Jakarta - Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda saat membeli rumah baru? Jarak dengan pusat kota, dengan jalan tol, atau kantor? Seberapa besar Anda mempertimbangkan faktor kebutuhan anak saat hendak membeli rumah?
Terkadang, orang tua tanpa sengaja menomorduakan kebutuhan anak-anak pada saat membeli rumah. Padahal, anak dan orang tua memiliki kebutuhan psikologis yang berbeda. Ada hal-hal yang harus Anda perhatikan saat membeli rumah agar proses tumbuh kembang anak, baik fisik maupun mental, bisa berjalan dengan sempurna. Apa saja?
Menurut motivator pendidikan kreatif, Rahmi Dahnan, Psi, seperti dikutip dari www.rumah.com, agar proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung dengan baik, orang tua harus menyediakan lingkungan yang baik. Tidak masalah apakah Anda tinggal di apartemen atau di rumah tapak, yang terpenting perhatikan faktor-faktor berikut:
1. Perhatikan karakter tetangga
Anak-anak harus bergaul dengan sebayanya. Mereka perlu bermain sekaligus bersosialisasi. Jika lingkungan perumahan lebih banyak dihuni oleh warga pensiunan, misalnya, anak-anak akan kekurangan teman untuk bermain dan bersosialisasi.
2. Taman atau Playground
Playground menjadi sarana sosialisasi anak-anak. Mereka bisa bergaul dengan teman sebayanya. Di sini mereka belajar berinteraksi, belajar bersosialisasi. Anak-anak belajar antri, belajar berbagi.
Pentingnya belajar bersosialisasi di antaranya agar anak tidak menjadi korban bully. Dengan bersosialisasi, anak-anak belajar menempatkan diri, belajar berkawan. Jika tidak, anak-anak akan menjadi tidak percaya diri. Anak-anak yang tidak percaya diri terlihat dari gerak tubuhnya dan membuatnya jadi sasaran pelaku bullying. Selain itu, sosialisasi membuat anak memiliki semangat berkompetisi.
Jika lingkungan cluster yang menjadi incaran tidak menyediakan taman bermain, setidaknya harus ada taman umum dalam jarak yang cukup terjangkau.
3. Ruang terbuka
Ruang terbuka diperlukan karena usia kanak-kanak adalah usia di mana mereka sedang aktif bergerak. Anak-anak harus punya ruang untuk berlari-lari, bermain sepeda, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan merangsang saraf motorik anak-anak.
4. Dekat dengan sekolah dengan kurikulum yang tepat
Rahmi menuturkan, sekolah yang bagus adalah sekolah yang memiliki kurikulum pembentukan watak, Misalnya, sekolah yang membiasakan murid-muridnya belajar mengantri, sholat jamaah, mengunjungi panti asuhan.
Kebanyakan orang menilai sebuah sekolah dari kurikulum akademiknya. Padahal, akademik lebih tepat dikembangkan di usia yang lebih tinggi. Pada usia dini, anak-anak lebih baik dididik soal karakter.
Kedekatan rumah dengan sekolah harus menjadi pertimbangan. Sekolah yang jauh membutuhkan waktu tempuh yang lama, membuat anak kelelahan dalam perjalanan. Selain itu, jarak rumah yang dekat dengan sekolah memudahkan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya.
5. Keamanan
Anak-anak membutuhkan banyak kegiatan di luar ruang, terutama di lingkungan perumahan. Mereka akan berlari-lari, bersepeda, petak-umpet, dan lain-lain. Sebagai orang tua, adalah tanggung jawab Anda untuk selalu mengawasi mereka. Namun lingkungan perumahan juga harus memiliki sistem keamanan yang baik untuk meningkatkan keamanan di lingkungan.
Tidak hanya peralatan canggih yang menjadi syarat, seperti CCTV, tetapi juga aspek sumber daya manusianya. Anda harus kenal betul dengan petugas keamanan di lingkungan, begitupula para petugas harus kenal betul dengan warganya.
Dengan demikian, petugas keamanan bisa langsung tanggap saat anak-anak mulai meninggalkan kawasan perumahan ataupun saat ada orang asing mulai berinteraksi dengan anak-anak Anda.
6. Kenyamanan di dalam rumah
Setelah Anda mendapatkan hunian yang ideal secara fisik, yang terakhir dan yang paling utama yang harus Anda sadari adalah kenyamanan saat menghuninya. Rumah adalah tempat anak ‘kembali’. Di rumah, anak-anak harus merasa nyaman, bebas dari rasa tertekan. Di rumah, orang tua juga harus membiasakan anak bersosialisasi, seperti berbagi, mengantre, dan sebagainya
sumber:http://properti.liputan6.com/read/2375748/ini-ciri-rumah-ideal-bagi-pemilik-anak-usia-dini
Terkadang, orang tua tanpa sengaja menomorduakan kebutuhan anak-anak pada saat membeli rumah. Padahal, anak dan orang tua memiliki kebutuhan psikologis yang berbeda. Ada hal-hal yang harus Anda perhatikan saat membeli rumah agar proses tumbuh kembang anak, baik fisik maupun mental, bisa berjalan dengan sempurna. Apa saja?
Menurut motivator pendidikan kreatif, Rahmi Dahnan, Psi, seperti dikutip dari www.rumah.com, agar proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung dengan baik, orang tua harus menyediakan lingkungan yang baik. Tidak masalah apakah Anda tinggal di apartemen atau di rumah tapak, yang terpenting perhatikan faktor-faktor berikut:
1. Perhatikan karakter tetangga
Anak-anak harus bergaul dengan sebayanya. Mereka perlu bermain sekaligus bersosialisasi. Jika lingkungan perumahan lebih banyak dihuni oleh warga pensiunan, misalnya, anak-anak akan kekurangan teman untuk bermain dan bersosialisasi.
2. Taman atau Playground
Playground menjadi sarana sosialisasi anak-anak. Mereka bisa bergaul dengan teman sebayanya. Di sini mereka belajar berinteraksi, belajar bersosialisasi. Anak-anak belajar antri, belajar berbagi.
Pentingnya belajar bersosialisasi di antaranya agar anak tidak menjadi korban bully. Dengan bersosialisasi, anak-anak belajar menempatkan diri, belajar berkawan. Jika tidak, anak-anak akan menjadi tidak percaya diri. Anak-anak yang tidak percaya diri terlihat dari gerak tubuhnya dan membuatnya jadi sasaran pelaku bullying. Selain itu, sosialisasi membuat anak memiliki semangat berkompetisi.
Jika lingkungan cluster yang menjadi incaran tidak menyediakan taman bermain, setidaknya harus ada taman umum dalam jarak yang cukup terjangkau.
3. Ruang terbuka
Ruang terbuka diperlukan karena usia kanak-kanak adalah usia di mana mereka sedang aktif bergerak. Anak-anak harus punya ruang untuk berlari-lari, bermain sepeda, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan merangsang saraf motorik anak-anak.
4. Dekat dengan sekolah dengan kurikulum yang tepat
Rahmi menuturkan, sekolah yang bagus adalah sekolah yang memiliki kurikulum pembentukan watak, Misalnya, sekolah yang membiasakan murid-muridnya belajar mengantri, sholat jamaah, mengunjungi panti asuhan.
Kebanyakan orang menilai sebuah sekolah dari kurikulum akademiknya. Padahal, akademik lebih tepat dikembangkan di usia yang lebih tinggi. Pada usia dini, anak-anak lebih baik dididik soal karakter.
Kedekatan rumah dengan sekolah harus menjadi pertimbangan. Sekolah yang jauh membutuhkan waktu tempuh yang lama, membuat anak kelelahan dalam perjalanan. Selain itu, jarak rumah yang dekat dengan sekolah memudahkan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya.
5. Keamanan
Anak-anak membutuhkan banyak kegiatan di luar ruang, terutama di lingkungan perumahan. Mereka akan berlari-lari, bersepeda, petak-umpet, dan lain-lain. Sebagai orang tua, adalah tanggung jawab Anda untuk selalu mengawasi mereka. Namun lingkungan perumahan juga harus memiliki sistem keamanan yang baik untuk meningkatkan keamanan di lingkungan.
Tidak hanya peralatan canggih yang menjadi syarat, seperti CCTV, tetapi juga aspek sumber daya manusianya. Anda harus kenal betul dengan petugas keamanan di lingkungan, begitupula para petugas harus kenal betul dengan warganya.
Dengan demikian, petugas keamanan bisa langsung tanggap saat anak-anak mulai meninggalkan kawasan perumahan ataupun saat ada orang asing mulai berinteraksi dengan anak-anak Anda.
6. Kenyamanan di dalam rumah
Setelah Anda mendapatkan hunian yang ideal secara fisik, yang terakhir dan yang paling utama yang harus Anda sadari adalah kenyamanan saat menghuninya. Rumah adalah tempat anak ‘kembali’. Di rumah, anak-anak harus merasa nyaman, bebas dari rasa tertekan. Di rumah, orang tua juga harus membiasakan anak bersosialisasi, seperti berbagi, mengantre, dan sebagainya
sumber:http://properti.liputan6.com/read/2375748/ini-ciri-rumah-ideal-bagi-pemilik-anak-usia-dini
0 komentar:
Posting Komentar