PENIGKATAN GIZI

Peningkatan Kesadaran Gizi Ibu dan Balita; Sosialisasi PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang Sumatera Selatan

Dra.Hj.Khofifah Indar Parawansa, M.Si.

Mengarungi Kisah Inspiratif Hj Khofifah Indar Parawansa

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pelatihan Penguatan Keaswajaan Da’iyah Muslimat NU

Penguatan Keaswajaan Bagi Da’iyah Muslimat NU DKI Jakarta

Ketua NU Kota Semarang

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Dr. KH. Anasom MHum

Senin, 26 Desember 2016

Perlukah Ibu Mengarahkan Kehidupan Sosial Anak

Jakarta Kehidupan sosial sering kali menimbulkan kekhawatiran akan hal-hal berbau intimidasi dan perkelahian pada anak. Hal ini bisa membuat anak menjadi pribadi yang sulit bersosialisasi, bahkan tak bisa menangani masalahnya sendiri.

Mengutip laman Modern Mom, ditulis Jumat  baru-baru ini .
tentunya orangtua sebagai orang terdekat bisa membantu juga mengarahkan anak untuk menjalin tali pertemanan yang baik. Sebab, menjalin hubungan pertemanan bisa jadi sebuah tantangan bagi anak.

Berikut langkah yang perlu diperhatikan orangtua, terutama para ibu, untuk mengatasi konflik yang terjadi pada lingkungan sosial anak. Bahkan peran ibu mampu mendorong anak menjadi sosok yang aktif dan menyenangkan di segala situasi dan kondisi.

# Langkah 1

Tanyakan kepada anak apakah ia memiliki masalah dengan temannya. Jika anak menampakkan perubahan, seperti menarik diri atau bahkan tidak tertarik lagi bergabung bersama temannya dalam suatu aktivitas yang ia lakukan, mungkin saja anak mengalami konflik bahkan depresi.

Pertimbangkan kemungkinan berkonsultasi kepada terapis untuk mengetahui lebih lanjut jika anak benar mengalami depresi guna menemukan solusi untuk mengatasinya. Sebab, dampak yang akan terjadi pada anak di kemudian hari ialah rasa malu, rendah diri, keterampilan sosial yang buruk atau kesulitan lainnya.

# Langkah 2

Membangun pembicaraan hangat dengan anak seperti apa yang terjadi di sekolah atau lingkungan barunya. Terkadang, langkah ini dapat menjadi pilihan dalam menangani konflik yang melanda anak pada lingkungan sosial mereka.

Orangtua, Jangan Sebut 6 Kalimat Terlarang Ini di Depan Anak

Jakarta Tidak semua orangtua menyadari bahwa kata atau kalimat yang kerap digunakan saat berkomunikasi dengan anak pengaruhnya sangat besar terhadap masa depan si buah hati. Pasalnya, mereka yang tidak tahu dampaknya pada anak cenderung lebih sering berkata, berkomunikasi atau memberikan perintah pada anak tanpa pikir panjang akan konsekuensinya.

Setiap orangtua wajib menyadari, anak cenderung mencontoh gerak-gerik, gaya berbicara, filosofi hidup dan perilaku orangtua mereka. Tidak hanya menjadikan orangtua sebagai panutan saja, anak-anak juga menilai setiap omongan orangtua mereka sebagai tolak ukur akan suatu hal.

Terlebih, anak juga sangat mungkin memasukkan kalimat apa pun yang keluar dari mulut orangtuanya ke dalam hati. Ini semua membuktikan keistimewaan sosok orangtua di mata anak. Mengetahui fakta ini, para orangtua dianjurkan untuk selalu menunjukan perilaku baik agar anak mengadopsi karakter serupa.

Orangtua juga disarankan untuk selalu berhati-hati menggunakan kata dan kalimat saat berbicara dengan anak. Hati mereka masih rapuh dan apa pun yang ingin diutarakan orangtua pasti dianggap serius dan disimpan dalam memorinya seumur hidup.

jadi, alangkah baiknya jika orangtua berpikir dua kali sebelum melontarkan kalimat yang berpotensi menyakiti hati atau mengecewakan sang anak. Seperti apa kalimat-kalimat terlarang yang orangtua wajib hindari saat sedang asik mengobrol dengan si buah hati? Berikut contohnya seperti dilansir dari Womansday, baru -baru ini

1. "Nilai tes kamu bagus nak, tapi kenapa baru kali ini setelah mama dan papa desak kamu untuk belajar baru nilainya bagus?"

Hindari mengombinasikan kalimat positif dan negatif. Cukup memujinya soal nilai tes saja, tanpa harus menggunakan kata sambung 'tapi' atau 'tetapi'. Kata tersebut mampu mengubah pandangan positif menjadi negatif dalam waktu singkat. Jangan buat anak merasa ia tidak becus lantaran harus didesak terlebih dahulu untuk mencapai suatu hal di hidupnya. Jangan pula membuat dirinya merasa tidak mampu mendapatkan nilai bagus karena ia kemungkinan besar tumbuh menjadi sosok yang kurang percaya diri dengan kemampuan otaknya.

2."Mama dan papa bangga kamu ranking dua, tapi bakal jauh lebih bangga lagi kalau ranking satu!"

Ketika anak sudah meraih posisi tergolong tinggi, jangan terus-menerus menaikkan ekspektasi. Ini akan menumbuhkan karakter terlalu perfeksionis padanya. Karakter ini umumnya dipuja atau diidolakan orang lain karena menjadi perfeksionis berarti segala sesuatu yang ada atau terjadi dalam hidupnya menghampiri sempurna dan kesuksesan dianggap suatu hal yang wajib. Meski terkesan menarik namun menjadi terlalu perfeksionis, khususnya soal kedudukan atau posisi akan membuatnya kesulitan merasa puas dan bersyukur soal apa pun. Anak cenderung akan tumbuh menjadi sosok yang sering ketar-ketir, merasa panik, terlalu kompetitif sampai tidak punya banyak teman dan kemungkinannya sangat besar diserang penyakit kejiwaan seperti depresi.

3. "Kamu tuh ya bikin mama dan papa emosi!"

Usahakan untuk tidak menunjukan amarah di depan anak karena hal tersebut sangat menular dan sang anak sangat mungkin mencontoh cara pelampiasan amarah yang diperlihatkan oleh orangtuanya.

4. "Ayo makannya jangan kebanyakan nanti kamu gendut loh!"

Tubuh anak tengah berkembang dan membutuhkan asupan nutrisi dari makanan dan minuman sehat sebanyak-banyaknya. Belum waktunya untuk mereka memikirkan berat badan sampai segitunya. Jika orangtua kerap mengatakan hal ini berulang kali, sang anak kemungkinan akan menjadi terbiasa tidak makan atau mengonsumsi makanan hanya dalam porsi kecil saja. Ia bisa menjadi sering sakit kedepannya dan secara psikis tidak akan puas dengan bentuk badannya.

5. "Kamu jangan lari ke yang tidak-tidak seperti narkoba, kalau sampai iya kamu tidak akan disayang oleh mama dan papa lagi!"

Ketika orangtua berupaya melindungi anaknya dari hal-hal negatif dan juga orang-orang jahat, mereka semestinya menjelaskan alasannya kenapa sang anak tidak diperbolehkan melakukan hal tersebut dan mengapa orang-orang dianggap berbahaya tertentu patut dijauhi. Ketika yang diberikan hanya sebuah instruksi dan ganjaran yang tidak jelas maksudnya apa, sang anak cenderung akan lebih memilih untuk membangkang dan mengikuti rasa penasarannya. Lebih parahnya lagi, sang anak kemungkinan besar menggunakan aksi ini sebagai senjatanya melawan orangtua yang tidak sepaham dengannya soal sesuatu. *

Strategi Besarkan Anak Yang Pemalu

Jakarta -Membesarkan sekaligus mendidik anak merupakan pekerjaan paling sulit bagi semua orang.

Saat usia anak masih tergolong sangat muda yaitu di bawah 10 tahun, tanggapannya pada hal-hal yang berada di sekitarnya sangat penting lantaran berpotensi menjadi karakter yang akan mendarah daging hingga dewasa nanti.

Umumnya, ada tiga jenis respon yang ditunjukan oleh anak ketika dirinya dihampiri atau dihadapi akan suatu hal yang masih asing di pandangan dan juga pikirannya.

Ada yang percaya diri atau mencerminkan sikap pemberani, ada pula yang penakut dan ada juga yang pemalu. Respon pemberani biasanya dipicu oleh rasa penasaran, penakut oleh rasa tidak aman akan ancaman atau rasa sakit. Sementara pemalu merupakan produk dari dua rasa yaitu, ketidakpercayaan diri sekaligus ketakutan.

Memiliki seorang anak berjiwa pemalu memang tidak mudah. Pasalnya kedua orangtua akan dihadapi serangkaian tantangan mulai dari ketidaknyamanan anak pada hal-hal baru, tangisan tiada henti yang diakibatkan rasa takut atau sakit dan masih banyak lagi.
Berikut cara bantu anak atasi jiwa pemalunya, seperti dilansir dari Live Science,baru-baru ini.

Hindari sikap protektif

Melindungi anak merupakan hal yang wajar. Namun ketika dilakukan secara berlebihan akan membuat sang anak merasa terlalu nyaman dan tidak biasa dengan adanya hal-hal baru suatu hari nanti.

Bantu anak melawan sifat kurang Percaya diri

Biarkan anak melalui hal-hal yang kurang nyaman dengan sifat aslinya yaitu, pemalu. Ini mungkin merupakan tantangan berat baginya tapi ketika ia melaluinya, ia akan merasakan keuntungan besar yang mana bisa memicu keinginan untuk berubah. Contohnya saat ia harus tampil di depan kelas, jangan berdiri di sampingnya seperti biasanya.

Biarkan dirinya merasa grogi tanpa ada Anda untuk memeluknya, tonton sang anak dari jauh. Berikan dirinya senyuman dan motivasi, ia akan pelan-pelan merasa termotivasi, atau setidaknya perasaan terpaksa untuk melakukan hal tersebut dengan harapan apapun itu cepat berakhir dan ia bisa kembali ke pelukan Anda. Tentu Anda akan berikan pelukan setelah itu, tetapi ingat untuk selalu ajarkan dirinya untuk lalui tantangan terlebih dahulu. Tidak ada apa pun bisa didapatkan secara cuma-cuma.*

Senin, 19 Desember 2016

Konten Edukatif di Gatget Belum Tentu Efektif untuk Anak

Jakarta Saat ini mungkin banyak konten edukatif untuk anak yang bisa diunggah gratis melalui gawai (gadjet). Namun siapa sangka kalau penggunaan gawai tanpa pendampingan orangtua tidak mempengaruhi perkembangan anak.

"Orangtua harus paham kalau gawai itu hanya tools (alat pelengkap) dalam membimbing anak. Jadi tetap saja butuh komunikasi dua arah antara orangtua dan anak saat si kecil main gawai," kata Psikolog dari Rainbow Castle, Devi Raissa M.Psi, saat ditemui Liputan6.com di kawasan Bangka, Jakarta Selatan, ditulis Sabtu (15/10/2016).


Bahkan menurut penelitian, kata Devi, isi permainan yang mendidik atau edukatif di gatget sama sekali tidak mempengaruhi otak anak bila tidak ada pendampingan dari orangtua.

"Kalau anak cuma diberi gadjet saja, tanpa pendampingan dia enggak akan dapat apa-apa. Tapi beda kalau ada pendampingan, komunikasi itu yang dibutuhin sama anak kecil."

Devi menambahkan, penggunaan wajar gawai pada anak hanya 30 menit sampai satu jam. Itupun waktunya dipecah, misalkan siang 15 menit, malam 10 menit dan sebagainya.

"Ada banyak dampak buruk gadjet pada anak, seperti misalnya anak-anak jadi kurang atensinya, menyita perhatian ataupun bisa memaksa otak anak bekerja lebih keras. Jadi kalau dia main game misalnya, itu kan cepat atau video bisa di forward, saat masuk ke dunia nyata, dia akan menganggap segala hal di sekelilingnya lambat, butuh waktu, jadi dia butuh stimulasi tambahan. Makanya dia suka lari-larian, enggak fokus, enggak dengerin orangtua," pungkasnya.*

Siasat Ibu Bekerja Isi Liburan Sekolah Anak

Jakarta Liburan sekolah sudah tiba. Bagi anak-anak, ini adalah waktu yang menyenangkan karena terbebas dari beban pelajaran. Sementara bagi orangtua, harus putar otak agar liburan sekolah anak jadi berkualitas.

"Kalau musim liburan sekolah, sudah banyak orangtua curhat, 'Haduh anakku udah mulai libur, ngapain ya?'. Baik orangtua yang bekerja maupun tidak sama pusingnya. Kan biasanya anak sibuk di sekolah, sekarang harus memberikan aktivitas buat anak," kata psikolog Carmelia Riyadhni.

Mengisi liburan sekolah makin jadi tantangan bagi orangtua yang keduanya bekerja. Terlebih akhir tahun biasanya beban pekerjaan malah semakin tinggi. Seperti harus membuat laporan dan evaluasi kerja.

Menanggapi hal ini Carmel menyarankan agar orangtua bisa menciptakan liburan seru di rumah, misalnya menonton film. Sediakan beberapa pilihan film yang pas dengan anak. Beri mereka pilihan film A, B, atau C. Selagi Anda bekerja, anak bisa menonton film tadi.

"Saat Anda sudah pulang, ajak anak membahas film tadi. Misalnya menonton Garuda di Dadaku. Tanyakan padanya, 'Gimana filmnya?'. 'Kegagalannya apa saja dialami di cerita film itu?', 'Biar enggak gagal seperti apa, Dek?'," jelas Carmel saat diskusi media bersama HOOQ ditulis Senin (19/12/2016).


Kamis, 15 Desember 2016

TA 41 Adakan Renang bersama Siswa

Anak-Anak Siswa TK B antusias gembira bersama mengikuti kegiatan sekolah TK TA 41  di kolam renang Semarang pada hari kamis 15/12/2016














Benarkah Orangtua Punya Anak Kesayangan?

Jakarta Bagi anak tunggal, seluruh perhatian dan kasih sayang dari orangtua tak perlu diragukan sepenuhnya diberikan untuk anak. Lalu, bagi orangtua yang memiliki lebih dari satu anak selalu mengatakan cinta mereka sama rata kepada semua anaknya.

Namun, studi ilmiah mengatakan yang sesungguhnya. Penelitian yang dilakukan sosiolog Katherine Conger mendapati fakta bahwa orangtua sesungguhnya memiliki anak kesayangan. Namun hal ini tidak berlaku bagi semua orangtua.

mind and Soul: Agar Anak Tidak Merasa Diabaikan Orangtua
Anak Lahir Prematur Bikin Orangtua Selalu Khawatir
Conger dan tim riset melakukan analisis terhadap 384 keluarga yang memiliki dua anak dengan jarak lahir kurang dari empat tahun. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology tahun 2005 ini mendapati sekitar74 persen ibu dan 74 persen ayah mengakui memiliki perlakuan istimewa terhadap salah satu anak.

Meski begitu, orangtua tentu saja berusaha tidak memperlihatkan hal tersebut terlihat dan berusaha memberikan cinta secara adil.

Dalam penelitian ini, anak-anak sulung merasa dirinya lebih disayangi oleh orangtuanya. Sementara anak yang lebih muda mengatakan bahwa mereka bisa merasakan bias anak pertama dan hal ini memengaruhi tingkat percaya diri mereka.

Uniknya ternyata masing-masing anak seringkali merasa orangtua lebih menyayangi saudaranya. "Mereka semua merasakan orangtua lebih sayang terhadap saudaranya dibanding dirinya," tutur Conger mengutip laman Huffington Post, Minggu baru-baru ini

Meski penelitian ini mengatakan sebagian besar orangtua memiliki anak kesayangan, satu yang pasti orangtua mencintai masing-masing anaknya dengan cara sendiri-sendiri.

Hal baik lainnya, memiliki hubungan persaudaraan itu banyak sekali manfaatnya. Mulai dari jadi sosok lebih cerdas hingga memiliki pernikahan yang stabil saat dewasa.*

Ingin Anak Jadi Miliarder? Orang Tua Harus Ikuti 7 Panduan Ini

Jakarta - Sampai kini memang tak ada resep khusus dalam membesarkan seorang anak agar nantinya dapat menjadi orang yang sukses hingga mampu menjadi seorang miliarder.

Namun para psikolog menemukan adanya beberapa faktor yang bisa memperkirakan kesuksesan seorang anak. Yang mengejutkan, faktor itu ternyata ada pada orang tuanya.

Mengutip laman Business Insider, Minggu (24/4/2016), berikut adalah 7 panduan bagi orang tua yang bisa membentuk kesuksesan anak bahkan hingga menjadi miliarder:

1. Mengajarkan anak keahlian sosial

Peneliti dari Pennsylvania State University and Duke University menelusuri lebih dari 700 anak usia TK sampai 25 tahun dan menemukan hubungan erat antara kemampuan sosial semasa TK menentukan sukses di usia dewasa dua dekade mendatang.

2. Membiasakan anak mengerjakan pekerjaan rumah

Mantan Dekan Freshmen dari Universitas Stanford AS, Julie Lythcott Haims menganggap anak yang dibiasakan mengerjakan tugas rumah akan menjelma menjadi pegawai yang bisa bekerjasama dengan rekannya. Mereka juga bisa memiliki rasa empati tinggi dan mampu mengerjakan tugas secara mandiri.

3. Memiliki ekspektasi tinggi

Menggunakan data survei 6.600 anak yang lahir di tahun 2001, Profesor Neal Halfon dari UCLA menemukan ekspektasi orang tua terhadap anaknya bisa berdampak pencapaian yang besar.

"Orangtua yang berharap anaknya mencapai kuliah terlihat berusaha mengatur agar anaknya bisa mencapai tujuan itu dengan pendapatan mereka atau kekayaan yang dimiliki," kata Halfon.

Panduan Lain

4. Memiliki hubungan harmonis

Studi dari Universitas Illinois AS menemukan anak yang berasal dari keluarga penuh konflik, apakah kekerasan atau perceraian, berpotensi menghadapi masa depan lebih suram dibandingkan mereka yang memiliki orang tua harmonis.

5. Mempunyai tingkat pendidikan tinggi

Dalam Survei tahun 2014 dari University of Michigan, Psikolog Sandra Tang menemukan jika ibu yang menamatkan kuliah sampai kuliah cenderung jejaknya diikuti oleh anaknya. Sementara anak yang lahir dari ibu menikah sangat muda, cenderung tak menamatkan sekolah SMA.

6. Minim stres

Menurut penelitian yang dikutip dari Brigid Schulte dari Washington Post, jumlah jam yang disediakan ibu dengan anak berusia antara 3-11 tahun bisa memprediksi perilaku, kebahagiaan, dan pencapaian seorang anak.

Penelitian lain menyebut, ibu yang stres karena harus bertaruh antara pekerjaan dan mencari waktu bersama anak akan berdampak buruk bagi anaknya.

7. Menghargai usaha daripada menilai kegagalan

Jika seorang anak diberitahu mereka lolos tes karena kepintarannya, itu akan menciptakan pikiran yang stagnan. Namun jika mereka sukses karena usahanya, alam pikiran mereka akan berkembang dengan pesati.*

USIA IDEAL ANAK MASUK TK

Sebelum Anda memutuskan berapa usia ideal Anak masuk sekolah TK. Anda harus memperhatikan berbagai kesiapannya walaupun pada dasarnya orang menyebutkan umur antara 4-5 tahun adalah usia yang pas. Pada dasarnya, sekolah mereka yang pertama adalah rumah. Tetapi perlu diingat bahwa anak tidak seharusnya dipaksa untuk belajar tentang sesuatu apalagi jika ia masih balita. Usia balita adalah identik dengan bermain, jadi untuk mengajar balita Anda mengenai sesuatu, Anda perlu mengintegrasikannya melalui permainan. Misalnya Anda ingin mengajar anak Anda tentang warna, Anda bisa menggunakan ring donat warna warni yang banyak tersedia di toko, atau mainan shape shorter untuk mengajar mereka warna sekaligus bentuk-bentuk geometri. Diperlukan kesabaran serta kreativitas orang tua terutama bundanya untuk membuat anak tertarik mempelajari sesuatu dan mandiri. Itu saya praktekkan pada anak saya yang tahun ini akan berusia 5 tahun dibulan Juni . Ketika usia 3 tahun teman-teman saya pada aktif menyekolahkan anaknya disekolah mahal yang notabene katanya akan membentuk karakter anak menjadi hebat, saya koq berfikir anak usia 3 tahun harus memasuki masa sekolah yang secara tidak langsung mereka sudah diporsir pemikirannya untuk kelangsungan kegiatan sekolah. Hmmm mungkin pemikiran saya ini kolot ya dimata bunda bunda yang mengaku memiliki pola fikir yang modern dan canggih. Namun saya berniat menyekolahkan marwah masuk TK itu pada usia 5 tahun , karena dari usia nol sampe skr marwah tetap bisa belajar dirumah koq.. hehe ,,
Jika Anda merasa anak Anda sudah siap masuk TK, Anda dapat mulai membiasakan suasana dan lingkungan sekolah melalui permainan sekolah-sekolahan menggunakan boneka-bonekanya, belajar berbagi atau main bergantian dengan saudara kandung atau teman-teman di rumah serta mengajar mereka taat pada guru dengan play role tadi.
Berikut beberapa kesiapan yang harus ditunjukkan oleh anak Anda yang menunjukkan bahwa dia siap masuk TK:

Mitos Apa Beneran ,Olahraga Terbukti Cerdaskan Anak dan Jadi Kunci Lulus Ujian

Jakarta Olahraga dan belajar rupanya bukan dua hal terpisah namun aktivitasnya justru saling mendukung antar satu sama lain. Dimana keterkaitannya?

Dua penelitian besar terkait hubungan olahraga dan belajar yang dilakukan secara terpisah oleh American College of Sports Medicine dan ilmuwan sekaligus penulis dalam Journal of Pediatrics, menunjukan bahwa ketangguhan fisik anak hasil berolahraga membantu otaknya menjadi lebih efektif dalam upaya menyerap dan menyimpan informasi baru yang didapat ketika belajar di sekolah.

Secara spesifik, hasil penelitian American College of Sports Medicine membuktikan, sebagian besar siswa kelas 4 dan 5 SD di Nebraska, AS mencetak nilai tinggi saat tes karena sebelumnya diharuskan lari pagi 10 menit terlebih dahulu. Mereka yang datang terlambat di sesi pagi hari dan tidak mengikuti lari pagi justru nilainya lebih rendah dibandingkan yang olahraga, bahkan beberapa dari mereka sebetulnya merupakan bintang kelas.

Kemudian, hasil penelitian akademisi sekaligus penulis Journal of Pediatrics menemukan, kebugaran fisik anak berpengaruh positif terhadap kemampuan anak dalam pelajaran matematika dan bahasa Inggris. Para akademisi menguji 12 ribu anak sekolah di Nebraska yang mana terbukti, mereka yang berat badannya berlebih namun fit skor ujiannya jauh lebih tinggi dibandingkan yang langsing tapi tidak fit.

Apapun jenis olahraganya, baik yang bersifat kompetitif atau latihan rutin seperti ke gym, sangat dihimbau untuk orangtua dan pihak sekolah melibatkan anak-anak ke dalam kegiatan tersebut. Ini dikarenakan keterkaitannya sangat kuat antara olahraga dan belajar; kata lainnya, kebugaran tubuh membantu anak lebih tangguh dalam menghadapi situasi menantang, terutama yang bersifat akademis.

Demikian informasi yang dilansir dari New York Post,

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }