PENIGKATAN GIZI

Peningkatan Kesadaran Gizi Ibu dan Balita; Sosialisasi PP Muslimat NU dan Yaici di Palembang Sumatera Selatan

Dra.Hj.Khofifah Indar Parawansa, M.Si.

Mengarungi Kisah Inspiratif Hj Khofifah Indar Parawansa

MANASIK HAJI

Pembelajaran Manasik Haji Kecil TKTA Tarbiyatul Athfal41 Semarang pada Tgl.8 Oktober 2015 di Islamic Center Semarang

Pelatihan Penguatan Keaswajaan Da’iyah Muslimat NU

Penguatan Keaswajaan Bagi Da’iyah Muslimat NU DKI Jakarta

Ketua NU Kota Semarang

Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Dr. KH. Anasom MHum

Senin, 18 April 2016

Dirjen PAUD & Dikmas Harris Iskandar: “PAUD, Investasi Paling Menjanjikan”

Jika suatu daerah ingin memiliki daya saing yang kuat, maka berinvestasilah dengan membangun pendidikan anak usia dini yang berkualitas. Insya Allah ke depan akan mampu menjadi daerah yang maju dengan SDM berkualitas.

Program BOP DAK PAUD yang kini menjadi program di Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) menjadi perhatian serius Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, Ph.D. Menurut Dirjen, adanya BOP DAK PAUD ini menjadi peluang untuk pengembangan PAUD berkualitas karenanya pengelolaannya harus benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan aturan. Penegasan tersebut disampaikan Harris saat memberikan arahan sekaligus pembukaan Rapat Kerja Penguatan Strategis Program PAUD DIKMAS Tahun 2016 dengan tema “Pengelolaan BOP DAK PAUD dan Program PAUD DIKMAS” yang digelar di Mercure Hotel & Convention Ancol.

Di hadapan peserta Raker yang berjumlah 682 peserta dari total 820 undangan, Harris menyatakan, pengelolaan BOP DAK harus menjadi perhatian bersama karena ini untuk kepentingan pendidikan anak usia dini. Maka, lebih jauh Dirjen PAUD Dikmas menyatakan, dalam konteks menciptakan pengelolaan BOP DAK PAUD itu pula rapat kerja mengundang peserta rapat yang berasal dari berbagai posisi, mulai dari para Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah Pemerintah Kota/Kabupaten, para Kepala Bidang PAUD Dikmas Provinsi, Penanggung jawab DAK dan PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, para Kasubdit dan para kepala seksi Program & Evaluasi di lingkungan Ditjen PAUD Dikmas.

Terkait pengelolaan selama ini, menurut Harris, Ditjen PAUD Dikmas terus memantau keadaan di lapangan dari Sabang hingga Merauke bagaimana kondisi menjelang pencairan BOP DAK pada triwulan kedua. “Hasilnya memutuskan bahwa kita harus melakukan koordinasi sekali lagi. Langkah ini untuk memastikan bahwa seluruh petugas, aparat, dan pejabat di daerah memahami peran sehingga mekanisme bisa terlaksana, baik dari sisi waktu, aturan, dan juknis yang sesuai,” ujarnya.

Keseriusan pengelolaan BOP DAK PAUD ini, lanjut Harris, penting dilakukan karena ada banyak anak usia dini, para guru PAUD, dan pengelola menunggu bantuan yang mereka butuhkan. “Menjadi penting juga karena PAUD menjadi prioritas pembangunan human capital di Indonesia dan juga dunia. PAUD diangkat derajatnya masuk ke dalam salah satu Sustainable Development Goals (SDG),” katanya. Tujuan SDG, Dirjen menambahkan, antara lain memastikan kualitas pendidikan minimal pra- SD merupakan target yang harus dicapai seluruh negara sebelum 2030. “Masih lama memang, tapi kalau tidak disiapkan dari sekarang kita akan kedodoran. Itulah pentingnya minimal pra SD itu, anak-anak mendapat layanan PAUD,” ujar Harris.

Dari Deklarasi Incheon, Korea, tahun lalu, Dirjen mengemukakan, yang menjadi fokus utama adalah compulsory childhood education atau PAUD. Kenapa demikian, karena perkembangan otak manusia terjadi pada periode-periode yang disebut usia emas. Bahkan ada hasil riset terakhir pada 1.000 hari pertama itu struktur otak terbentuk mencapai 80%. Riset tersebut, menurut Harris semakin menguatkan bahwa kita selama ini tidak memberikan perhatian pada pendidikan PAUD. Padahal merujuk riset penerima nobel, tidak ada investasi yang paling berharga selain PAUD. Dibanding jenjang pendidikan lain, investasi PAUD memberikan return jauh lebih tinggi.


sumbe lengkap :http://www.paudni.kemdikbud.go.id/berita/8479.html

Jumat, 15 April 2016

Ortu Didik dengan Cara Keras, Anak Berisiko Jadi Pribadi Kasar

Jakarta Walaupun seorang ibu yang cerewet terbukti dapat membuat seorang anak menjadi lebih sukses, sebuah studi baru menemukan bahwa orangtua yang menggunakan cara-cara manipulatif dan menimbulkan perasaan bersalah pada anak mereka dapat membuat sang anak menjadi lebih emosional dan kasar ketika mencapai usia dewasa.

Pemimpin penelitian Jamie Abaied dan koleganya di University of Vermont melakukan 2 studi terpisah. Abaied dan rekan-rekannya meneliti kadar keringat pada 180 mahasiswa yang diminta mengingat pengalaman pahit dalam hidup mereka. Ternyata, semakin mereka berkeringat semakin buruk keadaan anak tersebut, mengindikasikan keadaan yang disebut sebagai “high arousal” atau kondisi reaktif terhadap rangsangan yang berkaitan dengan emosi tinggi.


Para peneliti menemukan bahwa para partisipan dengan kondisi high arousal lebih kuat ini berkemungkinan lebih agresif dan kasar terhadap orang-orang di sekitar mereka. Di sisi lain, mereka yang berkeringat lebih sedikit memperlihatkan “blunted arousal” atau reaksi rendah terhadap rangsangan emosi, dan ternyata lebih mudah untuk tetap tenang.

Abaied kemudian menggunakan kuesioner untuk mengetahui anak-anak yang tumbuh dengan orangtua yang lebih sedikit mengkontrol cenderung lebih menampilkan kondisi blunted arousal.

"Kita harus menyadari bahwa para orangtua sangat berpengaruh terhadap anak-anak," ujar Abaied pada pernyataan penelitian.

“Terlihat bahwa pengasuhan orangtua yang baik lebih melindungi mereka. Pengasuhan yang baik mencegah mereka menjadi agresif terhadap hubungan dengan lingkungan mereka,” tutup Abaied seperti dilansir dari laman Good Housekeeping, *


Ini Keuntungan Ajarkan Anak Beternak

Jakarta Mengajarkan anak sedari dini tentang hal-hal yang berbau alam menyimpan segudang manfaat untuk masa depan kelak. Seperti mengajak anak beternak atau bercocok tanam, secara tidak langsung dapat melatih stimulus fisik serta psikis anak.

Seorang manajer muda Koperasi Usaha Tani Ternak (KUTT) Suka Makmur Grati, Pasuruan, Jawa Timur, menuturkan perkembangan generasi peternak di Indonesia, khususnya di KUTT Suka Makmur, "Generasi tantangan peternak di sini cukup berat, namun kami berusaha menarik anak kota untuk kembali ke desa. Tapi di balik itu peternak di daerah kita itu turun temurun, jadi kayak warisan lah.. Jadi diantara satu dari tiga anak peternak pasti ada yang meneruskan," ungkap Sanggar Renggo Wibowo saat ditemui Health-Liputan6.com, ditulis Jumat (15/4/2016).

BACA JUGA
Rabun Jauh Tidak Hinggapi Anak yang Gemar Bermain di Alam
Sekolah Tanpa Dinding Tingkatkan Kualitas Perkembangan Anak
Ini Manfaat Ajarkan Anak Berkebun
Khususnya generasi muda yang berasal dari keluarga peternak terbiasa berhadapan langsung dengan alam, sehingga membuat mereka lebih unggul dalam mengurus sebuah peternakan. Menurut Sanggar dibandingkan anak yang menjalani studi terkait tani atau ternak di kota, anak peternak meraup keuntungan ke depan.

"Anak peternak yang beternak itu mereka di umur 18 sampai 21 itu sudah bisa mendapatkan dan merasakan hasilnya, dibanding mereka yang sekolah ternak hingga S1 atau sampai S2," ungkap pria bertubuh tinggi ini.

Selain lebih mahir mengurus peternakan, anak peternak yang beternak pun menurut Sanggar bisa hidup layak di desa dan memiliki investasi yang baik untuk kehidupan mendatang.

sumber:http://health.liputan6.com/read/2483904/ini-keuntungan-ajarkan-anak-beternak

Sabtu, 09 April 2016

Wajib Di Ketahui Ini Bahaya Bila Ortu Abaikan Anak

Jakarta Mengasuh dan membesarkan anak merupakan dorongan yang bersifat universal. Setiap mahluk yang memiliki anak umumnya memiliki dorongan ini tak terkecuali manusia. Bagi manusia yang memiliki anak, selain untuk memenuhi kesejahteraan fisik anak, pertumbuhan dan perkembangan pada aspek lain antara lain aspek emosi, kecerdasan, dan karakternya merupakan. Aspek-aspek ini menjadi tampak menonjol dimiliki oleh manusia sehingga dalam banyak hal akan membedakan eksistensi manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Semakin lama, mengasuh dan membesarkan anak tampaknya semakin mendapatkan banyak tantangan dari zaman yang terus berkembang. Salah satunya mengenai waktu dan perhatian yang diberikan oleh orangtua terhadap anak-anaknya. Dibandingkan para orangtua di masa lampau, para orangtua di masa kini secara umum tampaknya relatif semakin sedikit mengalokasikan waktu bagi anak-anak mereka. Dalam banyak kasus bahkan telah terjadi pengabaian oleh orangtua terhadap anak-anak yang pengasuhannya semestinya berada dalam tanggung jawab mereka. Bagi yang memiliki kecukupan materi, kompensasi yang kemudian dilakukan bagi semakin berkurangnya waktu dan perhatian untuk anak-anak mereka ini adalah pemberian materi yang kadang-kadang berlebihan sifatnya. Kompensasi dalam bentuk materi yang berlebihan pada anak tanpa kehadiran orangtua untuk menemani dan membimbing justru dapat berdampak negatif

Anak SD Tak Perlu Diberi Gadget

Jakarta Anggota DPR RI, Desy Ratnasari mengimbau orang tua agar tidak memberikan gadget dahulu kepada anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar atau SD.

"Kemajuan teknologi, seperti semakin berkembangnya kecanggihan gadget juga mempunyai dampak negatif khususnya terhadap pola pikir anak yang masih berkembang, maka dari itu saya cenderung tidak memberikan gadget kepada anak yang masih usia SD," katanya, di Sukabumi,Menurutnya, gadget memang akan mempermudah si anak berkomunikasi dengan orang lain, tapi dampak negatif dari gadget tersebut adalah mudahnya si anak membuak situs-situs berbahaya bagi perkembangan pola pikirnya seperti situs porno, kekerasan hingga terorisme yang bisa mengubah kepribadian si anak.

Selain itu, usia SD si anak juga masih belum secara utuh bisa memilah dan memilih mana yang baik dan benar, sehingga khawatir dengan semakin mudahnya mereka membuka akses yang diinginkannya maka hidupnya menjadi indvidualis bahkan bisa saja cenderung melawan kepada orang tuanya.

"Kasih sayang orang tua bukan berarti harus memberikan semua yang diinginkan untuk si anak, tetapi alangkah baiknya orang tua juga memberikan sesuatu barang agar si anak lebih kreatif dan senang berkerjasama dengan orang lain bukan menjadi orang yang individualis," tambahnya.

Desy mengatakan walaupun dirinya tidak melakukan penelitian terhadap jumlah dan sifat anak, tetapi dari pantauannya setiap kali turun ke daerah pemilihannya maupun kunjungan ke daerah-daerah, ternyata anak SD lebih senang menggunakan gadget dibandingkan permainan tradisional yang membutuhkan kerjasama kelompok.

Ke depannya, politisi Partai Amanat Nasional ini akan mencari solusi yang tepat agar anak SD kembali lebih senang kerja/belajar/bermain kelompok dibandingkan hanya memanfaatkan gadget untuk komunikasi maupun belajarnya


sumber:http://health.liputan6.com/read/2281304/anak-sd-tak-perlu-diberi-gadget

Ini Ciri Rumah Ideal bagi Pemilik Anak Usia Dini

Jakarta - Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda saat membeli rumah baru? Jarak dengan pusat kota, dengan jalan tol, atau  kantor? Seberapa besar Anda mempertimbangkan faktor kebutuhan anak saat hendak membeli rumah?

Terkadang, orang tua tanpa sengaja menomorduakan kebutuhan anak-anak pada saat membeli rumah. Padahal, anak dan orang tua memiliki kebutuhan psikologis yang berbeda. Ada hal-hal yang harus Anda perhatikan saat membeli rumah agar proses tumbuh kembang anak, baik fisik maupun mental, bisa berjalan dengan sempurna. Apa saja?

Menurut motivator pendidikan kreatif, Rahmi Dahnan, Psi, seperti dikutip dari www.rumah.com, agar proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung dengan baik, orang tua harus menyediakan lingkungan yang baik. Tidak masalah apakah Anda tinggal di apartemen atau di rumah tapak, yang terpenting perhatikan faktor-faktor berikut:

1. Perhatikan karakter tetangga

Anak-anak harus bergaul dengan sebayanya. Mereka perlu bermain sekaligus bersosialisasi. Jika lingkungan perumahan lebih banyak dihuni oleh warga pensiunan, misalnya, anak-anak akan kekurangan teman untuk bermain dan bersosialisasi.

2. Taman atau Playground

Playground menjadi sarana sosialisasi anak-anak. Mereka bisa bergaul dengan teman sebayanya. Di sini mereka belajar berinteraksi, belajar bersosialisasi. Anak-anak belajar antri, belajar berbagi.

Pentingnya belajar bersosialisasi di antaranya agar anak tidak menjadi korban bully. Dengan bersosialisasi, anak-anak belajar menempatkan diri, belajar berkawan. Jika tidak, anak-anak akan menjadi tidak percaya diri. Anak-anak yang tidak percaya diri terlihat dari gerak tubuhnya dan membuatnya jadi sasaran pelaku bullying. Selain itu, sosialisasi membuat anak memiliki semangat berkompetisi.

Jika lingkungan cluster yang menjadi incaran tidak menyediakan taman bermain, setidaknya harus ada taman umum dalam jarak yang cukup terjangkau.

3. Ruang terbuka

Ruang terbuka diperlukan karena usia kanak-kanak adalah usia di mana mereka sedang aktif bergerak. Anak-anak harus punya ruang untuk berlari-lari, bermain sepeda, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan merangsang saraf motorik anak-anak.

4. Dekat dengan sekolah dengan kurikulum yang tepat

Rahmi menuturkan, sekolah yang bagus adalah sekolah yang memiliki kurikulum pembentukan watak, Misalnya, sekolah yang membiasakan murid-muridnya belajar mengantri, sholat jamaah, mengunjungi panti asuhan.

Kebanyakan orang menilai sebuah sekolah dari kurikulum akademiknya. Padahal, akademik lebih tepat dikembangkan di usia yang lebih tinggi. Pada usia dini, anak-anak lebih baik dididik soal karakter.

Kedekatan rumah dengan sekolah harus menjadi pertimbangan. Sekolah yang jauh membutuhkan waktu tempuh yang lama, membuat anak kelelahan dalam perjalanan. Selain itu, jarak rumah yang dekat dengan sekolah memudahkan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya.

5. Keamanan

Anak-anak membutuhkan banyak kegiatan di luar ruang, terutama di lingkungan perumahan. Mereka akan berlari-lari, bersepeda, petak-umpet, dan lain-lain. Sebagai orang tua, adalah tanggung jawab Anda untuk selalu mengawasi mereka. Namun lingkungan perumahan juga harus memiliki sistem keamanan yang baik untuk meningkatkan keamanan di lingkungan.

Tidak hanya peralatan canggih yang menjadi syarat, seperti CCTV, tetapi juga aspek sumber daya manusianya. Anda harus kenal betul dengan petugas keamanan di lingkungan, begitupula para petugas harus kenal betul dengan warganya.

Dengan demikian, petugas keamanan bisa langsung tanggap saat anak-anak mulai meninggalkan kawasan perumahan ataupun saat ada orang asing mulai berinteraksi dengan anak-anak Anda.

6. Kenyamanan di dalam rumah

Setelah Anda mendapatkan hunian yang ideal secara fisik, yang terakhir dan yang paling utama yang harus Anda sadari adalah kenyamanan saat menghuninya. Rumah adalah tempat anak ‘kembali’. Di rumah, anak-anak harus merasa nyaman, bebas dari rasa tertekan. Di rumah, orang tua juga harus membiasakan anak bersosialisasi, seperti berbagi, mengantre, dan sebagainya


sumber:http://properti.liputan6.com/read/2375748/ini-ciri-rumah-ideal-bagi-pemilik-anak-usia-dini

MULTI TAB 1

Pentas Seni & Perpisahan

Pentas Seni & Perpisahan

MULTI TAB 2

Kegiatan Kartinian

Kegiatan Kartinian

MULTI TAB 3

anoman

anoman

MULTI TAB 4

perpisahan

perpisahan

MULTI TAB 5

kartinian 2

kartinian 2


MULTI TAB 6

1

Entri Populer

MULTI TAB 7

Headline

">

MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }