Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga memiliki strategi dalam menjalankan kinerjanya pada 2016 ini. Diharapkan strategi yang telah disusun tersebut mampu menciptakan kinerja Direktorat Pendidikan Keluarga semakin ideal. Hal itu diungkapkan Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Sukiman pada Rapat Koordinasi Nasional Ditjen PAUD dan Dikmas di Hotel Mercure, Surabaya, Jawa Timur (10/2).
Sukiman menjelaskan, strategi yang dicanangkan yakni upaya memperkuat peran keluarga dalam mendukung pendidikan anak-anaknya. Keluarga adalah wahana pendidikan yang pertama dan utama. Keterlibatan keluarga dalam mendukung pendidikan anaknya diyakini akan meningkatkan prestasi belajar dan kesuksesan pendidikan anak.
“Sebagai ekosistem yang terdekat dengan anak, keluarga merupakan lingkungan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan budaya anak,” terangnya.
Hal lain yang akan dilakukan adalah mendukung institusi pendidikan dan lingkungan terdekat anak di luar keluarga. Sukiman menerangkan, selain keluarga, lingkungan terdekat yang perlu penguatan yakni satuan pendidikan, tempat penyaluran hobi seperti klub olah raga/seni, dan tempat bergaul. “Dukungan lingkungan ini sangat penting bagi pendidikan dan perkembangan anak,” tandasnya.
Sukiman juga menekankan tentang pentingnya penyebarluasan praktik-praktik pendidikan dan pengasuhan yang baik. Praktik-praktik baik ini perlu disebarluaskan agar menjadi contoh dan rujukan bagi sesama orang tua, masyarakat, atau lembaga pendidikan sejenis.
“Peningkatkan kesadaran dan pengetahuan lingkungan terdekat anak sangat penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan mereka,” seru dia.
Selain itu, strategi yang tak kalah penting adalah mengurangi kesenjangan memeroleh praktik pendidikan dan pengasuhan yang baik antardaerah, status sosial-ekonomi, dan gender. Kesenjangan memperoleh praktik pendidikan dan pengasuhan yang baik dapat disebabkan oleh faktor geografis, sosial-ekonomi, atau gender.
Tujuan pembinaan pendidikan keluarga bukan untuk melakukan penyeragaman, melainkan tetap menghargai keberagaman budaya untuk memperkaya dan berkontribusi pada perbaikan. “Pemerintah perlu menyebarluaskan praktik baik untuk dapat dijadikan contoh agar mengurangi kesenjangan antardaerah dan antarkelompok masyarakat,” terangnya.
Dia menambahkan, penguatan kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait pun tak boleh dikesampingkan. Berbagai program pengembangan keluarga selama ini sudah banyak dilakukan oleh lembaga pemerintahan dan non-pemerintah, sehingga perlu berkolaborasi untuk saling memperkuat. “Instansi yang perlu didorong antara lain Kementerian Agama untuk mengoordiknasikan pendidikan pranikah bagi calon pengantin/calon orang tua,” katanya.
Terakhir, mendukung inisiatif daerah dalam meningkatkan peran keluarga dan masyarakat. “Pada era otonomi daerah ini program-program pembangunan tak mungkin dapat berjalan tanpa dukungan pemerintah daerah. Inisiatif pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan kepada keluarga perlu terus didukung dan diperkuat. Praktik baik tersebut dapat menjadi contoh bagi daerah lain yang belum berinisiatif,” ujar Sukiman.* (Tim Warta/KS/Sby)
sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/8059.html
Sukiman menjelaskan, strategi yang dicanangkan yakni upaya memperkuat peran keluarga dalam mendukung pendidikan anak-anaknya. Keluarga adalah wahana pendidikan yang pertama dan utama. Keterlibatan keluarga dalam mendukung pendidikan anaknya diyakini akan meningkatkan prestasi belajar dan kesuksesan pendidikan anak.
“Sebagai ekosistem yang terdekat dengan anak, keluarga merupakan lingkungan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan budaya anak,” terangnya.
Hal lain yang akan dilakukan adalah mendukung institusi pendidikan dan lingkungan terdekat anak di luar keluarga. Sukiman menerangkan, selain keluarga, lingkungan terdekat yang perlu penguatan yakni satuan pendidikan, tempat penyaluran hobi seperti klub olah raga/seni, dan tempat bergaul. “Dukungan lingkungan ini sangat penting bagi pendidikan dan perkembangan anak,” tandasnya.
Sukiman juga menekankan tentang pentingnya penyebarluasan praktik-praktik pendidikan dan pengasuhan yang baik. Praktik-praktik baik ini perlu disebarluaskan agar menjadi contoh dan rujukan bagi sesama orang tua, masyarakat, atau lembaga pendidikan sejenis.
“Peningkatkan kesadaran dan pengetahuan lingkungan terdekat anak sangat penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan mereka,” seru dia.
Selain itu, strategi yang tak kalah penting adalah mengurangi kesenjangan memeroleh praktik pendidikan dan pengasuhan yang baik antardaerah, status sosial-ekonomi, dan gender. Kesenjangan memperoleh praktik pendidikan dan pengasuhan yang baik dapat disebabkan oleh faktor geografis, sosial-ekonomi, atau gender.
Tujuan pembinaan pendidikan keluarga bukan untuk melakukan penyeragaman, melainkan tetap menghargai keberagaman budaya untuk memperkaya dan berkontribusi pada perbaikan. “Pemerintah perlu menyebarluaskan praktik baik untuk dapat dijadikan contoh agar mengurangi kesenjangan antardaerah dan antarkelompok masyarakat,” terangnya.
Dia menambahkan, penguatan kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait pun tak boleh dikesampingkan. Berbagai program pengembangan keluarga selama ini sudah banyak dilakukan oleh lembaga pemerintahan dan non-pemerintah, sehingga perlu berkolaborasi untuk saling memperkuat. “Instansi yang perlu didorong antara lain Kementerian Agama untuk mengoordiknasikan pendidikan pranikah bagi calon pengantin/calon orang tua,” katanya.
Terakhir, mendukung inisiatif daerah dalam meningkatkan peran keluarga dan masyarakat. “Pada era otonomi daerah ini program-program pembangunan tak mungkin dapat berjalan tanpa dukungan pemerintah daerah. Inisiatif pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan kepada keluarga perlu terus didukung dan diperkuat. Praktik baik tersebut dapat menjadi contoh bagi daerah lain yang belum berinisiatif,” ujar Sukiman.* (Tim Warta/KS/Sby)
sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/8059.html
1 komentar:
siap kaka
Posting Komentar