PENIGKATAN GIZI

Peningkatan Kesadaran Gizi Ibu dan Balita; Sosialisasi PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang Sumatera Selatan

Dra.Hj.Khofifah Indar Parawansa, M.Si.

Mengarungi Kisah Inspiratif Hj Khofifah Indar Parawansa

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pelatihan Penguatan Keaswajaan Da’iyah Muslimat NU

Penguatan Keaswajaan Bagi Da’iyah Muslimat NU DKI Jakarta

Ketua NU Kota Semarang

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Dr. KH. Anasom MHum

Senin, 29 Agustus 2016

Menumbuhkan Budi Pekerti Luhur Anak Sejak Dini

ANAK adalah masa depan suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, di pundak merekalah masa depan bangsa ini dititipkan dan dipertaruhkan. Karena itu, semua pihak harus menaruh perhatian serius terhadap berbagai aspek kehidupan generasi peradaban ini agar mereka mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi insan-insan berkarakter yang berguna bagi bangsa dan negaranya.

Di masa mendatang, anak-anak yang cerdas, berkepribadian mantap, mandiri, disiplin, jujur, bertanggung jawab, kreatif-inovatif, memiliki etos kerja adalah keniscayaan agar mereka memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di tengah arus globalisasi yang begitu dahsyat saat ini. Tugas mulia ini idealnya dimulai dari keluarga melalui komunikasi yang sehat, intensif, dan kultural.

Keluarga yang memiliki budaya komunikasi yang baik, akan mampu menciptakan kondisi yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kecerdasan anak-anak, mekarnya sikap afektif, dan lahirnya pribadi-pribadi tangguh yang dapat bertahan terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang kuat, baik dari teman sebaya maupun dari peradaban dan masyarakat sendiri.

Keluarga harus berinteraksi secara positif dengan cara merespon perilaku anak-anak sejak kecil secara kultural. Dengan cara ini, anak merasa apa yang diucapkan, dipikirkan, dan diangan-angankan dalam proses komunikasi verbal dengan orangtua akan merupakan pengalaman yang positif baginya. Pengalaman-pengalaman positif ini nantinya akan bermanfaat bagi proses berpikir dan pembentukan persepsi anak sewaktu mereka menghadapi situasi lain dalam kehidupannya.


Mind and Soul: Ingin Anak Hormat, Orangtua Harus Beri Contoh

Jakarta- Orangtua harus menyadari terlebih dahulu bahwa si Kecil memiliki daya rekam yang sangat kuat. Sebelum mengajarkan mereka cara menghargai orang lain, ibu dan ayah harus memberi contoh lebih dulu.

"Cobalah untuk selalu memiliki kesadaran, di mana pun kita berada harus berperilaku yang dapat dicontoh dengan baik oleh anak-anak mereka," kata Founder Spirit of Life (SOUL) Bunda Arsaningsih dalam program Mind and Soul pada belum lama ini

Orangtua juga harus mampu menghargai orang-orang yang ada di sekeliling mereka. Misal tidak berkata kasar dan memerintah seenaknya pekerja yang ada di rumah.

"Apalagi di rumah itu ada anak-anak. Anak harus mengerti bagaimana cara kita bersikap terhadap orang lain. Anak akan merekamnya," ujar Bunda Arsaningsih.

"Bukan sekadar teori-teori saja yang kita berikan. Oleh karena itu menjadi orangtua harus mencontohkan sikap dengan pembantu kita di rumah, menghargai pembantu kita, mungkin juga dengan sopir kita, sehingga anak bisa menyadari, di dalam hidupnya membutuhkan orang lain," kata Arsaningsih.

Memang menerapkan hal ini butuh proses yang tidak sebentar. Jika orangtua mau bersabar, niscaya mereka mampu menghargai semua orang. Lakukan itu berulang-ulang. Tunjukkan ke anak, kita tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan orang lain sehingga mereka mampu belajar menghormati dan menghargai kehadiran orang lain.*

Mind and Soul: Pelajaran Dasar Membentuk Anak Berbudi Pekerti

akarta Otak anak yang masih berada pada usia nol sampai lima (golden age) adalah perekam paling canggih di dunia. Ia mampu merekam dengan baik semua omongan dan sesuatu yang mereka lihat. Orangtua yang ingin mendidik si Kecil agar kelak memiliki rasa hormat, sopan santun, dan berbudi pekerti yang baik, harus lebih hati-hati dalam bertindak dan berucap selama berada di dekat si Kecil.

"Anak mudah sekali menyerap semua tingkah laku yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya. Kita sebagai orangtua mempunyai tanggung jawab dan peran yang sangat besar dalam mendidik mereka agar mempunyai sopan santun dalam berkata-kata," kata Founder Spirit of Life (SOUL) Bunda Arsaningsih dalam program Mind and Soul di langsir dari liputan6.com  Rabu .baru-baru ini

"Orang akan mudah sekali mengenai karakter orangtua dari anak. Karena pasti akan menurun ke anak mereka," ujar Bunda Arsaningsih.

"Mulailah sejak dini mengajarkan anak dengan kelembutan hati," kata dia menambahkan.

Menurut Bunda Arsaningsih, orangtua yang penuh cinta akan memberikan contoh yang baik ke anak-anaknya. Tidak hanya dengan kata-kata saja tapi juga perilaku yang sopan, santun, dan menghargai orang-orang di sekelilingnya.

"Ini pembelajaran dasar yang harus diberikan ke anak-anak. Sehingga ketika tumbuh dewasa menjadi (anak) berbudi pekerti yang baik dan mempunyai sopan santun," ujar Bunda Arsaningsih menambahkan.*

Rabu, 10 Agustus 2016

Full Day School Di Nilai akan Berdampak Serius pada Taman Pendidikan Alquran

SEMARANG - Gagasan yang dilontarkan Mendikbud, Muhadjir Effendy, tentang full day school di SD-SMP atau sehari penuh di sekolah, dinilai tidak efektif. Bahkan akan mengancam kegiatan pendidikan keagamaan yang biasa digelar sore, semisal Tempat Pendidikan Alquran (TPA).
Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI), KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, jika wacana full day school di tingkat SD-SMP diterapkan maka akan berdampak serius pada TPA. Di Jateng saja setidaknya terdapat sekitar 19 ribu TPA yang menyelenggarakan kegiatan sore.
"Ketika full day school diberlakukan secara massif, saya kira angka itu yang akan terancam," tegasnya, Selasa (9/8/2016).
Pengasuh Ponpes Maslakul Huda Kabupaten Pati, Jateng ini mengatakan, pihaknya sejauh ini belum memposisikan menolak ataupun menerima gagasan Mendikbud. Namun ia sarankan agar dilakukan kajian lebih komprehensif mengenai dampak sosial dan sebagainya.
"Harus dilihat implikasi sosialnya, jangan-jangan nanti Sabtu nganggur justru tidak terkontrol, karena orangtuanya sibuk kerja," katanya.
Selain itu, jika memang diterapkan maka pelaksanaannya diminta tidak langsung serentak. Karena full day school memang cocok untuk masyarakat di perkotaan yang para orangtuanya sangat sibuk. Namun untuk di pedesaan dinilai belum membutuhkan.

"Kalau di daerah seperti Kabupaten di Jawa Tengah, kok belum ada yang membutuhkan full day school," katanya.
Ketua Persatuan Guru Swasta Indonesia (PGSI) Jawa Tengah, Muh Zen Adv mengatakan, pihaknya menolak adanya gagasan Mendikbud tersebut. Sebab dari hasil evaluasi adanya penerapan lima hari sekolah di tingkat SMA/SMK di Jateng, 80 persen kegiatan belajar mengajar tidak efektif.
"Para psikolog juga merekomendasi bahwa materi pelajaran yang diberikan ke siswa setelah pukul 13.00 wib, tidak bisa diserap secara maksimal. Ini justru membahayakan pendidikan. Secara psikologis dan sosial banyak mudharatnya," tegas Zen.
Anggota Komisi E DPRD Jateng ini, juga berpendapat, gagasan Mendikbud itu dapat mematikan kelangsungan TPA. Jika Mendikbud berpandangan pihak sekolah bisa menunjuk guru agama untuk memberikan pembelajaran di sekolah, menurutnya tidak akan maksimal.
Sebab proses pendidikan di TPA bukan hanya mempelajari bacaan Alquran saja, tapi juga pendidikan karakter dan budi pekerti. "Dan masih banyak faktor lain," ujarnya. ( Tribun )

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }