebuah keluarga terbentuk dari hubungan beberapa orang didalamnya seperti ayah, ibu, kakak dan adik, yang mana beberapa orang ini memiliki karakter dan kepribadian masing-masing yang berbeda.


Nah, untuk dapat mencapai kebahagian dalam keluarga, masing-masing orang yang ada dalam keluarga tersebut harus mampu menyadari perbedaan sikap dan kepribadian satu sama lain. Selain itu, faktor usia juga akan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.

Nah, untuk menjembatani segala perbedaan yang ada dan dimiliki oleh masing-masing orang didalamnya, tentunya dalam hal ini adalah orangtua dalam memahami anak-anaknya. Maka diperlukan komunikasi yang efektif. Yang mana hal ini tentunya akan sangat penting agar anak-anak dapat dibesarkan dalam satu keluaga yang bahagia dan tumbuh menjadi seseorang yang dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dalam hal apapun.

Bisa dibayangkan tanpa adanya komunikasi, kita tidak akan dapat mengerti apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh oranglain, termasuk oleh buah hati kita. Tanpa komunikasi yang baik, perselisihan akibat kesalah pamahaman akan lebih seirng terjadi.

Nah, untuk dapat menjalin komunikasi dengan baik bersama dengan buah hati kita, tidak cukup hanya dengan peran si anak yang terus menerus menjadi pendengar. Adakalanya si anak pun perlu menyampaikan apa yang ia rasakan dan mengalirkan apa yang ingin diungkapkannya. Dengan begini, orangtua akan dapat memahami anak-anaknya dengan lebih baik. Sehingga hubungan yang baik akan dapat tercipta dan terjalin bersama dengan mereka. Selain itu, komunikasi juga bisa menjadi cara yang dapat membangun ikatan yang kuat dengan orang-orang disekitar kita, temasuk dengan anak.

Komunikasi yang disampaikan pada anak bisa mencakup dua jenis komunikasi, yakni komunikasi verbal dan non-verbal. Yang mana, komunikasi verbal mencakup segala ucapan danperkataan yang disampaikan. Sementara komunikas non-verbal cangkupannya lebih luas lagi yakni bahasa tubuh, tindakan, emosional dan kata-kata yang berarti. Dengan membentuk komunikasi bersama dengan si anak, diharapkan mereka juga pada akhirnya bisa mengungkapkan pikirannya dengan cara yang lebih baik.*


Jumat, 25 Desember 2015

Ketika Ada Masalah Di Sekolah, Siapa yang Harus Dipercaya? Anak atau Gurunya?

Bunda, pernahkan anda menjumpai kasus dimana bunda mendapatkan laporan yang berbeda dari buah hati anda yang bersekolah dengan laporan yang diberikan oleh gurunya?

Misalnya seperti ini, dihari itu, si guru melaporkan bahwa sikap anak kita begitu bandel, sulit diatur dan bahkan ia sampai melukai teman-temannya dan membuat onar satu kelas sehingga keadaan di sekolah menjadi gaduh dan tak kondusif. Akan tetapi, ketika anda mengkonfirmasi si anak, ia justru memberikan jawaban yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh gurunya. Sebaliknya, anak anda pulang dengan laporan yang berbeda yang disampaikan dengan laporan gurunya dihari yang sama, ia justru mengatakan bahwa gurunya memperlakukannya dengan galak, sampai menjewer, mencubit dan memarahinya dengan begitu besar. Atau bisa jadi si kecil pulang sekolah dengan membawa "oleh-oleh" yakni berupa sikap atau kata-kata baru yang buruk, dan ketika anda menegurnya, ia menjawab bahwa ibu guru yang mengajarkannya di sekolah. Dan sementara itu, ketika anda mengkonfirmasi guru yang bersangkutan, si ibu guru malah mengatakan hal yang berbeda dengan laporannya tentang anak anda.

Nah, nah, nah jika sudah begini, lantas bagaimana anda menyikapinya? Pernahkah terbersit pikiran dalam benak anda kebingungan akan harus memihak pihak yang mana antara anak anda dan gurunya di sekolah?

Jika hal ini benar-benar terjadi, tentu akan menjadi dilema yang besar ya bunda. Di satu sisi, anda tak ingin menjadi sosok orangtua yang menaruh curiga pada buah hati anda, apalagi saat ini usia si anak masih begitu kecil. Akan tetapi, di sisi lain, anda pun dibuat bingung, masa iya seorang guru berbohong dengan ucapannya? Saat hal ini terjadi, seringkali akan membuat kita bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Terkadang hal ini malah akan menjadi beban pikiran untuk anda. Ditambah lagi, jika perilaku dan perbuatan baru yang didapat si kecil merujuk pada tindakan menyimpang dari moral yang tidak baik ia dapatkan.

Nah, jika sudah begini, apa yang akan anda lakukan bunda? Akankah anda mempercayai laporan si kecil karena mengganggap usia mereka yang masih begitu kecil membuat mereka selalu berkata jujur? Atau anda akan lebih percaya dengan laporan si guru karena anda menganggap seorang guru tidak akan berbohong?

Nah, berikut ini kami berikan beberapa tips yang bisa anda jadikan pertimbangan ketika menghadapi masalah seperti ini agar anda bisa menyelesaikan masalah ini dengan lebih baik.

1. Kenali dengan Baik Karakter Si Anak di Rumah

Sebelum terburu memutuskan mana yang salah dan mana yang benar, sebaiknya akan lebih bijak bagi kita untuk mengetahui dengan baik karakter si anak dirumah. Jika anda melihat karakter si buah hati terlihat baik, anteng, pendiam dan lain sebagainya. Maka, anda bisa mempertimbangkan laporan si kecil sebagai kebenaran.

Namun, jika karaketer anak dirumah seringkali membuat masalah, membuat onar, menjahili anak lain dan lain sebagainya, maka anda bisa menetukan sikap anda selanjutnya. Akan tetapi, tidak bijak pula jika anda langsung menyalahkan guru anda dan menganggap mereka berbohong. Untuk itulah, kenali terlebih dahulu sifat dan sikap anda dirumah dan disekolahnya.


2. Tanyakan dan Kenali Karakter Anak Di Sekolah

Menyambung poin yang diatas, setelah anda paham betul dengan karakter anak dirumah. Maka penting juga untuk anda mengetahui sikap dan karakter mereka di sekolahnya. Hanya karena anak terlihat aktif dirumah, seringkali jahil dengan saudaranya dan kerap membuat kegaduhan, bukan berarti sikap yang sama mereka aplikasikan di sekolahnya, begitupun sebaliknya.

dakalanya, sikap seorang anak akan berubah saat disekolah, hal ini dikarenakan anak akan menimbang kehadiran teman-temannya, oranglain dan bahkan gurunya. Dalam hal ini, bisa jadi si anak berubah menjadi pemalu, atau malah sebaliknya. Untuk itu, kenali dengan pasti sikap dan karakter anak.

Anda bisa menanyakan hal ini pada teman-temanya, atau mengkonfirmasi guru lain yang tidak bersangkutan dengan laporan guru tersebut, seperti misalkan guru mata pelajaran lain yang juga mengajarkan di kelas anak atau mungkin wali kelasnya. Setelah mengetahui, sikap anak di sekolah dan dirumahnya, anda akan dapat menimbang dan menentukan sikap selanjutnya.

3. Perjelas Kronologisnya

Untuk mengetahui dengan jelas permasalah antara anak dan masalahnya di sekolah, perlu sekali bagi anda untuk mengetahui dengan jelas akan kronologis peristiwanya. Cerita dari si anak bisanya tidak berurut dan tidak lengkap. Selain itu, bisa jadi pernyataan yang diberikan oleh si anak hanya diungkapkan dari kondisi yang menguntungkannya saja. Semetara itu, cerita yang didapat dari si guru juga tidak bisa diterima mentah-mentah, bisa jadi si guru tidak melihat peristiwa ini dari awal dan hanya menyimpulkan bagian yang dilihatnya saja.

Misalkan, si guru hanya melihat si anak berbicara kasar pada temannya, dan lantas menyimpulkan bahwa si anak tidak sopan dan begitu keras pada teman yang lain. Namun yang mungkin sebenarnya terjadi adalah si anak melakukan demikian sebagai bentuk pembelaan dirinya. Untuk itu, sebagai penengah dari hal ini anda bisa bertanya pada temannya yang lain.

4. Ketika Kesalahan Berada Pada Si Anak

Nah, ketika sudah diketahui segala biduk permasalahannya dan anda mendapatkan kesimpulan bahwa kesalahan ada pada anak anda, maka mintalah anak untuk meminta maaf baik pada teman-temannya, gurunya dan bahkan pada anda. Sebaliknya, jangan pernah tunjukan rasa kekesalan pada anak karena sudah membuat anda malu dengan lantas anda memukul, memarahi dan membentak si buah hati. Ajak anak untuk mengobrol dan berbicara mengapa sampai hati si anak melakukan hal tersebut.

Selain itu, anda juga bisa berkaji diri mengenai bagaimana pola didikan yang sudah anda berikan pada si kecil. Sudah tepatkah selama ini anda mendidik si buah hati? Dari sini, anda bisa meminta anak dengan perlahan untuk mau meminta maaf atas kesalahan yang mereka perbuat. Selain itu, anda juga bisa langsung menghubungi guru yang bersangkutan dan menyampaikan permohonan maaf anda padanya atas kesalahan yang dilakukan si buah hati.

Mendapati kasus dimana laporan dan keluhan yang disampaikan si anak bersama dengan guru tidak sinkron seringkali menjadi dilema yang besar untuk kita mempercayai salah satu diantaranya. Tak jarang, inipun menjadi beban pikiran yang membuat kita pusing. Nah, beberapa cara diatas bisa dijadikan solusi untuk mengatasi masalah anda dengan si buah hati. Semoga artikel ini bermanfaat untuk ibu dirumah dalam mendidik dan mendisiplinkan si buah hati tercinta.


Sumber :bidanku.com

Membangun Rasa Percaya Diri Sejak Dini Untuk Kemampuan Sosial Anak

Orangtua baru menyadari anak kurang percaya diri ketika memasuki usia prasekolah. Anak yang kurang percaya diri cenderung malu, ragu-ragu bahkan hanya ingin beraktivitas ditemani dengan anda. Untuk membuatnya percaya diri anda harus menerapkan pola asuh yang dapat membangun rasa percaya diri sejak dini.

Kepercayaan diri anak dapat anda latih sejak dini, dorongan dari pola asuh dan lingkungan dapat membantunya untuk memiliki rasa percaya diri sejak dini. Pentingnya memiliki rasa percaya diri yang dapat membantu proses belajar di sekolah dan di lingkungan sosialnya.

Menerapkan pola asuh yang tepat merupakan salah satu hal yang utama misalnya dengan mengekplorasi kemampuan dirinya sehingga anak anda dapat memuaskan rasa ingin tahunya dan berkembang menjadi anak yang kreatif. Pola asuh seperti apalagi yang dapat membuat rasa percaya dirinya meningkat.

Berikut adalah 6 cara yang dapat membangun rasa percaya diri pada anak :

1. Berikan Citra Positif

Anda dapat memberikan citra yang positif pada anak anda dengan perilaku yang sederhana. Buat anak anda merasa berharga dan dibanggakan. Anda dapat menyampaikan citra yang postif melalui interaksi anda dan anak anda, sehingga anak anda akan menjadi pelajar yang penuh dengan keyakinan.

2. Menjadi Cermin yang positif bagi anak anda

Anak akan meniru orang disekitarnya sehingga pada masa tumbuh-kembangnya sebaiknya mendapatkan citra diri yang baik tentang dirinya. Hal ini terutama bagi anak yang akan memasuki prasekolah. Anda dapat memberikan cerminan yang postif pada diri anda.

3. Rangsang anak anda untuk berani tampil

Pada anak usia 1-3 tahun anda dapat menumbuhkan rasa percaya diri dengan merangsangnya untuk tampil. Anda dapat tampil dan mempertunjukan kepintaran anak anda seperti menyanyi, berhitung, bercerita atau pengalaman lainnya. Dengan melakukan interaksi dengan keluarga dapat menjadi awal yang baik untuk mengasah keberanian anak anda dan tidak malu-malu ketika bertindak.

4. Disiplin

Mungkin anda bertanya-tanya mengapa disiplin menjadi poin penting. Aturan dalam keluarga yang baik dapat menjadi salah satu pola asuh yang tepat. Anda tidak perlu khawatir anak anda akan mengalami tekanan. Aturan yang anda buat dapat mengarahkan pada anak anda sehingga memberikan alasan yang dimengerti dan mudah dipahami oleh anak anda.

5. Menjaga Kedekatan dengan Anak

Apabila anda sebagai orang tua yang memiliki kesibukan di luar rumah, pastikan anda memiliki waktu yang luang untuk bermain dengan anak anda. Menjaga kedekatan dengan anak merupakan salah satu cara yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Jadikan waktu yang anda miliki berkualitas dengan memberikan pelajaran baru mengenai lingkungan pada anak anda.

6. Berhati-hati ketika menyampaikan kata

Usia anak 1-3 tahun merupakan periode emas untuk membuatnya berkembang anda dapat membuatnya semakin percaya diri dengan menghindari kata-kata yang membuatnya minder. Berikan kata-kata yang membangun rasa percaya dirinya dan terus melatih keterampilan untuk menunjukan kemampuannya dimuka umum. Mengatakan hal yang kasar akan membuatnya menyesal dan tidak berani untuk mencoba hal yang baru.

Dengan demikian bagi anda yang ingin melatih rasa percaya diri pada anak anda sebaiknya anda mulai menerapkan pola asuh yang sesuai sehingga membantu tumbuh-kembang yang optimal sesuai dengan usia anak anda.


sumber:bidanku.com

Kenali Beberapa Hal Ini Penting Dilakukan Untuk Mencerdaskan Mental Anak

Memiliki anak dengan pribadi yang cerdas dan cemerlang, tentu menjadi impian setiap orangtua.

Betapa tidak, anak-anak yang memiliki pribadi yang cerdas akan senantiasa berpikir positif dan selalu memiliki orientasi kedepan serta mampu bersaing dengan oranglain. Orangtua tentunya bangga memiliki anak yang seperti ini, mereka akan dengan senang hati membawa serta buah hati mereka kemanapun dan dalam acara apapun bahka memperkenalkan anak mereka terhadap teman-teman dan lingkungannya dengan tanpa canggung. Selain akan baik bagi citra anak, memiliki anak yang cerdas juga akan berpengaruh pada citra kita sebagai orangtua yang mana oranglain akan menilai kita beruntung memiliki anak yang demikian dan pola didikan yang kita berikan pada anak dianggap berhasil.

Hanya saja, sayangnya, banyak orangtua yang hanya mengasumsikan kecerdasan seorang anak dengan prestasi akademisnya saja di sekolah. Padahal tidaklah demikian adanya. Kecerdasan tidak hanya terbatas pada kemampuan akademis seorang anak saja, namun juga mencakup aspek yang lebih luas lagi, yakni mencakup kecerdasan Intelegensia (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) Dan kecerdasan anak dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah (AQ).


Kita mungkin sudah sering mengenal istilah IQ, SQ, dan EQ. Lantas bagaimana dengan istilah AQ (Advertisy Quotient) atau kecerdasan anak dalam menanggapi dan menghadapi masalah yang ia dapatkan? Sebagian orangtua mungkin masih kurang familiar dengan istilah yang satu ini dan mungkin tidak sedikit pula diantara kita yang belum memahami dengan betul istilah ini. Namun, penting sekali bagi orangtua dalam mengetahui dan memahami istilah AQ untuk dapat memupuk dan mengasah kecerdasan tersebut dalam diri anak-anaknya. Nah, untuk itulah, kami berikan sedikit kilas andang mengenai AQ dan bagaimana mengasahnya pada diri anak-anak.

Apa Itu Adversity Quotient (AQ)

Adversity Quotient atau AQ adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah atau kesulitan. Kecerdasan ini  juga bisa dikaitkan dengan tingkat kematangan dan ketangguhan mental yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang dengan mental yang gigih, kuat, tahan banting dan pantang menyerahlah yang seringkali disebut memiliki kecerdasan AQ yang tinggi. Sementara itu, bagi mereka yang memiliki mental yang lemah dan daya juang yang tidak terlalu tinggi seringkali disebut memiliki kecerdasan AQ yang rendah.

Namun tentunya, kecerdasan AQ ini tidak muncul serta merta dalam diri seseorang secara instant atau merupakan warisan genetik yang diturunkan oleh orangtuanya, melainkan diperlukan upaya untuk bisa ditanamkan dan diberikan saat mereka masih berusia anak-anak. Orangtua perlu mengasah kecerdasan AQ dalam diri anak-anak, sebab kecerdasan AQ ini memainkan peran yang cukup besar dalam menentukan kesuksesan dan keberhasilan dalam diri seseorang.

Nah, untuk mengasah dan mencerdaskan mental pada anak, maka orangtua perlu mengasah melakukan upaya. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mengasah AQ dalam diri anak-anak.

1. Asah dan Bangun Kecerdasan AQ Pada Anak Sejak Mereka Berusia Dini

Menjadikan anak memiliki kecerdasan mental seperti yang dikatakan diatas tidak didapat secara instan dan mudah. Terlebih dahulu hal ini perlu dipupuk dan dibangun oleh orangtua pada diri anak-anak sejak mereka masih kecil. Namun demikian, hal ini tentunya tidak akan bekerja dengan instan dan cepat pada diri anak-anak. Untuk itu, alangkah lebih bijak jika anda tidak mengharapkan anak anda bisa seketika memiliki kecerdasan ini. DIperlukan kesabaran dan terus berupaya untuk bisa menanamkan hal ini dalam diri anak anda.

2. Ajarkan Anak Untuk Mampu Menganalisa Kegagalannya

Kekecewaan yang didapat dari ketidak selarasan antara harapan dan kenyataan bukan hanya terjadi pada orang dewasa. Hal ini juga bisa terjadi pada anak-anak. Bukan tidak mungkin, karena usianya yang masih kecil, anak anda akan menghadapi kegagalan dan ketidak berhasilan. Namun untuk mengatasi dan menghadapi hal ini tidak sebaiknya orangtua memberikan respon yang keliru dengan mengejek, meremehkan ataupu memarahi anak. Sebab hal ini akan membuat mental anak semakin down dan putus asa.

Sebaliknya, ajarkan anak untuk  bisa menganalisa kegagalannya. Sebagai orangtua kita bisa membantu anak mengenali apa penyebab kegagalan yang membuatnya tak mampu meraih keberhasilannya. Namun demikian, hindari campur tangan sepenuhnya pada diri anak, biarkan mereka berusaha sendiri mencari tahu apa ketidakmampuan mereka dalam meraihnya. Dengan begini mereka akan tahu masalah apa yang telah menghambatnya dan diharapkan anak segera mencari solusi untuk mengatasi dan mengantisipasi kegagalan tersebut agar tidak terluang kembali.

3. Bangun Optimisme dan Motivasi dalam Diri Anak

Ajarkan anak untuk selalu berpikiran positif dan menghilangkan pemikiran negatif dalam dirinya. Dengan berpikiran posiif, akan membuat anak berpikiran optimis dan membuatnya lebih mudah mengambil keputusan-keputusan penting dalam dirinya yang mana hal ini tentunya penting bagi kehidupannya kelak saat ia beranjak dewasa. Misalkan ketika anak dihadapkan dalam sebuah tantangan, berikan mereka support untuk mencoba karena mereka tidak akan tahu apa yang akan mereka dapatkan jika mereka tidak mencobanya. Dibandingkan dengan menakut-nakuti anak untuk tidak melakukannya. Dengan mengajarkan hal ini, akan dapat melahirkan anak yang berani tampil dan siap dengan tantangan serta hal-hal baru dalam kehidupannya.

4. Bersikaplah Tegas Untuk Mendisiplinkan Anak Namun Tidak Kasar

Tidak sedikit orangtua yang mengasumsikan bahwa anak yang memiliki mental tahan banting dan kuat adalah mereka yang perlu diberikan didikan yang keras, tegas dan kasar sehingga anak memiliki kedisiplinan yang baik. Namun tentu saja hal ini keliru, menumbuhkan sikap disiplin dalam diri anak-anak bukan berarti dilakukan dengan kasar dan kekerasan, sebab hal ini tidak akan memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan anak terutama perkembangan mentalnya. Justru sebaliknya, alih-alih mendapatkan anak dengan sikap disiplin yang baik, perilaku anda malah akan mmberikan dampak buruk pada anak dengan menumbuhkan mental yang keras pada anak.

5. Latih Anak Agar Mampu Menghadapi Kesulitannya

Dalam kehidupan, masalah dan tantangan adalah hal yang akan senantiasa dihadapi setiap manusia. Apalagi sebagai manusia biasa, kita tentu tidak akan luput dari kesalahan. Seberapa banyak masalah dan seberapa besar masalah bukanlah hal yang perlu ditakuti. Namun bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikannya adalah hal penting yang harus senantiasa kita miliki, begitupun hal ini penting sekali diberikan pada anak-anak.

Salah satu cara dalam melatih anak agar mampu menghadapi kesulitannya adalah dengan membiarkan anak mengerjakan tugas dan pekerjaannya sendiri dan latih anak untuk bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Misalkan, ketika anak memiliki PR, maka biarkan anak mengerjakan sendiri jika mereka mampu menyelesaikannya. Baru bantulah mereka saat mereka sudah mulai kesulitan.

6. Ajarkan Anak Untuk Bangkit Setelah Jatuh

Kegagalan dan ketidak berhasilan akan mungkin dihadapi seseorang dalam kehidupannya yang mana hal ini tentu saja akan membuat mereka merasa kecewa. Namun bukan berarti, setelah kegagalan tersebut mereka harus larut dalam keterpurukan dan sulit bagi mereka untuk bangkit kembali. Ketika anak gagal melakukan sesuatu, hibur dirinya dan mintalah ia untuk bangkit kembali karena pertarungan yang lain masih menanti mereka untuk segera dikalahkan. Yakinkan mereka bahwa mereka bisa menghadapinya dan bisa mengatasinya.

Demikian beberapa hal penting yang bisa dilakukan orangtua dalam mengasah kecerdasan mental dalam diri anak-anak. Semoga tips ini bisa bermanfaat untuk ibu dalam mendidik anak-


anaknya.berbagai sumber

Kamis, 17 Desember 2015

Penting, Ajari Anak Kemampuan Berkomunikasi

Foto:Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Harris Iskandar mengajak para guru, orang tua dan masyarakat melatih kemampuan komunikasi anak sejak dini (foto: Yohan Rubiyantoro)


Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat Harris Iskandar mengajak para orangtua dan guru untuk mengajarkan kemampuan berkomunikasi kepada anak-anak. Hal ini perlu dilakukan sejak dini untuk melejitkan potensi putra-putri mereka .

Kemampuan berkomunikasi menjadi semakin penting di tengah situasi ekonomi global. Dunia kerja dan dunia industri saat ini membutuhkan orang-orang yang piawai berkomunikasi. “Indonesia butuh insan yang tidak hanya cerdas berkarakter, tetapi punya kemampuan komunikasi yang andal, terutama komunikasi dalam bahasa internasional,”  ujar Harris saat memberikan pidato pada kegiatan Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga bagi para kepala sekolah di Provinsi DKI Jakarta, Rabu (2/12).

Harris, yang pernah menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Amerika Serikat menuturkan, anak-anak di negeri Paman Sam tersebut diajari berkomunikasi dan berpikir kritis sejak kecil. “Namun para guru kita seringkali menilai anak yang pendiam adalah anak yang baik. Padahal anak yang aktif, dan berkomunikasi secara kritis lah yang perlu kita ciptakan,”.

Kemampuan anak untuk berkomunikasi dapat dilatih dengan membiasakan putra-putri kita untuk mengungkapkan hal-hal yang mereka pikirkan dan rasakan. Sejak kecil, ajarilah anak-anak berani bertutur.

Kemampuan komunikasi juga erat kaitannya dengan penguasaan bahasa internasional, salah satunya bahasa Inggris. Banyak yang pandai berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, namun kurang mampu berbicara dalam bahasa Inggris. Oleh sebab itu, kita bersama perlu meningkatkan kemampuan berbahasa internasional.

Selain kemampuan berkomunikasi, Harris juga mengajak guru, orangtua, dan masyarakat untuk membangun kemampuan anak-anak dalam berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, dan berkarakter. Serangkaian keahlian inilah yang  mereka butuhkan dalam dunia kerja dan dunia industri saat ini.



sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7639.html

Dampak Pengasuhan yang Overprotective pada Anak

Jakarta Semua mahluk hidup termasuk manusia memiliki dorongan untuk melindungi diri dan anak-anaknya saat menjumpai adanya bahaya. Dorongan ini merupakan dorongan dasar yang berkaitan dengan mempertahankan dan melestarikan generasinya seperti yang menjadi salah satu konsep dasar dari para ahli evolusi. Karena dorongan dasar ini, sangat wajar jika bagi orangtua melindungi anak merupakan salah satu fokus utama dalam hidupnya. Para orangtua akan memiliki kepekaan untuk melihat berbagai bahaya yang berpotensi mengancam anak dan kemudian akan segera mengambil langkah-langkah yang bertujuan menjauhkan anak dari bahaya yang datang.

Meskipun merupakan dorongan dasar dan dibutuhkan untuk melestarikan generasinya, ada pola perilaku melindungi yang justru dapat berpotensi melindungi anak. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku melindungi yang berlebihan atau sering disebut sebagai perilaku overprotective. Perilaku overprotective orangtua terhadap anak sendiri secara umum diartikan sebagai upaya yang berlebihan dari orangtua yang bertujuan melindungi anak dari potensi bahaya meskipun bahaya yang datang tidak terlalu mengancam dan bahkan dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan diri lewat eksplorasi lingkungan sekitarnya. Bentuk dari perilaku overprotective misalnya adalah selalu melarang anak pergi ke suatu lingkungan misalnya lingkungan di luar rumah karena takut anak akan mengalami kecelakaan atau merasa tempat-tempat tersebut kotor dan berkuman, memberikan pakaian dan alat-alat perlindungan yang berlebihan pada anak saat bermain, dan sebagainya

Jika perilaku overprotective ini dilakukan secara terus menerus dalam pengasuhan anak, ada beberapa dampak negatif yang dapat muncul pada anak. Anak yang diasuh dengan pengasuhan overprotective dapat tumbuh menjadi anak yang memiliki kepribadian yang “rapuh” (“A Nation of Wimps,” n.d.). Anak-anak yang berkepribadian seperti ini akan memiliki daya tahan yang lemah dan akan sering mengalami situasi sulit bangkit kembali sesudah mengalami kegagalan dalam kehidupannya.

Penyebab rapuhnya kepribadian anak-anak yang dibesarkan dengan pengasuhan overprotective adalah tidak adanya kesempatan bagi mereka untuk belajar. Sangat mungkin sebenarnya anak-anak tersebut memiliki potensi daya tahan dan daya juang yang cukup baik. Akan tetapi, dengan selalu adanya system perlindungan yang sangat ketat dan berlebihan dari orangtua mereka, anak-anak tersebut tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk mencoba mengembangkan daya tahan dan daya juang yang dimiliki.

Mereka tidak diberi waktu untuk belajar mengenali bahaya di sekitarnya sehingga tidak memiliki kemampuan mengantisipasi bahaya yang datang dalam hidupnya. Saat mereka jatuh atau mengalami situasi sulit pun, orangtua dengan cepat membantu mereka untuk bangun dan terlepas dari situasi sulit tersebut tanpa memberi kesempatan pada anak untuk belajar sendiri mengatasinya. Akibatnya anak tidak memiliki pengalaman untuk bangun dan melepaskan diri dari kesulitan yang menjerat kehidupan mereka.

Jumat, 11 Desember 2015

Wajib Di Ketahui Bahaya Bila Ortu Abaikan Anak

Jakarta Mengasuh dan membesarkan anak merupakan dorongan yang bersifat universal. Setiap mahluk yang memiliki anak umumnya memiliki dorongan ini tak terkecuali manusia. Bagi manusia yang memiliki anak, selain untuk memenuhi kesejahteraan fisik anak, pertumbuhan dan perkembangan pada aspek lain antara lain aspek emosi, kecerdasan, dan karakternya merupakan. Aspek-aspek ini menjadi tampak menonjol dimiliki oleh manusia sehingga dalam banyak hal akan membedakan eksistensi manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Semakin lama, mengasuh dan membesarkan anak tampaknya semakin mendapatkan banyak tantangan dari zaman yang terus berkembang. Salah satunya mengenai waktu dan perhatian yang diberikan oleh orangtua terhadap anak-anaknya. Dibandingkan para orangtua di masa lampau, para orangtua di masa kini secara umum tampaknya relatif semakin sedikit mengalokasikan waktu bagi anak-anak mereka. Dalam banyak kasus bahkan telah terjadi pengabaian oleh orangtua terhadap anak-anak yang pengasuhannya semestinya berada dalam tanggung jawab mereka. Bagi yang memiliki kecukupan materi, kompensasi yang kemudian dilakukan bagi semakin berkurangnya waktu dan perhatian untuk anak-anak mereka ini adalah pemberian materi yang kadang-kadang berlebihan sifatnya. Kompensasi dalam bentuk materi yang berlebihan pada anak tanpa kehadiran orangtua untuk menemani dan membimbing justru dapat berdampak negatif *

Jangan Rampas Hak Bermain Anak dengan Pekerjaan

Jakarta Segala hal akan menjadi baik jika dilakukan pada waktunya. Kehidupan manusia pun akan menjadi lebih baik jika semua orang melakukan apa yang menjadi tugasnya dan bergerak pada apa yang menjadi tujuan yang semestinya. Hal ini berlaku untuk semua individu dari segala usia termasuk dalam hal bermain dan bekerja. Individu yang tidak melakukan apa yang menjadi tugasnya tidak hanya akan dilihat aneh secara sosial namun juga mengalami dampak kurang baik bagi perkembangan psikologisnya.

Bekerja adalah tugas individu yang berusia dewasa. Dengan bekerja, selain merupakan perwujudan tanggung jawab untuk kehidupan diri dan juga kehidupan keluarga, individu akan belajar dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Lewat bekerja, individu yang berusia dewasa akan belajar berbagai aspek kehidupan yang penting untuk dirinya. Misalnya belajar kognitif, ketrampilan, mengaplikasikan kemampuan diri, membuat sebuah alur dan struktur, bekerja dalam tim, kepemimpinan, ketekunan, dan banyak lagi yang lain. Jadi bekerja bukan hanya sekedar mencari penghasilan saja. Meskipun telah memiliki jaminan penghasilan, Jika individu dewasa tidak bekerja, akan dapat muncul berbagai dampak negatif dalam perkembangannya. Hal ini terjadi karena minimnya kesempatan individu tersebut mengoptimalkan berbagai aspek yang hanya mungkin dia kembangkan lewat bekerja.


sumber:http://health.liputan6.com/read/2247825/jangan-rampas-hak-bermain-anak-dengan-pekerjaan

Rabu, 09 Desember 2015

Zaman Sudah Berubah Orangtua Masa Kini Harus Lebih Pintar

akarta Orangtua harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang pengasuhan dan pendidikan anak. "Zaman kian kompleks, orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk menghantarkan anak-anaknya dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan dan wajib memiliki pengetahuan pengasuhan dan pendidikan anak," ujar Psikolog Wiwiek Idaryati pada Pelatihan Bina Keluarga Balita di Bandung, ditulis Jumat (7/8/2015).

Menurut Wiwiek, lingkungan keluarga dan pola asuh orangtua memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak dan balita. Ia mengatakan ada tiga hal esensial yang perlu dipertimbangkan orangtua dalam mengembangkan pola asuh anak, yakni bagaimana orangtua memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anak, bagaimana orangtua memahami kondisi anak baik secara fisik maupun psikologis, dan bagaimana orangtua membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

"Bila tidak dibina secara maksimal, anak akan berkembang secara alamiah dengan meraba-raba nilai dari lingkungan sekitarnya," katanya. Dengan cara seperti itu, kata dia tidak dapat menentukan apakah anak akan menjadi baik atau buruk. Untuk itu, orangtua perlu memiliki wawasan bagaimana cara ideal mengasuh anak.

Pentingnya pengetahuan orangtua dalam menyiapkan generasi mendatang, kata dia juga telah disadari oleh pemerintah. Gagasan program Bina Keluarga Balita (BKB) yang tercetus sejak tahun 1980-an hadir melalui naungan lembaga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Fokusnya adalah membina para orangtua yang memiliki balita dan anak usia satu hingga lima tahun, terutama dari kalangan pra-sejahtera agar memiliki kecakapan dalam mengasuh dan membimbing anak.

"Sejak tahun 2012, BKB diprogram hadir terintegrasi dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Posyandu. Namun, keterbatasan sokongan dana dari APBN serta minimnya infrastruktur menjadikan program ini tidak berjalan efektif," kata staff Widyaiswara BKKBN Jawa Barat Aldina Kusumawardhani. Ia menyebutkan, di Jawa Barat keterbatasan dana ini mengakibatkan sulitnya membentuk tim kader yang solid dan kesulitan dalam mengelola program kerja sehari-hari.

"Padahal program ini sangat bermanfaat untuk masyarakat. Mengalokasikan dana untuk pendidikan anak dan menghasilkan orangtua hebat serta berpengetahuan sama dengan investasi bangsa jangka panjang dan diharapkan program ini tidak lagi dipandang sebelah mata," kata Aldina menambahkan.





sumber:http://health.liputan6.com/read/2288395/zaman-sudah-berubah-orangtua-masa-kini-harus-lebih-pintar

Pentingnya Pendidikan Non Formal Untuk Menunjang Kreativitas Anak

Jakarta Masa depan anak menjadi hal terpenting bagi orang tua. Ketika kelak anak bisa sukses di karirnya, orang tua adalah sosok pertama yang paling bahagia. Untuk itu, berbagai persiapan pun dilakukan agar kelak anak bisa mendapatkan masa depan yang cerah.

Sejak dini, orang tua sudah pasti menyiapkan sekolah terbaik untuk bekal akademi anak. Sedangkan untuk ketangkasan dan keterampilan, orang tua juga memberikan pendidikan non formal yang terbaik. Karena kelak, orang tua ingin agar anak memiliki akademik sekaligus kreativitas yang bisa membimbingnya di dunia kerja.

Pendidikan non formal dapat disalurkan lewat lembaga pelatihan, sanggar, ataupun lembaga kursus, untuk memberikan keseimbangan otak kanan dan otak kiri yang dimiliki anak. Selain itu, pendidikan non formal juga memberikan pelatihan keterampilan yang sesuai minat anak. Jadi anak pun bisa mendapatkan pengalaman kreativitas sesuai dengan hobi yang disukai.

Mengikuti pendidikan non formal akan melatih keberanian dan kecakapan anak untuk berbicara di depan umum, karena sejak dini anak sudah dilatih untuk memperlihatkan bakat yang dipunyai. Selain itu, anak pun bisa mengembangkan daya konsentrasinya ketika sedang memperdalam bakat yang ia miliki.

Berbagai manfaat lain juga dapat diserap oleh anak ketika mengikuti pendidikan non formal, seperti mendapat teman-teman baru, melatih kemampuan untuk membagi waktu dan kemampuan, serta dapat melatih kemampuan bekerja sama. Masih banyak lagi manfaat yang bisa diserap oleh anak ketika mengikuti pendidikan non formal, sehingga persiapan yang maksimal dari orang tua juga dibutuhkan.

Awalnya, penting sekali untuk menyiapkan dana pendidikan non formal, karena perlu biaya khusus yang dialokasikan agar anak bisa ikut pelatihan, seperti les musik, olahraga, ataupun melukis dan menari. Setelah menghitung dana yang dibutuhkan, Anda juga perlu untuk memilih layanan asuransi yang bisa memastikan buah hati Anda mendapatkan pendidikan terbaik di masa depan, seperti PRUlink edu protection.

PRUlink edu protection menghadirkan potensi hasil investasi jangka panjang yang tentunya bisa dimanfaatkan untuk biaya pendidikan tinggi anak di masa depan. Nantinya, manfaat bulanan tersebut tak hanya dapat digunakan untuk pembiayaan rutin penunjang pendidikan formal, namun juga non formal, seperti les bahasa, olahraga, dan aktivitas lainnya yang berpotensi membantu anak-anak dalam mempersiapkan masa depan mereka. Sebagai asuransi jiwa terkait investasi (unit link),

Berikut adalah 5 keistimewaan PRUlink edu protection:

Melindungi anak sebagai tertanggung utama dan orang tua sebagai tertanggung tambahan dalam satu polis.

Memberikan Manfaat Bulanan berupa dana tunai sampai anak berusia 18 atau 25 tahun. Manfaat ini akan diperoleh apabila terjadi risiko terhadap diri orang tua. Manfaat bulanan tersebut merupakan keunikan solusi asuransi PRUlink edu protection yang dapat digunakan untuk membantu membiayai pengeluaran rutin penunjang pendidikan formal, seperti biaya ekstrakurikuler, kursus, dan lain sebagainya.

Setiap 3 (tiga) tahun sekali Manfaat Bulanan tersebut akan naik sebesar 15% dari nilai Manfaat Bulanan awal.

Prudential akan melanjutkan pembayaran premi polis anak sampai dengan anak berusia 18 atau 25 tahun (diberikan apabila terjadi risiko terhadap diri orang tua). Dengan demikian, maka dana investasi akan tetap berpotensi untuk berkembang sesuai dengan jenis investasi yang dipilih.

Memberikan kemudahan untuk memperoleh perlindungan yang sama bagi anak kedua (sesuai ketentuan yang berlaku di Prudential Indonesia).
Kesuksesan sang buah hati di masa depan bukanlah pilihan, untuk itu hanya pilih layanan yang mampu memberikan jaminan pendidikan di masa depan dimulai dari saat ini.






sumber:http://health.liputan6.com/read/2374191/pentingnya-pendidikan-non-formal-untuk-menunjang-kreativitas-anak


5 Tips Mudah agar Hidup Lebih Sehat

Jakarta Kebanyakan manusia sibuk melakukan seribu cara untuk mendapatkan hidup yang sehat. Namun kita sering lupa akan hal-hal sederhana yang dapat membuat hidup jauh lebih sehat.

Berikut cara sederhana yang dapat Anda gunakan setiap saat secara cuma-cuma untuk meningkatkan kesehatan, dikutip dari laman Times of India, Kamis (10/12/2015).

1. Tersenyum

Salah satu cara termudah dan efektif untuk mendapatkan hal yang positif adalah dengfan tersenyum, hal ini dapat mengubah sejumlah partikel pada organ tubuh kita menjadi tersenyum.

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya manfaat yang besar dari tersenyum dan tertawa. Membiasakan tersenyum akan membuat program otak dan tubuh Anda merasa sehat.


Secara ilmiah oksigen adalah hal yang terpenting untuk kesehatan manusia dibandingkan makan dan minum. Manusia masih dapat bertahan hidup selama beberapa waktu tanpa makan dan minum, namun hanya dapat bertahan selama beberapa menit tanpa oksigen. Meski begitu, masih banyak orang yang tidak pernah bernapas secara dalam sehingga ekstremitas paru-paru manusia tidak terpakai.

Penelitian menunjukkan bahwa pernapasan secara dangkal menyebabkan kerugian pada kesehatan, karena kantung udara yang seharusnya dipakai mengalami penurunan oksigen karena tidak digunakan secara maksimal. Perlu lah Anda membiasakan diri untuk menghirup udara secara perlahan dan mendalam, karena hal ini penting bagi kesehatan dan Anda dapat memahami seberapa besar kekuatan pada pernapasan maupun
paru-paru Anda.
3. Berdiri dengan tegak

Semua orang pasti sudah mengetahui khasiat dari membiasakan badan berdiri dengan tegak atau tegap. Berdiri atau duduk tegak tidak hanya bermanfaat bagi fisik (postur tubuh), namun hal ini dapat meningkatkan mood dan energi.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa duduk atau berdiri dengan tegak benar-benar dapat mengubah kimia dalam tubuh Anda. Ketika berdiri tegak, Anda menurunkan kortisol (hal yang membuat stres dan gugup), dan meningkatkan testosteron (membuat perasaan kuat dan percaya diri). Dengan mengubah postur tubuh Anda secara signifikan akan mengubah kesehatan plus mengubah suasana hati Anda.

4. Hindari pikiran negatif atau stres

Kondisi stres adalah penyebab besar dari segala penyakit karena dapat memberikan rasa ketidaknyamanan yang luar biasa. Efek negatif ini memang sebuah reaksi alami dan insting buruk setiap manusia, namun konsisten menyimpan rasa ini menyebabkan dampak negatif berkepanjangan.

Cara mudah untuk menghilangkan rasa stres bisa dilakukan dengan cara mengambil napas dalam-dalam yang memberikan efek dari kepala hingga ujung kaki hingga merasa rileks. Ini bisa Anda lakukan berkali-kali atau bahkan biasakan melakukan hal ini setiap hari untuk kesehatan yang lebih baik.

5. Berpikir positif

Pikiran dan emosi menjadi sumber dasar kehidupan setiap manusia. Pikiran positif sangat membantu kenyamanan hidup dan memberikan efek sehat jasmani maupun rohani.




Senin, 07 Desember 2015

Tugas dan Tanggung Jawab Guru Amat Besar

“Tugas dan tanggung jawab Ibu dan Bapak Guru amat besar, namun izinkan saya menyampaikan bahwa tanggung jawab besar ini janganlah dipandang sebagai beban tapi sebagai kehormatan,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies R Baswedan dihadapan peserta Upacara Peringatan Hari Guru Tahun 2015.belum lama ini.

Menurut Mendikbud Ibu dan Bapak Guru mendapat kehormatan untuk menumbuhkan generasi baru yang tercerdaskan, karena itulah Guru berada di garda terdepan mewakili seluruh bangsa dalam menjalankan amanah itu. Tiap tutur, tiap langkah dan tiap karya Ibu dan Bapak Guru adalah ikhtiar untuk mencerdaskan bangsa.

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama dan merekapun mempercayakan pada Ibu dan Bapak Ibu Guru untuk turut mendidik anak-anaknya, mari kita ingat pula mereka bukan sekedar anak-anak namun mereka adalah wajah masa depan bangsa ini. Ibu dan Bapak Gurulah orang pertama yang berkesempatan melihat dari dekat wajah masa depan negeri ini, ujar Mendikbud.

Anies mengajak para guru meneguhkan ikhtiar bersama untuk terus belajar dan mengembangkan diri, karena belajar dan mengembangkan diri bukanlah untuk Pemerintah, Kepala Sekolah dan bukan untuk Kantor Dinas, tapi memang sejatinya setiap pendidik adalah pembelajar.

Mendikbud menyampaikan pada setiap kata yang kami tuliskan, ada pahala Guru. Pada setiap karya yang kami lakukan ada sidik jari jasa Guru, apresiasi kami bagi seluruh Guru, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan atas semua inspirasi dan karya yang dipancarkan di ruang-ruang pembelajaran.

Menutup sambutannya, Anies menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sedalamnya atas nama Pemerintah kepada Guru dan Tenaga Kependidikan, selamat Hari Guru dan selamat berkarya.


(M.Husnul Farizi, Pri/KS)

Jumat, 04 Desember 2015

Mendikbud : "Sebagian Tantangan Tidak Hanya Bisa diselesaikan oleh Pendidikan Formal Saja"

Di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kita menyadari bahwa sebagian dari tantangan itu tidak hanya bisa diselesaikan oleh pendidikan formal saja,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies R Baswedan terkait langkah Kemendikbud menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), saat memberikan arahan pada acara "Gerakan Indonesia Kompeten" sekaligus membuka secara resmi kegiatan "Seminar Nasional, Pameran Kursus dan Pelatihan Tahun 2015.

Menurut Mendikbud, pendidikan formal itu membutuhkan waktu yang panjang serta memerlukan proses yang tidak singkat. Tetapi kebutuhan yang kita hadapi dilapangan ternyata membutuhkan solusi yang cepat, oleh karena itu kegiatan-kegiatan kursus-kursus itu menjadi sesuatu yang menarik untuk kita dorong perkembangannya.
"Saat saya dikabari untuk menghadiri kegiatan di Bandung ini, Saya sangat antusiasnya untuk hadir karena memang sangat penting" ujar Mendikbud mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.
Mendikbud menambahkan bahwa sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk membalikkan persepsi yang sering kali muncul di masyarakat kita, yaitu mengejar status yang muncul dari cerminan lembar Ijazah. Seakan-akan ijazah merupakan jawaban semua solusi, orang-orang sukses bukan hanya dinilai dengan ijazahnya tetapi juga karena kompetensi dan kinerjanya.
Ini era baru, diperlukan kompetensi dan kinerjanya bukan sertifikatnya saja, meskipun nanti didunia internasional dibutuhkan sertifikat. Kalau tidak mempunyai sertifikat seringkali tidak mendapatkan ijin untuk menjadi operator-operator berbagai macam aktivitas produksi, tetapi yang penting kita dorong disini adalah mengenai kesadaran kompetensi dan kinerja, ujar Mendikbud menambahkan.
Pada acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Ditjen PAUD dan Dikmas pada tanggal 19-21 November 2015, Mendikbud juga menyerahkan penghargaan kepada pengabdi kursus dan pelatihan, apresiasi Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) berprestasi dan apresiasi peserta didik kursus.
Mendikbud juga menyaksikan penandatanganan Memorandum of Undersatnding (MoU) antara Lembaga Kursus & Pelatihan (LKP), dengan delapan lembaga/ perusahaan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) sekaligus mengunjungi stand Pameran Kursus dan Pelatihan 2015. Pada kesempatan ini Harris Iskandar selaku Ditjen PAUD dan Dikmas beserta beserta jajaranya mendampingi rangkaian kegiatan yang diikuti oleh Mendikbu.

oleh:(M.Husnul Farizi, Pri/KS)

http://www.paudni.kemdiknas.go.id/berita/7509.html

Mendikbud:Kita Tunjukan Pada Semua Bahwa Gurupun Belajar

Kita tunjukkan pada semua bahwa Gurupun belajar, dan sambil Guru belajar menghasilkan karya dan dari karya-karya itu muncullah inovasi-inovasi yang mencerahkan bagi anak didik kita semua,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies R Baswedan saat membuka simposium Guru dan Tenaga Kependidikan. belum lama ini.

Menurut Mendikbud, tradisi yang dibangun kita merayakan Hari Guru bukan semata-mata untuk berupacara Hari Guru, tetapi untuk mengingatkan kepada diri kita sendiri bahwa amanat yang dititipkan pada kita adalah amanat mulya. Karena itulah amanat ini diterjemahkan dalam bentuk karya dan simposium Guru ini bertujuan untuk menunjukkan kepada semua di Indonesia, masih banyak Guru yang berkarya dan yang hadir di tempat ini bukan semata-mata karena latar belakangnya.

Tetapi yang hadir karena karyanya memberikan terobosan bagi Indonesia, ujar Mendikbud menambahkan. Oleh sebab itu Anies menggaris bawahi, bahwa simposium ini adalah kesempatan untuk kita semua sebagai sesama pendidik untuk saling belajar.

Berbagi dan menyerap bertukar pikiran, menunjukkan praktek-praktek yang selama ini dilakukan dikelas-kelas dan disekolah sekolah kita. Karena itu Mendikbud menegaskan, kami semua berkomitmen bahwa simposium guru ini bukan simposium yang terakhir.

Ini adalah yang pertama dan kita akan melakukan terus dan berharap bahwa simposium seperti ini akan bisa dilakukan dibanyak tempat, kita ingin mengirimkan sebuah pesan bahwa dengan simposium ini guru-guru di Indonesia lokasinya boleh dimana saja. Tetapi inspirasi yang dihasilkan lewat karya-karyanya bisa menyebar ke seluruh negeri, ujar Anies.


Kamis, 03 Desember 2015

Mentri Anis:penggunaan Bahasa Indonesia Adalah Kunci

penutur asing, karena menurut Anies dalam diplomasi 

budaya penggunaan bahasa Indonesia adalah kunci, ada lebih kurang 719 bahasa daerah yang ada di Indonesia diantaranya terdiri dari 400 lebih bahasa di papua, 200 bahasa lebih di Maluku, dan lebih dari 100 bahasa di Sulawesi.
Keberagaman itu disatukan oleh Bahasa Indonesia sebagai sarana komunkasi nasional, menurut Mendikbud Bahasa Indonesia berperan sebagai titik kulminasi bahasa dan budaya Nusantara, karena telah terbukti mampu menjadi alat pemersatu berbagai macam latar belakang budaya bangsa di Indonesia.
Kedatangan Mendikbud di Canberra merupakan rangkaian dari kunjungan kerjanya selama dua hari di Australia, dalam kunjungannya mendikbud dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan Menteri Pariwisata Richard Colbeck, untuk mendiskusikan beberapa hal terkait isu pendidikan dan kebudayaan. Oleh:(M.Husnul Farizi

Sabtu, 28 November 2015

HUT PGRI DAN HARI GURU UPTD KEC,PEDURUNGAN GELAR JALAN SEHAT

Semarang -dalam rangka hari Guru dan HUT PGRI KE 70 ratusan Guru mengikuti acara jalan sehat pada minggu (29/11/15) bertempat di UPTD Pedurungan .

acara terebut  di ikuti  dari Guru TK,SD,SMP,SMA,SMK, Dan juga pengawas se kecamatan Pedurungan

Minggu, 22 November 2015

Ini, Cara Tepat Rencanakan Masa Depan Si Buah Hati

Jakarta Setiap orangtua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk masa depan sang buah hati, tak terkecuali dalam hal pendidikan. Bakat yang dimiliki si kecil sejak dini harus disadari agar bisa dimaksimalkan dengan memilih arah pendidikan yang tepat. Oleh karena itu dana pendidikan menjadi begitu penting untuk dipersiapkan.

Faktanya, di Indonesia kenaikan biaya pendidikan diperkirakan meningkat lebih dari 10 persen tiap tahunnya, angka tersebut jauh lebih besar dari inflasi bahkan mungkin dari kenaikan gaji. Anda mungkin bertanya-tanya cara apa saja yang bisa dilakukan agar dana tersebut bisa terkumpul? Berikut ini beberapa tips untuk merencanakan dana pendidikan anak.

Rencanakan tingkat pendidikan anak Anda dan gali informasi sedini mungkin

Anda harus memiliki gambaran dimana akan menyekolahkan si kecil, apakah di sekolah negeri, swasta, atau diluar negeri. Sesuaikan pula jenis pendidikan sesuai minat dan bakat anak Anda, jangan sampai hanya berdasarkan keinginan Anda semata. Mulailah mencari kualifikasi pendidikan sejak jauh-jauh hari, setelah ada gambaran,tetapkan target biaya pendidikan, dengan begitu Anda bisa menghitung jumlah investasi yang perlu dilakukan untuk mencapai target tersebut.


Mulailah menabung dan berinvestasi sejak dini

Semakin dini Anda mempersiapkan pendidikan anak, maka semakin banyak pula waktu yang Anda miliki untuk mengumpulkan jumlah dana yang dibutuhkan. Hitung semua biaya yang diperlukan, selain biaya kuliah dan buku, perhitungkan juga biaya- biaya lain yang diperlukan selama sekolah.

Pertimbangkan Perlunya Asuransi Jiwa

Anda harus mulai memikirkan rencana pendidikan anak untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Coba bayangkan apa yang akan terjadi kalau Anda dan pasangan tiba-tiba tak mampu lagi membiayai keluarga, misalnya jatuh sakit atau meninggal dunia? Ini saatnya Anda mempertimbangkan asuransi jiwa terkait investasi yang memberikan proteksi serta potensi hasil investasi jangka panjang agar kelak dapat dimanfaatkan untuk biaya pendidikan tinggi anak di masa depan.

Seperti halnya PRUlink edu protection, produk asuransi jiwa terkait investasi dari Prudential Indonesia ini tidak hanya menawarkan potensi hasil investasi jangka panjang, tapi juga memberikan manfaat dana tunai bulanan yang akan diberikan hingga anak berusia 18 atau 25 tahun bila terjadi risiko terhadap orangtua seperti meninggal dunia, mengalami kondisi kritis atau menderita cacat tetap dan total. Dana tunai bulanan ini akan naik sebesar 15% setiap 3 tahun dari nilai manfaat awal untuk mengimbangi inflasi.

Manfaat dana tunai bulanan tersebut dapat digunakan untuk biaya non-formal, seperti pembiayaan les bahasa, bimbingan belajar, olahraga, dan aktivitas lainnya yang berpotensi membantu anak-anak dalam mempersiapkan masa depan mereka.

Tidak hanya itu, pembayaran premi akan diteruskan dan dibayarkan oleh Prudential apabila terjadi risiko meninggal dunia, atau mengalami kondisi kritis, atau menderita cacat total dan tetap terhadap diri orang tua.

Prudential Indonesia juga memberikan kemudahan pengajuan asuransi jiwa untuk anak kedua, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. PRUlink edu protection melindungi anak sebagai tertanggung utama dan orang tua sebagai tertanggung tambahan dalam satu polis.

Saatnya Anda menentukan perencanaan apa yang hendak Anda pilih untuk masa depan sang buah hati. Pilihan ada di tangan Anda, pastikan masa depan mereka hanya kepada layanan yang berpengalaman dan tepercaya.

sumber:http://health.liputan6.com/read/2367330/ini-dia-cara-tepat-rencanakan-masa-depan-si-buah-hati

Sukses Anak di Masa Depan Bukan Pilihan!

Jakarta Sebuah anggapan mengatakan bahwa masa depan seseorang ditentukan oleh diri sendiri, terdengar positif, tapi tak sepenuhnya tepat. Selain ditentukan oleh diri sendiri, faktor dari luar juga berperan penting dalam menentukan kelangsungan individu di masa depan, salah satunya adalah faktor pendidikan.

Soal pendidikan selalu erat kaitannya mengenai bagaimana peranan orangtua dalam menghadirkan kepastian pendidikan sang buah hati di masa depan. Ya, sebagai orangtua sudah barang tentu kita ingin selalu memberikan yang terbaik bagi sang buah hati, terutama dalam hal pendidikan. Segala cara pun ditempuh untuk merencanakan pendidikan, mulai dari menyiapkan tabungan pendidikan hingga memanfaatkan asuransi untuk jaminan pendidikan anak.

Berdasarkan survei*, 100 persen orangtua telah mengerti dan menyadari bahwa asuransi jiwa ialah salah satu alternatif cara menyiapkan dana pendidikan anak. Namun, faktanya hanya 5 persen saja orangtua yang melakukan langkah nyata memiliki asuransi dengan tujuan dana pendidikan anak.

Alasan mereka belum menggunakan pun beragam, selain minimnya pemahaman mengenai asuransi, juga disebabkan banyak stigma berkembang di masyarakat mengenai layanan asuransi, seperti premi asuransi yang masih dianggap mahal, proses klaim yang rumit, serta keyakinan bahwa tingkat pengembalian investasi yang rendah.

Padahal faktanya di setiap layanan asuransi memiliki keunggulan serta keunikan masing-masing, seperti halnya PRUlink edu protection. Produk asuransi besutan Prudential Indonesia tersebut memiliki keunggulan inovasi berupa manfaat bulanan, dimana dana tunai nantinya dapat digunakan hingga anak berusia 18 atau 25 tahun apabila terjadi risiko terhadap diri orangtua.

Tak hanya itu, premi anak yang diteruskan pun akan dibayarkan oleh Prudential, dengan catatan apabila terjadi risiko meninggal dunia, atau mengalami kondisi kritis, atau menderita cacat total dan tetap terhadap diri orang tua.

Nantinya, manfaat bulanan tersebut tak hanya dapat digunakan untuk pembiayaan rutin penunjang pendidikan formal, namun juga non-formal, seperti les bahasa, olahraga, dan aktivitas lainnya yang berpotensi membantu anak-anak dalam mempersiapkan masa depan mereka. Sebagai asuransi jiwa terkait investasi (unit link), PRUlink edu protection juga menawarkan potensi hasil investasi jangka panjang yang tentunya bisa dimanfaatkan untuk biaya pendidikan tinggi anak di masa depan.

Berikut adalah 5 keistimewaan PRUlink edu protection:

Melindungi anak sebagai tertanggung utama dan orang tua sebagai tertanggung tambahan dalam satu polis.
Memberikan Manfaat Bulanan berupa dana tunai sampai anak berusia 18 atau 25 tahun. Manfaat ini akan diperoleh apabila terjadi risiko terhadap diri orang tua. Manfaat bulanan tersebut merupakan keunikan solusi asuransi PRUlink edu protection yang dapat digunakan untuk membantu membiayai pengeluaran rutin penunjang pendidikan formal, seperti biaya ekstrakurikuler, kursus, dan lain sebagainya.
Setiap 3 (tiga) tahun sekali Manfaat Bulanan tersebut akan naik sebesar 15% dari nilai Manfaat Bulanan awal.

Prudential akan melanjutkan pembayaran premi polis anak sampai dengan anak berusia 18 atau 25 tahun (diberikan apabila terjadi risiko terhadap diri orang tua). Dengan demikian, maka dana investasi akan tetap berpotensi untuk berkembang sesuai dengan jenis investasi yang dipilih.

Memberikan kemudahan untuk memperoleh perlindungan yang sama bagi anak kedua (sesuai ketentuan yang berlaku di Prudential Indonesia).
Kesuksesan sang buah hati di masa depan bukanlah pilihan, untuk itu hanya pilih layanan yang mampu memberikan jaminan pendidikan di masa depan dimulai dari saat ini.



sumber:http://health.liputan6.com/read/2369306/sukses-anak-di-masa-depan-bukan-pilihan

Mendikbud Lantik Pejabat Eselon III dan IV Ditjen PAUD dan Dikmassumber:

Jakarta, PAUD dan Dikmas. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies R Baswedan, melantik dua pejabat Eselon III dan lima pejabat Eselon IV Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas), bersama 50 pejabat lainnya di lingkungan Kementerian Pendidikan (Kemendikbud). Selasa (17/11)

Pejabat-pejabat tersebut antara lain: Samto yang sebelumnya menjadi Kepala Balai Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas), menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pendidikan Keasaraan dan Budaya Baca Direktorat Pembinaan Pendidikan Kesetaraan dan Keaksaraan.

Cecep Suryana yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Sekertariat Ditjen PAUD dan Dikmas, menjadi Kasubdit Kelembagaan dan kemitraan Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.

Eru Achmad Sutanan yang sebelumnya bertugas di Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, kini menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Bagian Perencanaan dan Penganggaran menggantikan Cecep Suryana. Sugiyanto yang sebelumnya bertugas di Setditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, kini menjabat sebagai Kepala Seksi Pendampingan Pembelajaran Subdit Anak dan Remaja di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga.

Sementara itu, Aria Ahmad Mangun Wibawa yang sebelumnya bertugas di Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, kini menjabat sebagai Kepala Seksi Sumber Belajar Subdit Anak dan Remaja di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga.

Yohana Rumanda yang sebelumnya bertugas di Subdit Kurikulum Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dilantik menjadi Kepala Seksi Evaluasi Subdit Program dan Evaluasi di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.  Sementara itu Luluk Amnah Fitria tetap menjabat di posisi sebelumnya sebagai Kepala Seksi Sarana Subdit Sarana dan Prasarana Direktorat Pembinaan PAUD.


sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7489.html

Mengakar Rumputkan PAUD dan Dikmas

Kendari, PAUD dan Dikmas. “Melalui Saka Widya Budaya Bakti, kami berharap Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) lebih mengakar rumput di tengah-tengah masyarakat,” ujar Lili, Pamong Belajar di Balai Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Regional II Surabaya Ditjen PAUD & Dikmas yang juga merangkap sebagai Instruktur Saka Widya Budaya Bakti. Senin (16/11)
Hal tersebut disampaikan Lili saat mendampingi peserta Perkemahan Antar Satuan Karya (Peran Saka) Nasional 2015, saat mengunjungi satu satuan pendidikan non formal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan PAUD di Kota Kendari. Menurut Ridwan, Saka Widya Budaya Bakti khususnya Krida Pendidikan Masyarakat, Krida Pendidikan Kecakapan Hidup dan Krida PAUD bukan saja sebagai sarana mensosialisasi program Ditjen PAUD dan Dikmas tetapi sebagai wadah pendidikan dan pembinaan bagi khususnya bagi masyarakat yang tergabung dalam Pramuka Penegak dan Pembina, serta berperan menyalurkan minat, mengembangkan bakat, kemampuan, dan pengalaman dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang dapat menjadi bekal bagi kehidupan dan pengabdian diri pada masyarakat, bangsa dan negara.
Perkemahan Antar Satuan Karya Pramuka Tingkat Nasional (Peran Saka) tahun 2015 diselenggarakan pada tanggal 13 s.d 19 November 2015, bertempat di Bumi perkemahan Bahteramas, Nanga-Nanga, Kota Kendari. Acara perkemahan akbar ini diperkirakan diikuti oleh 3.325 orang yang terdiri dari 34 kwartir daerah, 70 pimpinan kontingen daerah, 110 pembina pendamping, 2.500 peserta, 154 peninjau, 500 Saka Kerja.


sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7479.html

Sabtu, 14 November 2015

Bila Anak Banyak Bertanya, Jangan Sekali-kali Mengacuhkan

akarta Dua sampai tujuh tahun merupakan usia emas (golden age) bagi seorang anak. Biasanya, orangtua mulai kewalahan menghadapi si buah hati yang berada pada masa-masa ini dengan semua pertanyaan yang dilontarkannya.

Bila dibanding ayah, ibulah yang kerap dijadikan 'sasaran tembak' anaknya. Namun, tidak semua ibu mampu menghadapinya dengan sabar.

"Cerewetnya seorang anak adalah paket lengkap. Jangan waktu belum dikasih rela menghabiskan banyak duit agar cepat dikasih anak, giliran anak lahir dengan sifatnya yang memang seperti ini si ibu malah nggak siap," kata Afin Yusro, SpSi, M. Kes. dalam seminar 'Memahami dan Merespons Informasi Anak Dalam Kasus Kekerasan Seksual' di Crowne Plaza Hotel, Semanggi, Jakarta .

Sebagai seorang ibu, lanjut Afin, hindarilah melontarkan jawaban yang memberi kesan memojokkan ketika anak mulai membombardir Anda dengan berjuta pertanyaan.

"Jangan pernah sekali pun menjawabnya dengan 'Masa begitu saja kamu nggak tahu/nggak bisa'. Usahakan ketika anak bertanya, meninggalkan kesan bahwa ibu mau berusaha untuknya," kata Afin menambahkan.

Apabila hal ini Anda lakukan, jangan salahkan si buah hati jika dia justru lebih percaya dan merasa nyaman menanyakan suatu hal ke orang lain. "Kalau sudah seperti ini, ibu seharusnya bertanya mengapa anak nggak mau lagi bertanya kepada Anda. Bukanlah merasa tenang, karena merasa tidak lagi direpotkan," kata Afin.

Ibu harus sadar, ketika anak mulai mencari jawaban atas rasa penasaran yang dimilikinya, anak turut mengajarkan Anda untuk mengembangkan pemikiran Anda sendiri. Secara tak langsung juga, Anda belajar menjawab pertanyaan dari anak yang mungkin Anda tidak mengetahui apa jawabannya.

"Misalnya dia bertanya dan Anda tidak mengetahui jawabannya, Anda akan mencari tahunya, 'kan? Dengan begitu, Anda pun ikutan belajar," kata Afin menekankan. (liputan6.com)

Bagaimana Melarang Anak Tanpa Menyakitinya

Jakarta - Orangtua memang diharuskan tegas agar si buah hati terhindar dari sejumlah tindakan yang justru merugikan diri sendiri dan orang banyak. Namun, yang kini terjadi adalah orangtua justru menghilangkan esensi dari tegas, mengganti denngan sikap keras. Tak mampu membendung amarah, sehingga mudah emosi dan tanpa sadar telah melakukan tindak kekerasan pada anak.

"Tegas yang benar adalah konsisten dan beri penjelasan yang sebenarnya. Bicarakan dengan kepala dingin dan baik-baik. Jika orangtua melakukan itu, anak mendengarkan dan akan menurutinya," kata Seto Mulyadi. "Bukan malah menggertak anak sambil berkata bahwa si anak bodoh, bloon, dan kalimat kasar lainnya. Itu keliru sama sekali," kata pencipta tokoh kartun Si Komo kepada Health Liputan6.com ditulis baru-barunini.

Dengan kata-kata yang jelas dan komunikatif, lanjut Kak Seto, anak akan mendapat gambaran bagaimana harus berbuat yang benar. "Misalnya si anak mau pegang setrum. Dia sebenarnya tidak tahu apa-apa, dan memegang itu karena rasa penasaran. Orangtua dapat mengatakan tidak atau jangan, lalu jelaskan kalau setrum itu berbahaya. Peragakan dengan gerakan yang sedikit menghibur si anak," kata Kak Seto menambahkan.

Pun ketika si anak teriak-teriak di tengah malam, orangtua jangan langsung memarahinya tapi katakan kalau teriaknya dilakukan ke esokan hari saja di tempat yang semestinya. "Intinya, sebuah larangan hanya mengganti ruang dan waktu saja. Kayak teriak-teriak itu. Bilang sama mereka, teriaknya besok saja saat di kebon atau kita ke pantai. Di sana, kamu bisa teriak yang keras. Kalau sekarang, orang-orang di sebelah akan terganggu," kata Kak Seto memberi contoh.

Menurut Kak Seto orangtua sering lupa, melarang dengan mengucapkan jangan tanpa alasan yang jelas dan tidak menggantinya telah mematikan kekreativitasan anaknya.

"Ya, mungkin saja dia teriak-teriak karena habis menonton film apa, lalu ingin menirunya. Atau teriak-teriaknya itu sambil menghapal sebuah dialog yang habis dibacanya," kata Kak Seto menerangkan.

Beritahu Anak Arti Kejujuran dan Kebohongan Sejak Dini

Jakarta Jangan salahkan anak bila dia sulit membedakan mana kejujuran dan kebohongan bila tidak pernah diberitahu orangtuanya. Ya, hal ini sepintas sepele namun berdampak besar bagi perkembangan mental anak hingga dewasa.

Seperti disampaikan pakar deteksi kebohongan, Handoko Gani, MBA, BAII, orangtua harus sering menekankan apa itu kejujuran dan kebohongan agar anak tahu kapan dia berbuat benar dan salah.

"Tanamkan perbandingan mana jujur dan bohong supaya anak tahu jujur itu penting. Bila dia cerita, beritahu kalau jujur itu hitam misalnya, atau hijau itu bohong," katanya di Festival Bohong 2015 di PPHUI, Umar Ismail, Kuningan, Jakarta, ditulis Rabu (11/11/2015).

Selain itu, biasakan juga mendengar anak bercerita. Kalau dia mengindikasikan suatu cerita yang aneh, tanya lebih dalam.

"Ingat, anak adalah peniru ulung. Jangan sampai dia menjadi pribadi yang suka berbohong hingga dewasa. Sebab bagaimanapun tidak ada kebohongan putih, sebab semuanya bisa merugikan orang lain," pungkasnya.

Sabtu, 07 November 2015

Anak Kecil Lebih Suka Belajar dari Orang yang Menyenangkan

Para peneliti dari Concordia University dan University of Ottawa menunjukkan bahwa anak kecil tak sebodoh yang kita kira. Kasus ini terutama berlaku bagi anak yang pandai membaca pikiran orang lain.

Para peneliti menunjukkan, bahwa anak kecil bisa sangat selektif dalam memilih hendak belajar dari siapa. Penulis senior Diane Poulin-Dubois mengatakan mereka sudah tahu bahwa beberapa anak prasekolah lebih sering belajar dari individu yang dirasa lebih meyakinkan ketimbang individu yang kurang akurat dan cuekm, dilansir dari laman Medindia,baru-baru ini .

Anak-anak juga tampak lebih memilih belajar dari individu yang lebih menyenangkan, percaya diri dan menarik dan sama sekali tak berkaitan dengan tingkat kecerdasan. Para peneliti berspekulasi bahwa kemampuan sosial-kognitif tertentu bisa menjelaskan perbedaan belajar ini, tambahnya.

Dalam studi tersebut, muncul sebuah pola yang jelas: anak-anak yang memiliki intuisi terhadap pikiran dan keinginan figur tersebut lebih percaya pada individu yang memiliki akurasi verbal, ketimbang mereka yang menunjukkan kekuatan. Itu sebabnya anak dengan kemampuan membaca pikiran tak sepolos yang diduga.

Penulis utama, Patricia Brosseau-Liard mengingatkan bahwa teori kemampuan pikiran ini hanyalah merupakan varian kecil. Meski teori pikiran ini bisa memprediksi kecenderungan anak untuk secara selektif memilih belajar dari individu yang lebih akurat, ini tidak lantas menjelaskan seluruh kemampuan tersebut. Ada banyak variabel lainnya yang mempengaruhi pilihan belajar, termasuk hal-hal sosial dan kognitif, jelasnya.*@


4 Aspek Kecerdasan Anak yang Penting Diketahui Orangtua

Setiap anak terlahir dengan keunikan masing-masing dalam perkembangannya. Tapi banyak orangtua yang merasakan kebingungan bahkan kesulitan untuk memahami karakter anak sendiri.

Mengetahui dan mengikuti tahapan perkembangan si kecil merupakan hal yang penting. Namun ibu terkadang belum mengetahui dan paham betul dalam tumbuh kembang anak ada aspek-aspek penting yang harus diketahui. Berdasarkan penelitian, otak bayi memiliki 4 zona penting yang mempengaruhi 4 aspek kecerdasan, yakni:

1. Kecerdasan Intelektual

Semua yang terlahir pasti memiliki otak yang tentunya dipergunakan untuk berpikir. Anak merupakan sesosok individu kecil yang perkembangan otaknya dialami pada masa golden periode (0-3 tahun). Kecerdasan intelektual anak dapat dilihat pada perkembangan bahasa dan pemecahan masalah.

Untuk meningkatkan kecerdasannya, anak perlu diberikan rangsangan. Rangsangan paling sederhana adalah berkomunikasi, tanyakan apa yang mereka alami dan rasakan hari ini. Anak ibu cerdas, hubungan pun makin erat.

Asupan nutrisi juga tak kalah penting. Makanan mengandung Omega 3 dan DHA tinggi seperti ikan salmon juga bisa membantu memaksimalkan perkembangan otak si kecil.

2. Kecerdasan Emosional

Setelah kecerdasan intelektual para psikolog meyakini ada kecerdasan lain yang tak kalah penting juga yaitu kecerdasan emosional. Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kepribadian yang disukai, lebih mudah bergaul dan lebih sehat jasmaninya berkat kemampuannya mengontrol emosi.

Menurut Daniel Goleman, Psikolog dari Universitas Harvard, ada 5 wilayah kecerdasan emosional, yaitu.

Si kecil mampu mengenali emosi. Maksudnya si kecil memiliki kepekaan ketika ia melihat emosi seperti marah, sedih, senang dan sebagainya.
Si kecil mampu mengelola emosi. Ia bisa mengatur emosinya sehingga tak berlebihan dan meledak-ledak.
Si kecil mampu memotivasi diri. Ia bisa memberi semangat kepada dirinya sendiri, terutama jika hal hal tak mengenakkan terjadi padanya. Sehingga ia tumbuh menjadi si kecil yang tak mudah putus asa.
Si kecil mampu mengenali emosi orang lain. Kemampuan ini akan membuat anak bisa berempati terhadap orang lain.
Si kecil mampu membina hubungan. Ia sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung punya banyak teman, pandai bergaul dan populer.
Pastikan si kecil Anda tumbuh dengan memiliki 5 kemampuan di atas. Kemudian, untuk dapat merangsang kecerdasan emosional pada anak, setidaknya ada 3 hal yang penting dilakukan orang tua:

Memberi motivasi pada anak setiap ia mengalami masalah
Jangan langsung menolongnya saat ia memiliki masalah, misalnya terjatuh. Biarkan ia berdiri sendiri terlebih dahulu, sambil memberinya motivasi yang positif. "Ayo sayang, bangun lagi yuk. Tidak apa-apa kan,".
Mengajarkannya berempati dengan orang lain.
Misalnya ketika si kecil bertindak agresif pada anak lain. Ajarkan padanya bahwa menyakiti orang lain itu bukanlah hal yang benar. "Dek, kalau dipukul sakit kan? Jangan pukul-pukul orang lain ya,".
Mengajarkannya untuk bersabar dan mengontrol diri
Ajarkan pada si kecil bahwa ia tak bisa meminta sesuatu dengan cara yang negatif, misalnya merengek atau menangis. Bilang padanya bahwa keinginannya tak akan tercapai jika ia memintanya dengan cara yang tidak baik.
3. Kecerdasan Motorik

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak.

Perkembangan fisik motorik pada anak dapat ditandai dari pertumbuhan fisiknya yang meliputi peningkatan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan tonus otot. Pertumbuhan fisik anak perlu dicermati. Sebab, kurang optimalnya pertumbuhan fisik dapat menjadi pertanda ada sesuatu pada diri anak.

Rangsangan adalah satu hal paling penting untuk mengembangkan aspek motorik ini. Ajak si kecil untuk bermain karena dengan aktifitas bermain inilah yang dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area yaitu:

- Koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang.

- Kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, berlari, berguling-guling dan merayap.

- Kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang

- Manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti dan mengubah petunjuk.

4. Kecerdasan Komunikasi

Bermain merupakan alat komunikasi yang paling kuat untuk memberi kemampuan berbahasa pada anak. Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan juga daya ingatnya. Mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.

Ada beberapa hal sederhana yang dapat meningkatkan kemampuan si kecil berkomunikasi.

1. Bertanya

Bertanya adalah sebuah rangsangan yang baik bagi si kecil untuk belajar berkomunikasi. Hal ini akan membuatnya belajar bercerita, serta mengungkapkan perasaannya.

2. Bercerita

Dengan Anda bercerita, maka Anda merangsang si kecil untuk memberikan tanggapan.

3. Meminta pendapat

Selain memancing si kecil untuk berbicara, hal ini juga bertujuan untuk mengajarkan pola komunikasi yang baik dan ideal yaitu dua arah. Ia pun merasa dihargai karena Anda mau mendengarkan pendapatnya.

Terlibat dalam aktivitas si kecil. Cara paling mudah untuk merangsang si kecil berkomunikasi adalah dengan mengerti dunianya, dan mengambil topik yang menjadi kesukaannya. Dengan ini si kecil akan merasa tertarik untuk bercerita atau berkomunikasi lebih banyak.
Biarkan anak bergaul. Semakin banyak si kecil berinteraksi dengan orang lain, maka semakin banyak juga rangsangan untuk kemampuan komunikasinya.
Keempat aspek kecerdasan di atas sama pentingnya. Agar kecerdasan si kecil tumbuh dengan maksimal, maka Anda harus memastikan keempatnya berkembang secara beriringan. Tak hanya rangsangan yang diperlukan, namun Anda juga harus memastikan, si kecil mendapatkan asupan gizi yang maksimal sehingga dapat menunjang aktivitasnya sehari-hari.@


MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 8

Arsip Blog


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }