Ada tujuh nilai luhur yang harus dipegang dalam upaya meningkatkan kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal (Ditjen) PAUD dan Dikmas, Kemdikbud. Jika pihak-pihak yang berkompeten melaksanakan ketujuh nilai luhur tersebut dengan sungguh-sungguh, maka Ditjen PAUD dan Dikmas menjadi lembaga yang dibanggakan publik.Demikian diungkapkan Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Harris Iskandar dalam sambutannya seusai acara Penandatangan Perjanjian Kinerja 2016, di Hotel Mercure, Surabaya (10/2). Acara tersebut merupakan bagian dari Rakornas PAUD dan Dikmas angkatan kedua yang diselenggarakan pada 9-12 Februari 2016.
Dikatakan Harris, nilai luhur pertama yang mesti ditumbuhkan adalah integritas. Menurutnya, integritas adalah harga mati. “Integritas itu lebih dari sekadar jujur. Integritas berarti kita konsisten,” ujarnya. Dia melanjutkan, dalam setiap melakukan pekerjaan, harus selalu dibarengi integritas yang tinggi. Nilai luhur selanjutnya adalah kreatifitas dan inovasi. “Jangan pernah berhenti mengasah kreatifitas,” pesannya. Selain itu, yang tak kalah penting adalah semangat berinisiatif. Dikatakan Harris, pribadi yang baik adalah pribadi yang tak melulu menunggu perintah dan bersifat pasif, “Kita harus terus berinisiatif. Malah, imbuh dia, sekarang ini sikap abai dan diam sudah bisa dimasukkan ke dalam tindak kriminal. “Misalnya, kita mendiamkan ada siswa yang memar karena dipukul guru. Nah, itu sudah termasuk kriminal,” katanya.
Nilai luhur lainnya, yakni harus selalu memosisikan diri sebagai pembelajar. “Sebagai manusia, kita tak bisa luput dari kesalahan. Kita harus menolelir kesalahan, dengan tetap mengupayakan agar kesalahan tersebut mampu diminimalisasi. Kita harus menciptakan budaya di mana kita menjadi orang pemaaf,” tandasnya. Nilai luhur lainnya, yakni meretrokasi. Pejabat yang dilantik di lingkungan Ditjen PAUD dan Dikmas sudah teruji kompetensinya karena mereka sudah mengikuti proses tahapan yang jelas dan transparan. “Mereka mengikuti, tes, wawancara, dan sebagainya sebelum menempati jabatan tertentu. Jadi, kompetensinya sudah tak perlu diragukan,” ujar Harris.
Hal lain adalah sikap perilaku aktif dan partisipatif, serta bekerja tanpa pamrih. Harris menjelaskan, setiap tugas dan pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh ikhlas. “Harus lillahita’ala, jangan sekali-kali hanya ingin mendapat perhatian dari atasan, atau hanya untuk menyenangkan atasan. Jika bekerja dengan ikhlas, dipastikan tak ada keluhan. Yang ada adalah solusi,” tandasnya.* (Tim Warta/KS/Sby)
sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/8049.html
Dikatakan Harris, nilai luhur pertama yang mesti ditumbuhkan adalah integritas. Menurutnya, integritas adalah harga mati. “Integritas itu lebih dari sekadar jujur. Integritas berarti kita konsisten,” ujarnya. Dia melanjutkan, dalam setiap melakukan pekerjaan, harus selalu dibarengi integritas yang tinggi. Nilai luhur selanjutnya adalah kreatifitas dan inovasi. “Jangan pernah berhenti mengasah kreatifitas,” pesannya. Selain itu, yang tak kalah penting adalah semangat berinisiatif. Dikatakan Harris, pribadi yang baik adalah pribadi yang tak melulu menunggu perintah dan bersifat pasif, “Kita harus terus berinisiatif. Malah, imbuh dia, sekarang ini sikap abai dan diam sudah bisa dimasukkan ke dalam tindak kriminal. “Misalnya, kita mendiamkan ada siswa yang memar karena dipukul guru. Nah, itu sudah termasuk kriminal,” katanya.
Nilai luhur lainnya, yakni harus selalu memosisikan diri sebagai pembelajar. “Sebagai manusia, kita tak bisa luput dari kesalahan. Kita harus menolelir kesalahan, dengan tetap mengupayakan agar kesalahan tersebut mampu diminimalisasi. Kita harus menciptakan budaya di mana kita menjadi orang pemaaf,” tandasnya. Nilai luhur lainnya, yakni meretrokasi. Pejabat yang dilantik di lingkungan Ditjen PAUD dan Dikmas sudah teruji kompetensinya karena mereka sudah mengikuti proses tahapan yang jelas dan transparan. “Mereka mengikuti, tes, wawancara, dan sebagainya sebelum menempati jabatan tertentu. Jadi, kompetensinya sudah tak perlu diragukan,” ujar Harris.
Hal lain adalah sikap perilaku aktif dan partisipatif, serta bekerja tanpa pamrih. Harris menjelaskan, setiap tugas dan pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh ikhlas. “Harus lillahita’ala, jangan sekali-kali hanya ingin mendapat perhatian dari atasan, atau hanya untuk menyenangkan atasan. Jika bekerja dengan ikhlas, dipastikan tak ada keluhan. Yang ada adalah solusi,” tandasnya.* (Tim Warta/KS/Sby)
sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/8049.html
0 komentar:
Posting Komentar