Jika suatu daerah ingin memiliki daya saing yang kuat, maka berinvestasilah dengan membangun pendidikan anak usia dini yang berkualitas. Insya Allah ke depan akan mampu menjadi daerah yang maju dengan SDM berkualitas.
Program BOP DAK PAUD yang kini menjadi program di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) menjadi perhatian serius Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, Ph.D. Menurut Dirjen, adanya BOP DAK PAUD ini menjadi peluang untuk pengembangan PAUD berkualitas karenanya pengelolaannya harus benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan aturan. Penegasan tersebut disampaikan Harris saat memberikan arahan sekaligus pembukaan Rapat Kerja Penguatan Strategis Program PAUD DIKMAS Tahun 2016 dengan tema “Pengelolaan BOP DAK PAUD dan Program PAUD DIKMAS” yang digelar di Mercure Hotel & Convention Ancol.
Di hadapan peserta Raker yang berjumlah 682 peserta dari total 820 undangan, Harris menyatakan, pengelolaan BOP DAK harus menjadi perhatian bersama karena ini untuk kepentingan pendidikan anak usia dini. Maka, lebih jauh Dirjen PAUD Dikmas menyatakan, dalam konteks menciptakan pengelolaan BOP DAK PAUD itu pula rapat kerja mengundang peserta rapat yang berasal dari berbagai posisi, mulai dari para Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah Pemerintah Kota/Kabupaten, para Kepala Bidang PAUD Dikmas Provinsi, Penanggung jawab DAK dan PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, para Kasubdit dan para kepala seksi Program & Evaluasi di lingkungan Ditjen PAUD Dikmas.
Terkait pengelolaan selama ini, menurut Harris, Ditjen PAUD Dikmas terus memantau keadaan di lapangan dari Sabang hingga Merauke bagaimana kondisi menjelang pencairan BOP DAK pada triwulan kedua. “Hasilnya memutuskan bahwa kita harus melakukan koordinasi sekali lagi. Langkah ini untuk memastikan bahwa seluruh petugas, aparat, dan pejabat di daerah memahami peran sehingga mekanisme bisa terlaksana, baik dari sisi waktu, aturan, dan juknis yang sesuai,” ujarnya.
Keseriusan pengelolaan BOP DAK PAUD ini, lanjut Harris, penting dilakukan karena ada banyak anak usia dini, para guru PAUD, dan pengelola menunggu bantuan yang mereka butuhkan. “Menjadi penting juga karena PAUD menjadi prioritas pembangunan human capital di Indonesia dan juga dunia. PAUD diangkat derajatnya masuk ke dalam salah satu Sustainable Development Goals (SDG),” katanya. Tujuan SDG, Dirjen menambahkan, antara lain memastikan kualitas pendidikan minimal pra- SD merupakan target yang harus dicapai seluruh negara sebelum 2030. “Masih lama memang, tapi kalau tidak disiapkan dari sekarang kita akan kedodoran. Itulah pentingnya minimal pra SD itu, anak-anak mendapat layanan PAUD,” ujar Harris.
Dari Deklarasi Incheon, Korea, tahun lalu, Dirjen mengemukakan, yang menjadi fokus utama adalah compulsory childhood education atau PAUD. Kenapa demikian, karena perkembangan otak manusia terjadi pada periode-periode yang disebut usia emas. Bahkan ada hasil riset terakhir pada 1.000 hari pertama itu struktur otak terbentuk mencapai 80%. Riset tersebut, menurut Harris semakin menguatkan bahwa kita selama ini tidak memberikan perhatian pada pendidikan PAUD. Padahal merujuk riset penerima nobel, tidak ada investasi yang paling berharga selain PAUD. Dibanding jenjang pendidikan lain, investasi PAUD memberikan return jauh lebih tinggi.
sumbe lengkap :http://www.paudni.kemdikbud.go.id/berita/8479.html
Program BOP DAK PAUD yang kini menjadi program di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) menjadi perhatian serius Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, Ph.D. Menurut Dirjen, adanya BOP DAK PAUD ini menjadi peluang untuk pengembangan PAUD berkualitas karenanya pengelolaannya harus benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan aturan. Penegasan tersebut disampaikan Harris saat memberikan arahan sekaligus pembukaan Rapat Kerja Penguatan Strategis Program PAUD DIKMAS Tahun 2016 dengan tema “Pengelolaan BOP DAK PAUD dan Program PAUD DIKMAS” yang digelar di Mercure Hotel & Convention Ancol.
Di hadapan peserta Raker yang berjumlah 682 peserta dari total 820 undangan, Harris menyatakan, pengelolaan BOP DAK harus menjadi perhatian bersama karena ini untuk kepentingan pendidikan anak usia dini. Maka, lebih jauh Dirjen PAUD Dikmas menyatakan, dalam konteks menciptakan pengelolaan BOP DAK PAUD itu pula rapat kerja mengundang peserta rapat yang berasal dari berbagai posisi, mulai dari para Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah Pemerintah Kota/Kabupaten, para Kepala Bidang PAUD Dikmas Provinsi, Penanggung jawab DAK dan PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, para Kasubdit dan para kepala seksi Program & Evaluasi di lingkungan Ditjen PAUD Dikmas.
Terkait pengelolaan selama ini, menurut Harris, Ditjen PAUD Dikmas terus memantau keadaan di lapangan dari Sabang hingga Merauke bagaimana kondisi menjelang pencairan BOP DAK pada triwulan kedua. “Hasilnya memutuskan bahwa kita harus melakukan koordinasi sekali lagi. Langkah ini untuk memastikan bahwa seluruh petugas, aparat, dan pejabat di daerah memahami peran sehingga mekanisme bisa terlaksana, baik dari sisi waktu, aturan, dan juknis yang sesuai,” ujarnya.
Keseriusan pengelolaan BOP DAK PAUD ini, lanjut Harris, penting dilakukan karena ada banyak anak usia dini, para guru PAUD, dan pengelola menunggu bantuan yang mereka butuhkan. “Menjadi penting juga karena PAUD menjadi prioritas pembangunan human capital di Indonesia dan juga dunia. PAUD diangkat derajatnya masuk ke dalam salah satu Sustainable Development Goals (SDG),” katanya. Tujuan SDG, Dirjen menambahkan, antara lain memastikan kualitas pendidikan minimal pra- SD merupakan target yang harus dicapai seluruh negara sebelum 2030. “Masih lama memang, tapi kalau tidak disiapkan dari sekarang kita akan kedodoran. Itulah pentingnya minimal pra SD itu, anak-anak mendapat layanan PAUD,” ujar Harris.
Dari Deklarasi Incheon, Korea, tahun lalu, Dirjen mengemukakan, yang menjadi fokus utama adalah compulsory childhood education atau PAUD. Kenapa demikian, karena perkembangan otak manusia terjadi pada periode-periode yang disebut usia emas. Bahkan ada hasil riset terakhir pada 1.000 hari pertama itu struktur otak terbentuk mencapai 80%. Riset tersebut, menurut Harris semakin menguatkan bahwa kita selama ini tidak memberikan perhatian pada pendidikan PAUD. Padahal merujuk riset penerima nobel, tidak ada investasi yang paling berharga selain PAUD. Dibanding jenjang pendidikan lain, investasi PAUD memberikan return jauh lebih tinggi.
sumbe lengkap :http://www.paudni.kemdikbud.go.id/berita/8479.html