PENIGKATAN GIZI

Peningkatan Kesadaran Gizi Ibu dan Balita; Sosialisasi PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang Sumatera Selatan

Dra.Hj.Khofifah Indar Parawansa, M.Si.

Mengarungi Kisah Inspiratif Hj Khofifah Indar Parawansa

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pelatihan Penguatan Keaswajaan Da’iyah Muslimat NU

Penguatan Keaswajaan Bagi Da’iyah Muslimat NU DKI Jakarta

Ketua NU Kota Semarang

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Dr. KH. Anasom MHum

Sabtu, 28 November 2015

HUT PGRI DAN HARI GURU UPTD KEC,PEDURUNGAN GELAR JALAN SEHAT

Semarang -dalam rangka hari Guru dan HUT PGRI KE 70 ratusan Guru mengikuti acara jalan sehat pada minggu (29/11/15) bertempat di UPTD Pedurungan .

acara terebut  di ikuti  dari Guru TK,SD,SMP,SMA,SMK, Dan juga pengawas se kecamatan Pedurungan

Minggu, 22 November 2015

Ini, Cara Tepat Rencanakan Masa Depan Si Buah Hati

Jakarta Setiap orangtua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk masa depan sang buah hati, tak terkecuali dalam hal pendidikan. Bakat yang dimiliki si kecil sejak dini harus disadari agar bisa dimaksimalkan dengan memilih arah pendidikan yang tepat. Oleh karena itu dana pendidikan menjadi begitu penting untuk dipersiapkan.

Faktanya, di Indonesia kenaikan biaya pendidikan diperkirakan meningkat lebih dari 10 persen tiap tahunnya, angka tersebut jauh lebih besar dari inflasi bahkan mungkin dari kenaikan gaji. Anda mungkin bertanya-tanya cara apa saja yang bisa dilakukan agar dana tersebut bisa terkumpul? Berikut ini beberapa tips untuk merencanakan dana pendidikan anak.

Rencanakan tingkat pendidikan anak Anda dan gali informasi sedini mungkin

Anda harus memiliki gambaran dimana akan menyekolahkan si kecil, apakah di sekolah negeri, swasta, atau diluar negeri. Sesuaikan pula jenis pendidikan sesuai minat dan bakat anak Anda, jangan sampai hanya berdasarkan keinginan Anda semata. Mulailah mencari kualifikasi pendidikan sejak jauh-jauh hari, setelah ada gambaran,tetapkan target biaya pendidikan, dengan begitu Anda bisa menghitung jumlah investasi yang perlu dilakukan untuk mencapai target tersebut.


Mulailah menabung dan berinvestasi sejak dini

Semakin dini Anda mempersiapkan pendidikan anak, maka semakin banyak pula waktu yang Anda miliki untuk mengumpulkan jumlah dana yang dibutuhkan. Hitung semua biaya yang diperlukan, selain biaya kuliah dan buku, perhitungkan juga biaya- biaya lain yang diperlukan selama sekolah.

Pertimbangkan Perlunya Asuransi Jiwa

Anda harus mulai memikirkan rencana pendidikan anak untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Coba bayangkan apa yang akan terjadi kalau Anda dan pasangan tiba-tiba tak mampu lagi membiayai keluarga, misalnya jatuh sakit atau meninggal dunia? Ini saatnya Anda mempertimbangkan asuransi jiwa terkait investasi yang memberikan proteksi serta potensi hasil investasi jangka panjang agar kelak dapat dimanfaatkan untuk biaya pendidikan tinggi anak di masa depan.

Seperti halnya PRUlink edu protection, produk asuransi jiwa terkait investasi dari Prudential Indonesia ini tidak hanya menawarkan potensi hasil investasi jangka panjang, tapi juga memberikan manfaat dana tunai bulanan yang akan diberikan hingga anak berusia 18 atau 25 tahun bila terjadi risiko terhadap orangtua seperti meninggal dunia, mengalami kondisi kritis atau menderita cacat tetap dan total. Dana tunai bulanan ini akan naik sebesar 15% setiap 3 tahun dari nilai manfaat awal untuk mengimbangi inflasi.

Manfaat dana tunai bulanan tersebut dapat digunakan untuk biaya non-formal, seperti pembiayaan les bahasa, bimbingan belajar, olahraga, dan aktivitas lainnya yang berpotensi membantu anak-anak dalam mempersiapkan masa depan mereka.

Tidak hanya itu, pembayaran premi akan diteruskan dan dibayarkan oleh Prudential apabila terjadi risiko meninggal dunia, atau mengalami kondisi kritis, atau menderita cacat total dan tetap terhadap diri orang tua.

Prudential Indonesia juga memberikan kemudahan pengajuan asuransi jiwa untuk anak kedua, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. PRUlink edu protection melindungi anak sebagai tertanggung utama dan orang tua sebagai tertanggung tambahan dalam satu polis.

Saatnya Anda menentukan perencanaan apa yang hendak Anda pilih untuk masa depan sang buah hati. Pilihan ada di tangan Anda, pastikan masa depan mereka hanya kepada layanan yang berpengalaman dan tepercaya.

sumber:http://health.liputan6.com/read/2367330/ini-dia-cara-tepat-rencanakan-masa-depan-si-buah-hati

Sukses Anak di Masa Depan Bukan Pilihan!

Jakarta Sebuah anggapan mengatakan bahwa masa depan seseorang ditentukan oleh diri sendiri, terdengar positif, tapi tak sepenuhnya tepat. Selain ditentukan oleh diri sendiri, faktor dari luar juga berperan penting dalam menentukan kelangsungan individu di masa depan, salah satunya adalah faktor pendidikan.

Soal pendidikan selalu erat kaitannya mengenai bagaimana peranan orangtua dalam menghadirkan kepastian pendidikan sang buah hati di masa depan. Ya, sebagai orangtua sudah barang tentu kita ingin selalu memberikan yang terbaik bagi sang buah hati, terutama dalam hal pendidikan. Segala cara pun ditempuh untuk merencanakan pendidikan, mulai dari menyiapkan tabungan pendidikan hingga memanfaatkan asuransi untuk jaminan pendidikan anak.

Berdasarkan survei*, 100 persen orangtua telah mengerti dan menyadari bahwa asuransi jiwa ialah salah satu alternatif cara menyiapkan dana pendidikan anak. Namun, faktanya hanya 5 persen saja orangtua yang melakukan langkah nyata memiliki asuransi dengan tujuan dana pendidikan anak.

Alasan mereka belum menggunakan pun beragam, selain minimnya pemahaman mengenai asuransi, juga disebabkan banyak stigma berkembang di masyarakat mengenai layanan asuransi, seperti premi asuransi yang masih dianggap mahal, proses klaim yang rumit, serta keyakinan bahwa tingkat pengembalian investasi yang rendah.

Padahal faktanya di setiap layanan asuransi memiliki keunggulan serta keunikan masing-masing, seperti halnya PRUlink edu protection. Produk asuransi besutan Prudential Indonesia tersebut memiliki keunggulan inovasi berupa manfaat bulanan, dimana dana tunai nantinya dapat digunakan hingga anak berusia 18 atau 25 tahun apabila terjadi risiko terhadap diri orangtua.

Tak hanya itu, premi anak yang diteruskan pun akan dibayarkan oleh Prudential, dengan catatan apabila terjadi risiko meninggal dunia, atau mengalami kondisi kritis, atau menderita cacat total dan tetap terhadap diri orang tua.

Nantinya, manfaat bulanan tersebut tak hanya dapat digunakan untuk pembiayaan rutin penunjang pendidikan formal, namun juga non-formal, seperti les bahasa, olahraga, dan aktivitas lainnya yang berpotensi membantu anak-anak dalam mempersiapkan masa depan mereka. Sebagai asuransi jiwa terkait investasi (unit link), PRUlink edu protection juga menawarkan potensi hasil investasi jangka panjang yang tentunya bisa dimanfaatkan untuk biaya pendidikan tinggi anak di masa depan.

Berikut adalah 5 keistimewaan PRUlink edu protection:

Melindungi anak sebagai tertanggung utama dan orang tua sebagai tertanggung tambahan dalam satu polis.
Memberikan Manfaat Bulanan berupa dana tunai sampai anak berusia 18 atau 25 tahun. Manfaat ini akan diperoleh apabila terjadi risiko terhadap diri orang tua. Manfaat bulanan tersebut merupakan keunikan solusi asuransi PRUlink edu protection yang dapat digunakan untuk membantu membiayai pengeluaran rutin penunjang pendidikan formal, seperti biaya ekstrakurikuler, kursus, dan lain sebagainya.
Setiap 3 (tiga) tahun sekali Manfaat Bulanan tersebut akan naik sebesar 15% dari nilai Manfaat Bulanan awal.

Prudential akan melanjutkan pembayaran premi polis anak sampai dengan anak berusia 18 atau 25 tahun (diberikan apabila terjadi risiko terhadap diri orang tua). Dengan demikian, maka dana investasi akan tetap berpotensi untuk berkembang sesuai dengan jenis investasi yang dipilih.

Memberikan kemudahan untuk memperoleh perlindungan yang sama bagi anak kedua (sesuai ketentuan yang berlaku di Prudential Indonesia).
Kesuksesan sang buah hati di masa depan bukanlah pilihan, untuk itu hanya pilih layanan yang mampu memberikan jaminan pendidikan di masa depan dimulai dari saat ini.



sumber:http://health.liputan6.com/read/2369306/sukses-anak-di-masa-depan-bukan-pilihan

Mendikbud Lantik Pejabat Eselon III dan IV Ditjen PAUD dan Dikmassumber:

Jakarta, PAUD dan Dikmas. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies R Baswedan, melantik dua pejabat Eselon III dan lima pejabat Eselon IV Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas), bersama 50 pejabat lainnya di lingkungan Kementerian Pendidikan (Kemendikbud). Selasa (17/11)

Pejabat-pejabat tersebut antara lain: Samto yang sebelumnya menjadi Kepala Balai Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas), menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pendidikan Keasaraan dan Budaya Baca Direktorat Pembinaan Pendidikan Kesetaraan dan Keaksaraan.

Cecep Suryana yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Sekertariat Ditjen PAUD dan Dikmas, menjadi Kasubdit Kelembagaan dan kemitraan Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.

Eru Achmad Sutanan yang sebelumnya bertugas di Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, kini menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Bagian Perencanaan dan Penganggaran menggantikan Cecep Suryana. Sugiyanto yang sebelumnya bertugas di Setditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, kini menjabat sebagai Kepala Seksi Pendampingan Pembelajaran Subdit Anak dan Remaja di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga.

Sementara itu, Aria Ahmad Mangun Wibawa yang sebelumnya bertugas di Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, kini menjabat sebagai Kepala Seksi Sumber Belajar Subdit Anak dan Remaja di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga.

Yohana Rumanda yang sebelumnya bertugas di Subdit Kurikulum Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dilantik menjadi Kepala Seksi Evaluasi Subdit Program dan Evaluasi di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.  Sementara itu Luluk Amnah Fitria tetap menjabat di posisi sebelumnya sebagai Kepala Seksi Sarana Subdit Sarana dan Prasarana Direktorat Pembinaan PAUD.


sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7489.html

Mengakar Rumputkan PAUD dan Dikmas

Kendari, PAUD dan Dikmas. “Melalui Saka Widya Budaya Bakti, kami berharap Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) lebih mengakar rumput di tengah-tengah masyarakat,” ujar Lili, Pamong Belajar di Balai Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Regional II Surabaya Ditjen PAUD & Dikmas yang juga merangkap sebagai Instruktur Saka Widya Budaya Bakti. Senin (16/11)
Hal tersebut disampaikan Lili saat mendampingi peserta Perkemahan Antar Satuan Karya (Peran Saka) Nasional 2015, saat mengunjungi satu satuan pendidikan non formal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan PAUD di Kota Kendari. Menurut Ridwan, Saka Widya Budaya Bakti khususnya Krida Pendidikan Masyarakat, Krida Pendidikan Kecakapan Hidup dan Krida PAUD bukan saja sebagai sarana mensosialisasi program Ditjen PAUD dan Dikmas tetapi sebagai wadah pendidikan dan pembinaan bagi khususnya bagi masyarakat yang tergabung dalam Pramuka Penegak dan Pembina, serta berperan menyalurkan minat, mengembangkan bakat, kemampuan, dan pengalaman dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang dapat menjadi bekal bagi kehidupan dan pengabdian diri pada masyarakat, bangsa dan negara.
Perkemahan Antar Satuan Karya Pramuka Tingkat Nasional (Peran Saka) tahun 2015 diselenggarakan pada tanggal 13 s.d 19 November 2015, bertempat di Bumi perkemahan Bahteramas, Nanga-Nanga, Kota Kendari. Acara perkemahan akbar ini diperkirakan diikuti oleh 3.325 orang yang terdiri dari 34 kwartir daerah, 70 pimpinan kontingen daerah, 110 pembina pendamping, 2.500 peserta, 154 peninjau, 500 Saka Kerja.


sumber:http://paudni.kemdikbud.go.id/berita/7479.html

Sabtu, 14 November 2015

Bila Anak Banyak Bertanya, Jangan Sekali-kali Mengacuhkan

akarta Dua sampai tujuh tahun merupakan usia emas (golden age) bagi seorang anak. Biasanya, orangtua mulai kewalahan menghadapi si buah hati yang berada pada masa-masa ini dengan semua pertanyaan yang dilontarkannya.

Bila dibanding ayah, ibulah yang kerap dijadikan 'sasaran tembak' anaknya. Namun, tidak semua ibu mampu menghadapinya dengan sabar.

"Cerewetnya seorang anak adalah paket lengkap. Jangan waktu belum dikasih rela menghabiskan banyak duit agar cepat dikasih anak, giliran anak lahir dengan sifatnya yang memang seperti ini si ibu malah nggak siap," kata Afin Yusro, SpSi, M. Kes. dalam seminar 'Memahami dan Merespons Informasi Anak Dalam Kasus Kekerasan Seksual' di Crowne Plaza Hotel, Semanggi, Jakarta .

Sebagai seorang ibu, lanjut Afin, hindarilah melontarkan jawaban yang memberi kesan memojokkan ketika anak mulai membombardir Anda dengan berjuta pertanyaan.

"Jangan pernah sekali pun menjawabnya dengan 'Masa begitu saja kamu nggak tahu/nggak bisa'. Usahakan ketika anak bertanya, meninggalkan kesan bahwa ibu mau berusaha untuknya," kata Afin menambahkan.

Apabila hal ini Anda lakukan, jangan salahkan si buah hati jika dia justru lebih percaya dan merasa nyaman menanyakan suatu hal ke orang lain. "Kalau sudah seperti ini, ibu seharusnya bertanya mengapa anak nggak mau lagi bertanya kepada Anda. Bukanlah merasa tenang, karena merasa tidak lagi direpotkan," kata Afin.

Ibu harus sadar, ketika anak mulai mencari jawaban atas rasa penasaran yang dimilikinya, anak turut mengajarkan Anda untuk mengembangkan pemikiran Anda sendiri. Secara tak langsung juga, Anda belajar menjawab pertanyaan dari anak yang mungkin Anda tidak mengetahui apa jawabannya.

"Misalnya dia bertanya dan Anda tidak mengetahui jawabannya, Anda akan mencari tahunya, 'kan? Dengan begitu, Anda pun ikutan belajar," kata Afin menekankan. (liputan6.com)

Bagaimana Melarang Anak Tanpa Menyakitinya

Jakarta - Orangtua memang diharuskan tegas agar si buah hati terhindar dari sejumlah tindakan yang justru merugikan diri sendiri dan orang banyak. Namun, yang kini terjadi adalah orangtua justru menghilangkan esensi dari tegas, mengganti denngan sikap keras. Tak mampu membendung amarah, sehingga mudah emosi dan tanpa sadar telah melakukan tindak kekerasan pada anak.

"Tegas yang benar adalah konsisten dan beri penjelasan yang sebenarnya. Bicarakan dengan kepala dingin dan baik-baik. Jika orangtua melakukan itu, anak mendengarkan dan akan menurutinya," kata Seto Mulyadi. "Bukan malah menggertak anak sambil berkata bahwa si anak bodoh, bloon, dan kalimat kasar lainnya. Itu keliru sama sekali," kata pencipta tokoh kartun Si Komo kepada Health Liputan6.com ditulis baru-barunini.

Dengan kata-kata yang jelas dan komunikatif, lanjut Kak Seto, anak akan mendapat gambaran bagaimana harus berbuat yang benar. "Misalnya si anak mau pegang setrum. Dia sebenarnya tidak tahu apa-apa, dan memegang itu karena rasa penasaran. Orangtua dapat mengatakan tidak atau jangan, lalu jelaskan kalau setrum itu berbahaya. Peragakan dengan gerakan yang sedikit menghibur si anak," kata Kak Seto menambahkan.

Pun ketika si anak teriak-teriak di tengah malam, orangtua jangan langsung memarahinya tapi katakan kalau teriaknya dilakukan ke esokan hari saja di tempat yang semestinya. "Intinya, sebuah larangan hanya mengganti ruang dan waktu saja. Kayak teriak-teriak itu. Bilang sama mereka, teriaknya besok saja saat di kebon atau kita ke pantai. Di sana, kamu bisa teriak yang keras. Kalau sekarang, orang-orang di sebelah akan terganggu," kata Kak Seto memberi contoh.

Menurut Kak Seto orangtua sering lupa, melarang dengan mengucapkan jangan tanpa alasan yang jelas dan tidak menggantinya telah mematikan kekreativitasan anaknya.

"Ya, mungkin saja dia teriak-teriak karena habis menonton film apa, lalu ingin menirunya. Atau teriak-teriaknya itu sambil menghapal sebuah dialog yang habis dibacanya," kata Kak Seto menerangkan.

Beritahu Anak Arti Kejujuran dan Kebohongan Sejak Dini

Jakarta Jangan salahkan anak bila dia sulit membedakan mana kejujuran dan kebohongan bila tidak pernah diberitahu orangtuanya. Ya, hal ini sepintas sepele namun berdampak besar bagi perkembangan mental anak hingga dewasa.

Seperti disampaikan pakar deteksi kebohongan, Handoko Gani, MBA, BAII, orangtua harus sering menekankan apa itu kejujuran dan kebohongan agar anak tahu kapan dia berbuat benar dan salah.

"Tanamkan perbandingan mana jujur dan bohong supaya anak tahu jujur itu penting. Bila dia cerita, beritahu kalau jujur itu hitam misalnya, atau hijau itu bohong," katanya di Festival Bohong 2015 di PPHUI, Umar Ismail, Kuningan, Jakarta, ditulis Rabu (11/11/2015).

Selain itu, biasakan juga mendengar anak bercerita. Kalau dia mengindikasikan suatu cerita yang aneh, tanya lebih dalam.

"Ingat, anak adalah peniru ulung. Jangan sampai dia menjadi pribadi yang suka berbohong hingga dewasa. Sebab bagaimanapun tidak ada kebohongan putih, sebab semuanya bisa merugikan orang lain," pungkasnya.

Sabtu, 07 November 2015

Anak Kecil Lebih Suka Belajar dari Orang yang Menyenangkan

Para peneliti dari Concordia University dan University of Ottawa menunjukkan bahwa anak kecil tak sebodoh yang kita kira. Kasus ini terutama berlaku bagi anak yang pandai membaca pikiran orang lain.

Para peneliti menunjukkan, bahwa anak kecil bisa sangat selektif dalam memilih hendak belajar dari siapa. Penulis senior Diane Poulin-Dubois mengatakan mereka sudah tahu bahwa beberapa anak prasekolah lebih sering belajar dari individu yang dirasa lebih meyakinkan ketimbang individu yang kurang akurat dan cuekm, dilansir dari laman Medindia,baru-baru ini .

Anak-anak juga tampak lebih memilih belajar dari individu yang lebih menyenangkan, percaya diri dan menarik dan sama sekali tak berkaitan dengan tingkat kecerdasan. Para peneliti berspekulasi bahwa kemampuan sosial-kognitif tertentu bisa menjelaskan perbedaan belajar ini, tambahnya.

Dalam studi tersebut, muncul sebuah pola yang jelas: anak-anak yang memiliki intuisi terhadap pikiran dan keinginan figur tersebut lebih percaya pada individu yang memiliki akurasi verbal, ketimbang mereka yang menunjukkan kekuatan. Itu sebabnya anak dengan kemampuan membaca pikiran tak sepolos yang diduga.

Penulis utama, Patricia Brosseau-Liard mengingatkan bahwa teori kemampuan pikiran ini hanyalah merupakan varian kecil. Meski teori pikiran ini bisa memprediksi kecenderungan anak untuk secara selektif memilih belajar dari individu yang lebih akurat, ini tidak lantas menjelaskan seluruh kemampuan tersebut. Ada banyak variabel lainnya yang mempengaruhi pilihan belajar, termasuk hal-hal sosial dan kognitif, jelasnya.*@


4 Aspek Kecerdasan Anak yang Penting Diketahui Orangtua

Setiap anak terlahir dengan keunikan masing-masing dalam perkembangannya. Tapi banyak orangtua yang merasakan kebingungan bahkan kesulitan untuk memahami karakter anak sendiri.

Mengetahui dan mengikuti tahapan perkembangan si kecil merupakan hal yang penting. Namun ibu terkadang belum mengetahui dan paham betul dalam tumbuh kembang anak ada aspek-aspek penting yang harus diketahui. Berdasarkan penelitian, otak bayi memiliki 4 zona penting yang mempengaruhi 4 aspek kecerdasan, yakni:

1. Kecerdasan Intelektual

Semua yang terlahir pasti memiliki otak yang tentunya dipergunakan untuk berpikir. Anak merupakan sesosok individu kecil yang perkembangan otaknya dialami pada masa golden periode (0-3 tahun). Kecerdasan intelektual anak dapat dilihat pada perkembangan bahasa dan pemecahan masalah.

Untuk meningkatkan kecerdasannya, anak perlu diberikan rangsangan. Rangsangan paling sederhana adalah berkomunikasi, tanyakan apa yang mereka alami dan rasakan hari ini. Anak ibu cerdas, hubungan pun makin erat.

Asupan nutrisi juga tak kalah penting. Makanan mengandung Omega 3 dan DHA tinggi seperti ikan salmon juga bisa membantu memaksimalkan perkembangan otak si kecil.

2. Kecerdasan Emosional

Setelah kecerdasan intelektual para psikolog meyakini ada kecerdasan lain yang tak kalah penting juga yaitu kecerdasan emosional. Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kepribadian yang disukai, lebih mudah bergaul dan lebih sehat jasmaninya berkat kemampuannya mengontrol emosi.

Menurut Daniel Goleman, Psikolog dari Universitas Harvard, ada 5 wilayah kecerdasan emosional, yaitu.

Si kecil mampu mengenali emosi. Maksudnya si kecil memiliki kepekaan ketika ia melihat emosi seperti marah, sedih, senang dan sebagainya.
Si kecil mampu mengelola emosi. Ia bisa mengatur emosinya sehingga tak berlebihan dan meledak-ledak.
Si kecil mampu memotivasi diri. Ia bisa memberi semangat kepada dirinya sendiri, terutama jika hal hal tak mengenakkan terjadi padanya. Sehingga ia tumbuh menjadi si kecil yang tak mudah putus asa.
Si kecil mampu mengenali emosi orang lain. Kemampuan ini akan membuat anak bisa berempati terhadap orang lain.
Si kecil mampu membina hubungan. Ia sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung punya banyak teman, pandai bergaul dan populer.
Pastikan si kecil Anda tumbuh dengan memiliki 5 kemampuan di atas. Kemudian, untuk dapat merangsang kecerdasan emosional pada anak, setidaknya ada 3 hal yang penting dilakukan orang tua:

Memberi motivasi pada anak setiap ia mengalami masalah
Jangan langsung menolongnya saat ia memiliki masalah, misalnya terjatuh. Biarkan ia berdiri sendiri terlebih dahulu, sambil memberinya motivasi yang positif. "Ayo sayang, bangun lagi yuk. Tidak apa-apa kan,".
Mengajarkannya berempati dengan orang lain.
Misalnya ketika si kecil bertindak agresif pada anak lain. Ajarkan padanya bahwa menyakiti orang lain itu bukanlah hal yang benar. "Dek, kalau dipukul sakit kan? Jangan pukul-pukul orang lain ya,".
Mengajarkannya untuk bersabar dan mengontrol diri
Ajarkan pada si kecil bahwa ia tak bisa meminta sesuatu dengan cara yang negatif, misalnya merengek atau menangis. Bilang padanya bahwa keinginannya tak akan tercapai jika ia memintanya dengan cara yang tidak baik.
3. Kecerdasan Motorik

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak.

Perkembangan fisik motorik pada anak dapat ditandai dari pertumbuhan fisiknya yang meliputi peningkatan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan tonus otot. Pertumbuhan fisik anak perlu dicermati. Sebab, kurang optimalnya pertumbuhan fisik dapat menjadi pertanda ada sesuatu pada diri anak.

Rangsangan adalah satu hal paling penting untuk mengembangkan aspek motorik ini. Ajak si kecil untuk bermain karena dengan aktifitas bermain inilah yang dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area yaitu:

- Koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang.

- Kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, berlari, berguling-guling dan merayap.

- Kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang

- Manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti dan mengubah petunjuk.

4. Kecerdasan Komunikasi

Bermain merupakan alat komunikasi yang paling kuat untuk memberi kemampuan berbahasa pada anak. Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan juga daya ingatnya. Mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.

Ada beberapa hal sederhana yang dapat meningkatkan kemampuan si kecil berkomunikasi.

1. Bertanya

Bertanya adalah sebuah rangsangan yang baik bagi si kecil untuk belajar berkomunikasi. Hal ini akan membuatnya belajar bercerita, serta mengungkapkan perasaannya.

2. Bercerita

Dengan Anda bercerita, maka Anda merangsang si kecil untuk memberikan tanggapan.

3. Meminta pendapat

Selain memancing si kecil untuk berbicara, hal ini juga bertujuan untuk mengajarkan pola komunikasi yang baik dan ideal yaitu dua arah. Ia pun merasa dihargai karena Anda mau mendengarkan pendapatnya.

Terlibat dalam aktivitas si kecil. Cara paling mudah untuk merangsang si kecil berkomunikasi adalah dengan mengerti dunianya, dan mengambil topik yang menjadi kesukaannya. Dengan ini si kecil akan merasa tertarik untuk bercerita atau berkomunikasi lebih banyak.
Biarkan anak bergaul. Semakin banyak si kecil berinteraksi dengan orang lain, maka semakin banyak juga rangsangan untuk kemampuan komunikasinya.
Keempat aspek kecerdasan di atas sama pentingnya. Agar kecerdasan si kecil tumbuh dengan maksimal, maka Anda harus memastikan keempatnya berkembang secara beriringan. Tak hanya rangsangan yang diperlukan, namun Anda juga harus memastikan, si kecil mendapatkan asupan gizi yang maksimal sehingga dapat menunjang aktivitasnya sehari-hari.@


Jangan Larang Anak Bermain!

Dunia anak adalah dunia bermain, dan bermain bagi anak-anak merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun demikian, banyak orangtua tidak menyadari bahwa di balik proses bermain terdapat banyak manfaat yang bisa diperoleh sang anak.

American Academic of Pediatric (APP) seperti yang diulas parents.com, Kamis (5/11/2015) mengemukakan, bermain merupakan bagian penting dari kehidupan anak untuk memberikan kebahagiaan, perkembangan, pendidikan, dan mempererat hubungan antara orangtua dan anak.

Melalui bermain, anak dapat menggunakan kreativitasnya. Bermain juga dapat mengembangkan imajinasi, kecakapan, fisik, kognitif, dan emosi anak. Anak dapat mengeksplor dunianya, mempraktikkan peran orang dewasa, dan mendapatkan kepercayaan diri.

Selain itu, bermain juga dapat meningkatkan kemampuan sosial anak, dengan membantu mereka untuk belajar bagaimana bekerjasama di kelompok, saling berbagi, negosiasi, menyelesaikan masalah, dan menjadi mandiri.

Meski dianggap memiliki banyak manfaat, nyatanya para orangtua kini justru tidak memberi waktu lebih bagi sang anak untuk bermain. Di sekolah pun demikian, waktu yang ada lebih banyak digunakan untuk fokus pada kemampuan akademik. Anak-anak kini tidak jarang menerima tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik, yang pada akhirnya justru menjadikan mereka berada pada tingkta stres, kecemasan, dan depresi, yang tentu berimbas pada karakter sang anak sendiri.

Kunci untuk membantu anak mencapai kemampuan potensialnya tanpa memberikan tekanan adalah dengan menyeimbangkan antara bekerja dan bermain. Anak akan tumbuh menjadi lebih bahagia, bisa menyesuaikan diri dengan baik, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Berikut cara yang dapat dilakukan oleh orangtua seperti yang direkomendasikan American Academic of Pediatric (APP):

1. Berikan anak keleluasaan, waktu yang tidak terjadwal agar anak menjadi kreatif, merefleksikan apa yang dia rasakan, dan mengurangi tekanan.
2. Ajak anak untuk bermain permainan yang aktif (berlari-lari di taman atau sekeliling rumah) sebagai pengganti hiburan yang pasif (video games atau televisi).
3. Belikan anak mainan yang ‘asli’ seperti balok,lego, boneka yang dapat mengeluarkan imajinasi dan kreatifitas anak bukan mainan dari gadget.
4. Habiskan waktu yang tidak terjadwal dan tidak tersusun bersama dengan anak.
5. Tanyakan pada anak apa yang dia rasakan, apakah capek, terlalu banyak jadwal, atau terlalu banyak yang dia pikirkan.
6. Izinkan anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. *@


MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }